Konsep Cerita Storyline Deskripsi Tema 1.

60 dengan cerita superhero dari luar Negri, meningkatkan rasa cinta terhadap budaya Indonesia dan melestarikan budaya Indonesia yang sudah menjadi warisan dari nenek moyang bangsa Indonesia.

4.3. Penjabaran Konsep

4.3.1. Deskripsi Tema 1.

Ide Cerita Ide cerita merupakan adopsi langsung dari cerita Gatotkaca yang sebenarnya, namun sedikit modifikasi dari cerita yaitu melibatkan penulis sebagai pemeran utama. Alasan mengapa melibatkan penulis sebagai pemeran utama atau sebagai Gatotkaca karena penulis ingin menunjukkan bahwa seni dan budaya wayang dapat mengintepretasi imajinasi setiap audiensnya, juga agar penyampaian pesan moral dari cerita bisa disampaikan dengan mudah. Alasan lainnya adalah agar menjadi pembeda dan menjadi unique selling point tersendiri dari komik yang sudah ada. Sehingga audiens dapat cepat mengenali karakter khas dari penulis.

2. Konsep Cerita

Cerita Gatotkaca ini pada pada intinya menyampaikan bagaimana Gatotkaca gugur dalam perang Bharatayuda di tangan Adipati Karna akibat hujaman senjata sakti Konta Wijayandanu. Cerita ini menggunakan alur maju. Dalam cerita pemeran utama bernama Dico, seorang pemuda yang tidak suka kebudayaan bangsa Indonesia, apalagi seni tradisional wayang layaknya remaja saat ini.

3. Storyline

Cerita diawali dari kisah seorang mahasiswa yang bernama DIco sedang mengikuti perkuliahan, Dico bosan dengan matakuliah yang sedang diajarkan oleh dosen. Matakuliah tersebut mengenai wayang, matakuliah tersebut membuat Dico merasa bosan karena Dico tidak menyukai seni tradisional wayang. Tidak lama kemudian, Dico memutuskan untuk keluar dari kelas dengan alasan pergi ke toilet. Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber. 61 • Chapter 1: Prologue Cerita dilanjutkan saat perkuliahan selesai dan Dico bersama teman-temannya bernama Dio dan Dimas sedang berada di kantin sedang mengeluh tentang kebosanan mereka di kelas tadi. Beberapa saat kemudian datang dua teman Dico lagi yang bernama Tian dan Tria, mereka mengajak Dico, Dio, dan Dimas pergi ke bioskop untuk menonton film superhero luar Negri yaitu Superman, berjudul Man of Steel. Dico, Dio, dan Dimas menerima ajakan Tian dan Tria tadi. Mereka sampai di mall dan mengantri untuk membeli tiket film, dikarenakan film yang akan ditonton sangat digemari membuat antrian yang panjang. Beberapa menit kemudian, Dico meraba-raba celananya dan ternyata dompet Dico ketinggalan di motor Dico. Dico akhrnya pamit ke teman-temannya untuk kembali ke tempat parkir untuk mengambil dompetnya, saat sampai di luar mall Dico melihat di seberang jalan terdapat sebuah tenda dan Dico bertanya dalam hati “ada acara apa di seberang jalan”. Dico penasaran dengan acara yang ada di seberang jalan, kemudian muncul orang misterius di belakang Dico secara tiba-tiba sehingga membuat Dico terkejut. Orang misterius tersebut menjelaskan acara yang sedang dilaksanakan di seberang jalan tersebut, ternyata ada acara pergelaran wayang. Dico menggerutu soal wayang dan mengatakan bahwa wayang sangat tidak menarik untuk ditonton, karena wayang sangat membosankan dan terkesan sudah ketinggalan zaman. Orang misterius tersebut langsung menempelkan jari telunjuknya ke dahi Dico dan mengeluarkan cahaya yang terang di jari tersebut, kemudian pandangan Dico menjadi kabur, setelah itu Dico pingsan. • Chapter 2: Born of The New Knight Ternyata Dico telah dikirim ke dunia Wayang dalam kondisi belum sadar. Cerita dalam dunia wayang dimulai saat sadar, Dico heran mengapa Dico tiba-tiba berada dalam lahar dan Dico tidak merasa terbakar sama sekali. Saat itu juga datang banyak benda bersinar yang berjalan Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber. 62 menuju Dico, Dicopun terkejut melihat benda tersebut. Benda-benda tadi masuk kedalam tubuh Dico sehingga membuat seluruh Dico bersinar. Setelah beberapa saat kawah bergetar dan menyemburkan lahar, disaat yang bersamaan dengan lahar berjatuhan turunlah seorang pria yang memakai jubah dari emas dan terdapat bintang di bagian dada jubah tersebut. Seorang Dewa yang bernama Batara Guru terkejut saat kawah menyemburkan lahar, Batara Guru menjadi lega saat seorang ksatria turun dari langit bersamaan dengan jatuhnya lahar karena lahir seorang ksatria yang sudah ditunggu-tunggu oleh para Dewa untuk mengalahkan Naga Percona yang mengamuk dan mengobrak-abrik Kahyangan. Ksatria itu adalah Gatotkaca. Naga Percona kembali menemui Gatotkaca dan menantang untuk bertarung. Naga percona langsung menyerang Gatotkaca, seketika itu Jubah Gatotkaca yang bernama Kontang Antrakusuma bersinar dan terbang menunju Naga Percona. Gatotkaca berhasil menyerang Naga Percona dengan mudah, Naga tersebut roboh dan mati dengan sekali serangan pukulan dahsyat Gatotkaca. Batara Guru terkejut melihat kekuatan Gatotkaca. Ksatria tersebut adalah Dico yang menjadi Gatotkaca dalam dunia wayang, Dico merasa bingung dengan kekuatannya dan penuh pertanyaan berada dimana Dico saat ini. Batara Guru, Batara Narada, Arjuna dan Semar menyambut bayi yang hidup kembali yang berubah menjadi Ksatria dengan wujud yang berbeda. Bayi tersebut meninggal dikarenakan diserang oleh Naga Percona. Beberapa saat kemudian Para Pandawa bersaudara beserta Sri Kresna datang ke Kahyangan untuk menjemput Gatotkaca, putra dari salah satu Pandawa bersaudara yang bernama Bima. Dico yang menjadi Gatotkaca masih merasa bingung, dijelaskan oleh Sri Kresna mengapa Gatotkaca bias berada di Kahyangan. Gatotkaca adalah putra dari Bima dan Dewi Arimbi pemimpin kerajaan Pringgadani, saat lahir bayi Gatotkaca sudah kuat dan terbukti dengan kejadian aneh pada bayi Gatotkaca, ari-ari bayi tersebut masih menempel dan tidak bias dipotong Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber. 63 oleh alat pemotong apapun bahkan senjata-senjata pusaka yang dimiliki Pandawa sekalipun. kakek dari para Pandawa atau buyut dari Jabang Tetuka, Begawan Abiyasa yang sakti mandraguna ini mengatakan bahwa tali ari-ari itu hanya bisa dipotong oleh senjata Dewa yang berasal dari Batara Guru. Begawan meminta Arjuna untuk pergi bertapa untuk meinta senjata tersebut kepada Dewa. Setelah mendapat perintah dari kakeknya, Arjuna meminta izin kepada saudara-saudaranya. Arjuna segera menuju ke hutan untuk bertapa dan mencari senjata yang dimaksud oleh Begawan Abiyasa. Jauh di Kahyangan sana sedang terjadi kekacauan dikarenakan serangan dari Naga Percona yang ingin memperistri salah satu bidadari yang bernama Dewi Supraba. Karena Naga Percona bukan makhluk sembarangan, dia adalah raja yang mempunyai kesaktian yang bisa dibilang sama bahkan sedikit diatas para dewa. Batara Guru mendapatkan petunjuk bahwa yang bisa mengalahkan Naga Percona hanya Jabang Tetuka anak Bima yang baru lahir. Mengetahui hal tersebut Batara Guru segera memerintah Batara Narada untuk senjata darinya yang bernama panah Konta Wijadanu kepada Arjuna untuk memotong tali ari-ari Jabang Tetuka dengan imbalan bayi tersebut harus menjadi Panglima perang untuk melawan Naga Percona. Disaat yang bersamaan Adipati Karna sedang bertapa di tepi Sungai Gangga untuk mencari senjata untuknya, saat Batara Narada mendekati tempat tersebut hatinya sangat senang karena Adipati Karna disangkanya Arjuna, karena wajahnya sangat mirip dan Batara Surya yang merupakan ayah dari Adipati Karna sengaja mengeluarkan sinar berkilauan di sekitar Adipati Karna sehingga Batara Narada tidak terlalu jelas melihatnya dan tidak sadar bahwa orang yang diserahi senjata tersebut bukan Arjuna. Setelah mendapatkan senjata sakti kadewatan Karna sangat gembira dan langsung berlari tanpa mengucapkan terima kasih kepada Batara Narada, hal itu membuat Batara Narada tersadar bahwa dia salah orang, tidak lama kemudian Batara Narada mencari Arjuna, dengan sedih Batara Narada bercerita bahwa dirinya telah salah orang menyerahkan senjata kadewatan yang seharusnya diserahkan Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber. 64 kepada Jabang Tutuka lewat tangan Arjuna, malah diserahkan kepada orang yang tidak dikenal dan mempunyai rupa mirip dengan Arjuna. Mendengar hal tersebut Arjuna kaget, karena Batara Narada telah gegabah menyerahkan senjata sakti kepada orang asing, kemudian Arjuna bergegas mencari Adipati Karna. Arjuna berlari dan berhasil menyusul Adipati Karna, awalnya senjata tersebut diminta baik-baik dan dikatakan akan digunakan olehnya untuk memotong tali ari-ari keponakannya. Adipati Karna tidak menggubrisnya akhirnya terjadi pertarungan sengit memperebutkan senjata tersebut, sampai suatu ketika Arjuna berhasil memegang sarung senjata tersebut sedangkan Karna memegang gagang panah Konta Waijayadanu. Mereka saling tarik dan akhirnya terlempar dikarenakan senjata Konta lepas dari warangka sarung nya. Kemudian Adipati Karna berlari kembali dan kali ini Arjuna kehilangan jejak. Arjuna kembali ke kraton Pringgadani dan dengan sedih hati Arjuna menunjukkan warangka senjata Konta kepada Bima. Sesampainya di Keraton Pringgandani warangka tersebut digunakan untuk memotong tali ari-ari Jabang Tutuka, ajaib sekali tali ari- ari putus sedangkan warangka senajata kadewatan itu masuk kedalam perut Jabang Tutuka. Menurut Semar hal ini sudah menjadi takdir Jabang Tetuka bahwa nanti di akhir cerita peperangan Bharatayuda senjata itu akan masuk kembali ke warangkanya, dengan kata lain Jabang Tutuka akan mati jika menghadapi senjata Konta Wijayadanu. Setelah tali ari-ari berhasil dipotong Arjuna hendak membawa Jabang Tutuka ke Kahyangan untuk memenuhi janji kepada Batara Narada, bahwa Jabang Tutuka akan menjadi panglima perang dan menghadapi Naga Percona. Awalnya Bima melarang karena anaknya masih bayi dan dirinya sanggup untuk menggantikan melawan Naga Percona. Setelah Semar berkata bahwa Jabang Tutukalah yang harus berangkat karena dia yang dipercaya oleh dewa dan Jabang Tutuka pula yang telah menggunakan senjata kadewatan bukan yang lain. Arjuna segera membawa Jabang Tutuka ke Kahyangan, setelah mendekati Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber. 65 gerbang Selapa Tangkep tepatnya di Tegal Ramat Kapanasan Arjuna meletakkan Jabang Tutuka ditengah jalan menuju gerbang. Arjuna memperhatikan dari jauh bersama dengan para dewa, tidak lama kemudian Naga Percona datang dan melihat ada bayi ditengah jalan. Dia meledek Batara Guru yang berkata “Batara Guru, kau sudah gila ya? Masa anak bayi kau suruh melawanku?”. Kemudian dia mengangkat Jabang Tutuka dan mendekatkan wajahnya ke wajah bayi tersebut, tidak disangka tangan Jabang Tutuka mengayun dan berhasil meluaki satu matanya sehingga berdarah. Spontan Naga Percona marah dan membanting Jabang Tetuka ke arah pintu gerbang hingga mati. Melihat hal tersebut para dewa tak terkecuali Batar Guru, Batara Narada dan Arjuna kaget dan was-was jika Bima sampai tahu anaknya mati oleh Naga Percona pasti akan mengamuk ke Kahyangan. Batara Guru segera menggodok Jabang Tutuka di Kawah Candradimuka, memerintahkan Batara Yamadipati untuk segera membawa tubuh Jabang Tutuka ke Kawah Candradimuka dan menggodoknya. Selanjutnya para dewa disuruhnya melemparkan atau mencampurkan senajata yang dimilikinya untuk membentuk tubuh Jabang Tutuka lebih kuat, lama-kelamaan terbentuklah tubuh satria gagah dari dalam godogan tersebut. Kemudian para dewa memberikan pakaian dan perhiasan untuk Jabang Tutuka yang baru tersebut, selanjutnya dikarenakan dia mati belum waktunya berhasil dihidupkan kembali oleh Batar Guru. Wujud Jabang Tetuka yang muncul dari kawah Candradimuka sudah menjadi wujud dewasa dan wujud dewasa itu adalah Dico. Setelah itu Naga Percona menuju ke kawah Candradimuka dan balas dendam atas perbuatan yang dilakukan oleh bayi Jabang Tetuka. Setelah itu, Gatotkaca bersama Bima ayahnya dan keempat pamannya serta Sri Kresna kembali turun ke bumi. • Chapter 3: The Contest Beberapa hari kemudian, Arjuna yang memiliki putri yang bernama Dewi Perigwa mengadakan sebuah sayembara mencari jodoh untuk putrinya tersebut. Sayembara tersebut berupa pertandingan Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber. 66 memperebutkan Dewi Perigwa, siapa yang memenangkan pertandingan tersebut akan menikahi putri dari Arjuna tersebut. Arjuna mengadakan sayembara bertujuan untuk mendapatkan menantu yang kuat dan mampu menjaga putrinya jika dalam bahaya, banyak ksatria yang mendaftar untuk mengikuti sayembara tersebut. Mendengar pengumuman sayembara tersebut, Gatotkaca tertarik untuk mengikuti sayembara yang diadakan oleh Arjuna untuk memperebutkan Dewi Perigwa dan segera mendaftarkan diri ke Arjuna. Pertandinganpun dimulai, para ksatria termasuk Laksamana Mandarakumara saudara Gatotkaca dari Prabu Duryudana pihak Kurawa bertarung sengit untuk mendapatkan putrid dari Arjuna tersebut. Pertandingan berlangsung sangat seru dikarenakan peserta yang ikut sayembara tersebut cukup tangguh – tangguh, tetapi hal itu tidak membuat Gatotkaca takut dan mengurungkan niatnya untuk mengikuti sayemabara, dengan gagah berani Gatotkaca melawan para ksatria yang menjadi peserta. Satu demi satu ksatria dikalahkan oleh Gatotkaca hingga pada akhirnya Gatotkaca melawan Laksamana Mandrakurama, pertandingan terakhir Gatotkaca melawan saudaranya dari Prabu Duryudana tersebut. Walaupun yang dilawan saudarannya sendiri, Gatotkaca tetap menghajar Laksamana Mandarakumara dengan sungguh – sungguh hingga pada akhirnya Gatotkaca mengalahkannya. Kemenangan sudah diraih Gatotkaca dan sesuai dari hadiah sayembara tersebut, Gatotkaca kemudian menikahi saudara sepupunya sendiri Dewi Perigwa putri dari Arjuna. Beberapa bulan kemudian Dewi Perigwa mengandung anak dari Gatotkaca, dan pada akhirnya Dewi Perigwa melahirkan anak yang diberi nama Sasikirana. Arimbi merasa Gatotkaca sudah cukup dewasa, pada akhirnya tahta kerajaan Pringgadani diturunkan ke putranya tersebut. Dewi Arimbi memiliki lima orang adik yang bernama Brajamusti, Brajalamadan, Brajawikalpa, Kalabenda dan Brajadenta, mereka adalah kaum raksasa tetapi mereka berbentuk bulat, kerdil, hatinya mulia dan polos. Brajadenta dianggap sebagai patih dan diberi tempat tinggal di Kasatrian Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber. 67 Glagahtinunu. Mereka semua adalah paman dari Gatotkaca yang sangat menyayangi Gatotkaca kecuali Brajadenta, karena saat mengetahui bahwa tahta diturunkan kepada Gatotkaca, Sengkuni dari Kerajaan Hastina datang untuk menghasut Brajadenta bahwa tahta Pringgadani seharusnya menjadi miliknya bukan Gatotkaca yang umurnya masih seumur jagung. Akibat hasutan tersebut, Brajadenta memberontak ingin merebut kembali tahta dari tangan Gatotkaca yang baru saja dilantik. Brajamusti yang berpihak ke Gatotkaca, membela Gatotkaca bertarung melawan kakaknya tersebut. untuk menyadarkan saudaranya, tetapi hal itu sama sekali tidak digubris dengan Brajadenta dan akhirnya pertarungan antara kedua paman – pamannya, pertarungan berlangusng begitu singkat hingga pada akhirnya kedua raksasa kembar itu sama – sama tewas. Saat mereka berdua tewas, arwah Brajamusti merasuk ke tangan kanan Gatotkaca dan arwah Brajadenta merasuk ke tangan kiri gatotkaca, dengan merasuknya kedua paman Gatotkaca tadi semakin menambahkan kekuatan dari Gatotkaca. Setelah peristiwa itu Gatotkaca mengangkat Brajalamadan sebagai patih baru, bergelar Patih Prabakiswa. • Chapter 4: The Dead of Gatotkaca Sore hari, perang Bharatayuda dimulai sangat sengit, peperangan berlangusng sampai sore hari. Saat itu Adipati Karna diangkat menjadi senapati dan akan menyerang lasykar Randuwatangan, kemudian Kresna memberi saran kepada Bima bahwa Gatotkaca akan diangkat menjadi senapati untuk melawan musuh yang menyerang. Mengetahui hal itu Gatotkaca merasa terhormat dan berbangga diri karena saat ini yang paling ditunggu – tunggu oleh Gatotkaca. Arjuna ikut bangga dan memuji keponakannya itu, Setelah diangkat menjadi Senapati, Gatotkaca menuju medan peperangan dengan gagah berani, peperangan berlangsung sangat mengerikan. Kedua pasukan raksasa saling menyerang dengan suara raungan yang sangat keras, suaranya terdenger seperti auman singa yang marah di tengah padang rumput. Gatotkaca membuat jengkel lawannya, gerakannya secepat kilat sehingga yang terlihat wujud Gatotkaca menjadi ribuan, satu persatu Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber. 68 kepala lawannya disambar dari langit dan membuat lumpuh lawannya. Tetapi tidak hanya musuhnya yang tewas. Melihat semua pasukannya tewas, Adipati Karna tidak dapat berbuat sesuatu lagi selain melawan Gatotkaca sendiri. Adipati Karna segera melaju menuju Gatotkaca dengan cepat, ketika mereka saling berhadapan keduanya saling mengadu kemampuan dan kesaktian yang dimiliki untuk melumpuhkan lawannya. Adipati Karna terpaku melihat kesaktian Gatotkaca, dia mengeluarkan senjata Kunta dan merubah rencana awalnya menggunakan senjata Kunta untuk melawan Arjuna. Gatotkaca langsung berwaspada ketika melihat Adipati Karna mengeluarkan senjata pusaka tersebut, Adipati Karna segera melepaskan anak panahnya itu. Gatotkaca langsung terbang lebih tinggi untuk menghindar dari senjata pusaka itu, begitu anak panah dilepaskan langsung mengejar dan Gatotkaca terus melesat keatas awan, pikirnya panah tersebut tidak akan bisa menjangkau ketinggian Gatotkaca tetapi panah tersebut terus mengejarnya hingga keatas langit. Syahdan, Kala Bendana paman raksasa Gatotkaca yang kerdil berhati bersih, dia tidak sengaja terbunuh oleh Gatotkaca saat membela Abimanyu yang sedang di larang oleh Kala Bendana untuk beristri dua. Dia tetap setia menunggu Gatotkaca di alam madyantara. Raksasa kedil yang saat itu berbentuk roh yang setengah sempurna akan menjemput Gatotkaca pada waktunya, ketika perang besar Bharatayuda ini lah saat yang ditunggu. Maka dia bersiap berkeliling di atas arena tegal Kuru. Ketika dia melihat senjata Kunta melesat menuju Gatotkaca dan tidak dapat menjangkau Gatotkaca, senjata tersebut langsung ditangkap dan dibawa oleh paman Gatotkaca tersebut menuju ke arah Gatotkaca, Gatotkaca terkejut melihat sosok arwah pamannya datang keatas awan sambil membawa senjata Kunta dan mengajak keponakannya menuju surga. Gatotkaca yang sangat menghormati pamannya tidak dapat menolak ajakan pamannya, dia pasrah dan mengaku segala kesalahannya di masa lalu, dia mengajukan permintaan terakhir ke pamannya tersebut. Gatotkaca meminta agar kematiannya harus membawa korban di pihak musuh, agar kematiannya tidak sia – sia. Permintaan Gatotkaca tersebut di penuhi oleh Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber. 69 pamannya, sebelum dikabulkan senjata Kunta diarahkan kearah perut Gatotkaca yang tersenyum menerima takdirnya. Senjata Kunta akhirnya menembus perut Gatotkaca dimana dalam perutnya terdapat Warangka, bersatunya kedua senjata pusaka milik Batara Guru itu menimbulkan akibat yang hebat disertai dengan suara menggelegar hebat bagaikan meteor jatuh dari langit, raga Gatotkaca yang berubah menjadi besar menjadi raksasa melesat menuju medan peperangan di bawah sana. Jatuhnnya raga Gatotkaca tidak ada yang mengira karena melesat begitu cepat dan menimpa kereta perang Adipati karna dan seluruh pasukan pihak Kurawa, keretanya hancur berkeping – keping, tetapi Adipati Karna berhasil menghindari. Jatuhnya raga Gatotkaca mengakibatkan medan perang berlubang besar bagaikan terkena bom dengan daya ledak tinggi menewaskan seluruh prajurit Kurawa. Bima sangat sedih dan segera mencari Adipati Karna yang lari meninggalkan medan peperangan, Sri Kresna segera meredam kemarahan Bima dan menyuruh agar menunda dendamnya. Keadaan setengah sadar, Dico bergumam dan bertanya-tanya apakah dia sudah meninggal atau semua tadi hanyalah mimpi. Ditengah- tengah gumamannya terdengar suara wanita yang memanggil namanya, saat Dico membuka matanya, ternyata yang membangunkannya adalah Kirana dan ditemani dengan kawan-lawan Dico, Ian, Dio, Tria, dan Dimas. Dico baru sadar bahwa semua yang dialami di dunia wayang hanyalah imajinasinya saja.

4. Pembagian Sequence