Pada masa remaja akhir banyak hal yang dialami remaja yang berhubungan dengan emosi. Remaja akhir banyak mengalami tegangan emosi
dalam menjalani kehidupan. Tegangan emosi yang dialami pada tahap remaja akhir lebih kompleks dan lebih sering terjadi dibandingkan remaja awal.
Dibandingkan masa remaja awal, remaja akhir banyak mengalami masalah yang berhubungan dengan orang lain seperti masalah adaptasi dengan
lingkungan sosial maupun dengan pasangan Hurlock, 1957. Emosi-emosi yang muncul pada remaja akhir antara lain marah,
takut, khawatir, cemburu dan lain-lain. Emosi yang lebih banyak muncul pada masa remaja akhir adalah marah. Remaja yang sedang mengalami sikap marah
disebabkan oleh kurangnya kemampuan mereka dalam mengungkapkan secara jelas apa yang mereka rasakan kepada orang lain Hurlock, 1957; Hurlock,
1973.
D. Dinamika Hubungan Kecerdasan Emosi dan Perilaku Asertif
Salah satu hal yang berkontribusi pada perilaku asertif remaja adalah kecerdasan emosi. Terdapat penelitian yang dilakukan oleh Akbari 2012
mengenai kontribusi kecerdasan emosi terhadap perilaku asertif. Hasil penelitian tersebut menjelaskan bahwa kecerdasan emosi memberi kontribusi
secara efektif sebesar 30,3 pada perilaku asertif pada siswa SMP Al-Azhar. Masa remaja akhir merupakan masa yang penuh dengan gejolak
emosi. Pada masa ini, remaja sering mengalami fluktuasi emosi atau emosi yang belum stabil dan tidak menentu. Munculnya emosi ini juga berlangsung
lebih sering dibanding masa sebelumnya Rosenblum Lewis, 2003 dalam
Santrock 2007. Masalah-masalah yang beragam yang belum pernah dialami sebelumnya muncul pada masa remaja akhir. Masalah yang beragam menuntut
mereka untuk dapat menyelesaikannya dengan tepat. Dalam menghadapi emosi yang muncul, remaja memerlukan kecerdasan emosi untuk membantu
mereka dalam menghadapi setiap permasalahan. Kecerdasan emosi pada dasarnya membantu individu untuk
mengetahui apa yang sedang dialami dan dirasakan individu pada situasi tertentu Goleman, 1999. Ketika individu mengetahui apa yang sedang terjadi
pada dirinya, maka individu tersebut lebih mudah untuk menentukan perilaku apa yang tepat untuk dilakukan pada situasi tertentu. Kemampuan untuk
melakukan suatu perilaku dan mengekspresikan perasaan secara terbuka ketika menghadapi situasi tertentu merupakan bagian dari perilaku asertif
Alberti dan Emmons, 1987. Kecerdasan emosi membantu individu untuk dapat memelihara
hubungan interpersonal Stys dan Brown, 2004; Lynn, 2002. Kemampuan untuk memelihara hubungan interpersonal dengan baik juga membuat remaja
akhir dapat memiliki hubungan interpersonal yang seimbang dalam lingkungan sosial karena tidak ada pihak yang akan dirugikan
Alberti dan Emmons, 1987. Kedua variabel baik kecerdasan emosi maupun perilaku
asertif sama-sama bertujuan untuk membentuk suatu hubungan interpersonal yang baik tanpa ada yang merasa dirugikan.
Remaja akhir
yang memiliki
kecerdasan emosi
mampu mengendalikan diri ketika menghadapi masalah dengan orang-orang di
sekitarnya. Kecerdasan emosi membantu remaja akhir dalam mengolah dan meregulasi emosi yang dimilikinya ketika menghadapi perubahan emosi yang
sering terjadi pada masa tersebut Santrock, 2007. Ketika remaja dapat meregulasi emosi yang dia alami remaja tersebut juga dapat mengungkapkan
emosi dan perasaan yang sedang dialami secara lebih jujur dan adaptif sehingga tidak menyakiti hati dan merugikan orang lain Alberti dan Emmons,
1987. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa ketika remaja akhir
memiliki kemampuan untuk mengelola emosi dengan baik maka remaja akhir juga memiliki kemampuan untuk dapat mengekspresikan emosinya secara
jujur dan lebih adaptif. Penjelasan tersebut juga menunjukkan bahwa remaja akhir yang memiliki kecerdasan emosi dengan baik juga akan memiliki
perilaku asertif yang baik.
E. Hipotesis