skala tersebut memiliki nilai reliabilitas yang mendekati 1,00. Skala kecerdasan emosi memiliki nilai reliabilitas sebesar 0,920 dan skala perilaku
asertif mendapatkan nilai reliabilitas sebsar 0,927. Dari 70 item kecerdasan emosi didapatkan 53 item yang baik dan lolos seleksi. Sedangkan skala
perilaku asertif mendapatkan 51 item yang baik dan lolos seleksi. Setelah ditemukan item-item yang memiliki kualitas baik, maka item-item tersebut
disusun kembali oleh peneliti untuk proses pengambilan data. Proses pengambilan data dilakukan pada tanggal 9 Juni sampai 14
Juni 2013. Pengambilan data ini dilakukan di beberapa sekolah dan perguruan tinggi yang ada di Yogyakarta. Subjek yang diminta untuk mengisi skala
adalah subjek yang sesuai dengan kriteria penelitian. Pada proses pengambilan data kali ini, peneliti juga meminta bantuan kepada orang yang dipercayai
untuk membagikan skala. Jumlah total skala yang disebarkan adalah 215 skala. Akan tetapi skala yang kembali kepada peneliti berjumlah 187 skala.
Dari 187 skala tersebut tidak semua digunakan dalam proses pengolahan data. Hal ini dikarenakan terdapat 17 skala yang belum terisi dengan lengkap
sehingga tidak digunakan dalam olah data.
B. Deskripsi Subjek
Dalam penelitian ini jumlah data yang diperoleh sebanyak 170 data. Subjek yang digunakan dalam penelitian ini merupakan subjek yang berada
pada tahap perkembangan remaja akhir dengan rentang usia 17-21 tahun subjek tersebut terdiri dari pelajar dan mahasiswa
Tabel 7. Kategorisasi Subjek Berdasarkan Rentang Usia
Tabel 8. Kategorisasi Subjek Berdasarkan Tingkat Pendidikan
C. Hasil Penelitian
1. Uji Normalitas
Pengujian normalitas merupakan salah satu metode yang digunakan untuk melihat apakah data penelitian yang digunakan
berdistribusi normal atau tidak. Uji normalitas ini diolah dengan SPSS 16.0 for Windows. Teknik yang digunakan dalam uji normalitas ini adalah
teknik Kolmogorov-Smirnov. Hasil sebaran data yang diperolah dapat dikatakan berdistribusi normal apabila signifikansi atau probabilitas p
diatas 5 atau 0,05. Sedangakan apabila signifikansi atau probabilitas p dibawah 0,05 maka sebaran data dikatakan tidak normal. Santoso, 2010.
Usia Jumlah
17 tahun 27 subjek
18 tahun 34 subjek
19 tahun 40 subjek
20 tahun 35 subjek
21 tahun 34 subjek
Tingkat Pendidikan Jumlah
Pelajar 27 subjek
Mahasiswa 143 subjek
Hasil uji normalitas yang sudah dilakukan dapat dilihat pada tabel berikut ini :
Tabel 9. Hasil Uji Normalitas
Berdasarkan data hasil uji normalitas diatas dapat dilihat bahwa variabel kecerdasan emosi memiliki nilai Kolmogorov-Smirnov sebesar
0,987 dengan signifikansi 0,284. Sedangkan untuk variabel perilaku asertif diperoleh nilai Kolmogorov-Smirnov sebesar 1,195 dengan signifikansi
sebesar 0,115. Kedua hasil taraf signifikansi tersebut berada diatas 0.05 atau p 0,05 sehingga dapat dikatakan bahwa kedua variabel tersebut
memiliki sebaran data yang berdistribusi normal.
2. Uji Linearitas
Uji linearitas dilakukan untuk melihat apakah hubungan antar variabel mengikuti garis lurus atau tidak. Uji linearitas diolah dengan SPSS
16.0 for Windows. Pengujian ini dilakukan dengan melihat taraf signifikansi dari variabel penelitian. Apabila nilai taraf signifikansi lebih
kecil dari 0,05 maka data yang diperoleh dinyatakan linier. Sedangkan jika signifikansi diatas 0,05 maka data belum dapat dikatakan linier.
Variabel Kolmogorov-
Smirnov Z Asymp. Sig.
2 tailed Keterangan
Kecerdasan Emosi 0,987
0,284 Normal
Perilaku Asertif 1,195
0,115 Normal
Hasil uji linearitas yang sudah dilakukan dapat dilihat pada tabel berikut ini :
Tabel 10. Hasil Uji Linearitas
B e
Berdasarkan data hasil uji linearitas diatas dapat dilihat bahwa signifikansi yang muncul adalah 0.000. Hal ini menunjukkan bahwa data
yang diperoleh linier karena nilai signifikansi berada dibawah 0.05.
3. Uji Hipotesis
Uji hipotesis digunakan untuk melihat kesesuaian hasil dari penelitian yang dilakukan dengan hipotesis awal yang diajukan peneliti.
Pengujian hipotesis ini dilihat dari koefisien korelasi yang dihasilkan pada data yang sudah diolah. Koefisien korelasi yang digunakan dalam uji
hipotesis berkisar antara -1,0 sampai 1,0 Menurut Usman dan Akbar 2008, interpretasi nilai koefisien
korelasi dapat digolongkan sebagai berikut: Tabel 11.
Interpretasi Nilai Koefisen Korelasi
Variabel Uji Linearitas
F Sig.
Kecerdasan Emosi Combined
5,482 0,000
Perilaku Asertif Linearity
Deviation from Linearity 274,444
0,845 0,000
0,759
R Interpretasi
Tidak berkorelasi 0,01 - 0,20
Sangat rendah 0,21
– 0,40 Rendah
0,41 – 0,60
Agak rendah 0,61
– 0,80 Cukup
0,81 – 0,99
Tinggi 1
Sangat tinggi
Hasil uji korelasi dari data yang sudah diolah dapat dilihat pada tabel berikut :
Tabel 12. Hasil Uji Hipotesis
Hipotesis awal dari penelitian ini adalah terhadap hubungan antara kecerdasan emosi dan perilaku asertif pada remaja akhir. Dari hasil
data yang sudah diolah, dapat dilihat bahwa koefisian korelasi antar variabel bernilai 0,796 dengan signifikansi 0.000. Hal tersebut
menunjukkan bahwa hipotesis awal diterima, terdapat hubungan kecerdasan emosi dan perilaku asertif pada remaja akhir.
Tabel 13. Hasil Sumbangan Variabel Kecerdasan Emosi
Penelitian ini juga melihat hasil koefisien determinasi r squared yang ada pada penelitian ini. Koefisien determinasi ini digunakan untuk
melihat besarnya sumbangan yang diberikan antara variabel independent terhadap variabel dependent. Hasil koefisien determinasi r squared yang
didapatkan dalam penelitian ini adalah 0,633. Hal ini menunjukkan bahwa kecerdasan emosi memberikan sumbangan sebesar 0,633 atau 63,3
terhadap perilaku asertif pada remaja akhir.
Hubungan r
Sig.
Hubungan Kecerdasan Emosi dan Perilaku Asertif
0,796 0,000
Measures of Association
R R Squared
Eta Eta Squared
X Y .796
.633 .864
.746
4. Analisis Data Tambahan
a. Kategorisasi Tingkat Kecerdasan Emosi dan Perilaku Asertif
Berdasarkan Tingkat Pendidikan Tabel 14.
Rumus Norma Kategorisasi
Kategori Rentang
Sangat Rendah x ≤ m + -1,5 SD
Rendah m + -
1,5 SD x ≤ m + -0,5 SD Sedang
m + - 0,5 SD x ≤ m + 0,5 SD
Tinggi m + 0,5 SD x ≤ m +1,5 SD
Sangat Tinggi x ≥ m +1,5 SD
a Kategorisasi Tingkat Kecerdasan Emosi dan Perilaku Asertif Pada
Pelajar Tabel 15.
Deskripsi Mean dan SD pada Subjek Pelajar
Descriptive Statistics
Mean Std. Deviation
N X
163.96 15.842
27 Y
162.44 15.648
27
Tabel 16. Kategorisasi Tingkat Kecerdasan Emosi pada Pelajar
Kategori Rentang
Jumlah Persentase
Sangat Rendah ≤ 140.1
1 3,7
Rendah 140.1x156.0
7 25,9
Sedang 156.0x171.8
10 37
Tinggi 171.8x187.7
7 25,9
Sangat Tinggi ≥ 187.7
2 7,4
Dari hasil pengelompokan subjek pelajar berdasarkan tingkat kecerdasan emosi dapat dilihat bahwa sebagian besar
subjek masuk dalam kategorisasi sedang sebanyak 37. Subjek yang masuk dalam kategori rendah dan tinggi memiliki persentase
yang sama yaitu 25,9. Sedangkan subjek yang memiliki tingkat kecerdasan emosi sangat rendah sebanyak 3,7 dan untuk kategori
sangat tinggi sebanyak 7,4. Tabel 17.
Kategorisasi Tingkat Perilaku Asertif pada Pelajar
Kategori Rentang
Jumlah Persentase
Sangat Rendah ≤ 138.9
1 3,7
Rendah 138.9x154.6
7 25,9
Sedang 154.6x170.2
10 37,03
Tinggi 170.2x185.9
7 25,9
Sangat Tinggi ≥ 185.9
3 11,11
Tabel kategorisasi subjek pelajar menunjukkan bahwa sebagian besar subjek sebanyak 37 masuk dalam kategorisasi
yang sedang. Sebanyak 3,7 subjek masuk dalam kategori sangat
rendah. Pada kategori rendah dan tinggi persentase subjek memiliki jumlah yang sama yaitu masing-masing kategori sebesar 25,9.
Subjek yang memiliki kategori sangat tinggi sebanyak 11,11. b
Kategorisasi Tingkat Kecerdasan Emosi dan Perilaku Asertif Pada Pelajar
Tabel 18. Deskripsi Mean dan SD pada Subjek Mahasiswa
Descriptive Statistics
Mean Std. Deviation
N X
157.01 15.441
143 Y
155.54 14.341
143
Tabel 19. Kategorisasi Tingkat Kecerdasan Emosi pada Mahasiswa
Kategori Rentang
Jumlah Persentase
Sangat Rendah ≤ 133.8
7 4,8
Rendah 133.8x149.2
39 27,27
Sedang 149.2x164.7
57 39,86
Tinggi 164.7x180.1
29 20,27
Sangat Tinggi ≥ 180.1
11 7,69
Dari hasil pengelompokan subjek mahasiswa berdasarkan tingkat kecerdasan emosi dapat dilihat bahwa sebagian besar
subjek masuk dalam kategorisasi sedang sebanyak 39,8. Subjek yang masuk dalam kategori rendah berjumlah 27,27 dan untuk
kategori tinggi sebesar 20,27. Sedangkan subjek yang memiliki tingkat kecerdasan emosi sangat rendah sebanyak 4,8. Subjek
yang masuk dalam kategori sangat tinggi berjumlah 7,69 .
Tabel 20. Kategorisasi Tingkat Perilaku Asertif pada Mahasiswa
Kategori Rentang
Jumlah Persentase
Sangat Rendah ≤ 134.0
8 5,59
Rendah 134.0x148.3
36 25,17
Sedang 148.3x162.7
63 44,05
Tinggi 162.7x177.0
23 16,08
Sangat Tinggi ≥ 177.0
13 9
Tabel kategorisasi subjek mahasiswa menunjukkan bahwa sebagian besar subjek sebanyak 44,05 masuk dalam kategorisasi
yang sedang. Sebanyak 5,59 subjek masuk dalam kategori sangat rendah. Pada kategori rendah terdapat 25,17 subjek dan subjek
yang masuk kategori tinggi berjumlah 16,08. Subjek yang memiliki kategori sangat tinggi sebanyak 9..
b. Deskripsi Statistik Data Penelitian
a Variabel Kecerdasan Emosi
Tabel 21. Deskripsi Statistik Kecerdasan Emosi
N 170
Min 121
Maks 208
Mean Teoritik 132,5
Mean Empirik 158,12
SD Teoritik 15,667
Dari data variabel kecerdasan emosi dapat dilihat bahwa mean teoritik sebesar 132,5 dan mean empirik sebesar 158,12.
Mean empirik yang diperoleh yaitu 158,12 lebih besar dari mean teoritik sebesar 132,5. Hal ini menunjukkan bahwa subjek
memiliki tingkat kecerdasan emosi yang cenderung tinggi. b
Variabel Perilaku Asertif Tabel 22.
Deskripsi Statistik Perilaku Asertif
N 170
Min 121
Maks 194
Mean Teoritik 127,5
Mean Empirik 156,64
SD Teoritik 14,727
Dari data variabel perilaku asertif dapat dilihat bahwa mean teoritik sebesar 127,5 dan mean empirik sebesar 156,64.
Mean empirik yang diperoleh yaitu 156,64 lebih besar dari mean teoritik sebesar 127,5. Hal ini menunjukkan bahwa subjek
memiliki tingkat perilaku asertif yang cenderung tinggi.
D. Pembahasan
Penelitian ini bertujuan untuk melihat hubungan antara variabel kecerdasan emosi dengan variabel perilaku asertif pada remaja akhir.
Hipotesis awal yang diajukan peneliti adalah terdapat hubungan kecerdasan emosi dan perilaku asertif pada remaja akhir. Hasil penelitian menunjukkan
bahwa terdapat korelasi antar kedua variabel sebesar 0,796 dengan signifikansi sebesar 0,000.
Hasil dari data yang sudah diolah menunjukkan bahwa hipotesis awal peneliti yang menduga bahwa terdapat hubungan kecerdasan emosi dan
perilaku asertif pada remaja akhir diterima. Hubungan antar kedua variabel penelitian merupakan hubungan positif. Hubungan positif antara kedua
variabel terjadi apabila terdapat peningkatan atau penurunan nilai dari suatu variabel diikuti oleh peningkatan atau penurunan dari variabel yang lain.
Prasetyo Jannah, 2008. Dalam penelitian ini jika remaja akhir memiliki kecerdasan emosi yang tinggi maka perilaku asertif yang dimiliki juga akan
tinggi. Demikian pula sebaliknya, apabila kecerdasan emosi remaja akhir rendah maka perilaku asertif yang dimiliki remaja akhir juga akan rendah.
Kecerdasan emosi memiliki nilai koefisien korelasi dengan perilaku asertif sebesar 0,796. Kedua variabel penelitian memiliki hubungan yang
positif. Hasil penelitian ini juga menunjukkan bahwa kecerdasan emosi memberikan sumbangan sebesar 63,3 terhadap perilaku asertif pada remaja
akhir. Kecerdasan emosi merupakan suatu kemampuan yang membantu
remaja akhir untuk mengetahui apa yang sedang mereka alami dan rasakan pada situasi tertentu Goleman, 1999. Ketika remaja akhir mengetahui apa
yang sedang terjadi pada dirinya, maka mereka mampu untuk menentukan perilaku apa yang akan dilakukan ketika menghadapi situasi tertentu.
Kemampuan untuk melakukan suatu perilaku dan mengekspresikan perasaan
secara terbuka ketika menghadapi situasi tertentu merupakan bagian dari perilaku asertif. Alberti dan Emmons, 1987.
Masa remaja akhir merupakan masa yang penuh dengan gejolak emosi dan perubahan emosi yang tidak menentu Santrock, 2007. Remaja
akhir yang memiliki kemampuan kecerdasan emosi mampu untuk mengelola dan mengolah emosi yang sedang dirasakan ketika menghadapi suatu masalah.
Saat remaja akhir dapat mengelola emosinya mereka dapat lebih mudah untuk melakukan perilaku asertif dengan cara mengungkapkan secara jujur apa yang
sedang dia rasakan ketika menghadapi suatu persoalan Alberti dan Emmons, 1987.
Remaja akhir yang memiliki kecerdasan emosi dapat memiliki hubungan interpersonal yang baik karena kecerdasan emosi membantu
individu dalam memelihara hubungan interpersonal dengan orang lain. Stys L, Brown, 2004; Lynn, 2002. Hal ini juga berhubungan pada perilaku
asertif dimana setiap orang juga dapat memiliki hubungan interpersonal yang seimbang. Kedua kemampuan tersebut yaitu kemampuan mengelola emosi
dan berperilaku asertif sama-sama bertujuan untuk dapat memelihara hubungan interpersonal dengan baik.
Ketika remaja akhir dapat memelihara hubungan interpersonal dengan baik maka mereka akan berusaha melakukan perilaku yang tidak
merugikan individu yang ada pada lingkungan sosialnya. Hal tersebut membantu mereka untuk dapat melakukan hubungan interpersonal secara
seimbang tanpa ada yang merasa dirugikan satu sama lain Alberti dan Emmons, 1987.
Berdasarkan data demografis yang ada peneliti membuat kategorisasi tingkat kecerdasan emosi dan perilaku asertif baik pada subjek pelajar maupun
mahasiswa. Pada variabel kecerdasan emosi sebagian besar subjek pelajar masuk dalam kategori sedang dengan jumlah 37. Pada subjek mahasiswa
sebagian besar subjek memiliki kecerdasan emosi yang sedang yaitu sebanyak 39,86 masuk dalam kategori tingkat kecerdasan emosi yang sedang.
Pada variabel perilaku asertif sebagian besar subjek baik pelajar dan mahasiswa masuk dalam kategori sedang. Subjek pelajar yang masuk dalam
kategori sedang berjumlah berjumlah 37,03, sedangkan subjek mahasiswa yang masuk kategori sedang berjumlah 44,05. Jumlah subjek baik pelajar
maupun mahasiswa yang sebagian besar masuk dalam kategori sedang menunjukkan bahwa data hasil penelitian berdistribusi normal.
Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa adanya hubungan signifikan antara kedua variabel adalah karena subjek dalam
penelitian ini memiliki kecerdasan emosi yang cenderung tinggi dan perilaku asertif yang juga cenderung tinggi. Ketika remaja akhir memiliki kecerdasan
emosi yang tinggi maka remaja akhir tersebut juga memiliki perilaku asertif yang tinggi pula. Demikian pula sebaliknya apabila kecerdasan emosi remaja
akhir rendah maka perilaku asertif yang dimiliki remaja akhir juga akan rendah.
E. Keterbatasan Penelitian