yang juga menjadi beban Longenecker, dkk, 2001, h. 9. Seorang wirausaha akan menghadapi tantangan dalam berwirausaha bahkan saat akan mulai
mengoperasikan bisnisnya, yaitu mereka harus bekerja keras dan menuntut kekuatan emosi. Wirausaha mengalami tekanan pribadi seperti saat mereka
harus meyita banyak waktu dan tenaga untuk mengurus bisnisnya. Tantangan lain dalam berwirausaha yaitu kemungkinan gagal dalam berbisnis. Tidak ada
jaminan kesuksesan dalam berwirausaha. Tantangan berupa kerja keras, tekanan emosional, dan fisik akan membutuhkan komitmen dan pengorbanan
tinggi seorang wirausaha jika mengharapkan untuk mendapatkan keuntungan.
G. Kerangka Berpikir Peneliti
Berdasarkan teori-teori di atas, maka peneliti membuat kerangka atau alur berpikir sebagai berikut. Orang Koja adalah salah satu komunitas WNI keturunan
India yang berasal dari Gujarat. Profesi nenek moyang mereka secara turun temurun adalah berwirausaha atau berdagang. Selain itu, mereka juga sebagai
pendakwah agama. Kebanyakan di antara mereka melakukan bisnis arloji, kacamata, sarung, peci, dan sebagainya Suud dalam Muhammad, 1999, h. 239.
Perkembangan manusia dalam hidupnya tidak lepas dari pengaruh biologisgenetis dan lingkungan di sekitarnya. Super Harkness Dayakisni
Yuniardi, 2004, h. 134 menyatakan bahwa perkembangan manusia tidak dapat dilepaskan dari konteks sosiokultural, yang meliputi: konteks fisik dan lingkungan
sosial dimana anak itu hidup dan tinggal, praktik pendidikan dan pengasuhan anak, dan karakteristik psikologis orangtua. Begitu juga dengan komunitas Koja.
78 78
Sejak kecil, anak-anak dari keluarga Koja sudah dididik untuk berwirausaha atau berdagang. Dalam kasus ini, ada proses belajar berupa pewarisan tegak dari
orangtua kepada anak tentang nilai-nilai wirausaha Cavalli-Sforza Feldman dalam Berry, dkk, 1999, h. 32. Dengan demikian, nilai-nilai wirausaha pun lama
kelamaan akan terinternalisasi dalam diri anak Koentjaraningrat, 1990, 228 – 229. Selain pengaruh orangtua, ada juga pengaruh orang dewasa lain di sekitar
anak Koja yang memang kental dengan nuansa wirausaha. Setiap orang lahir dengan bakat dan kepribadian yang berbeda. Tidak setiap
orang Koja dilahirkan dengan bakat untuk menjadi wirausaha. Menurut John Holland Santrock, 2001, h. 94, ada hubungan atau keterkaitan antara tipe
kepribadian dengan pemilihan karir seseorang. Ada beberapa di antara orang Koja yang sudah dibekali dengan nilai-nilai wirausaha sejak kecil namun kurang cocok
bila berdagang. Selain karena kurangnya bakat dalam berdagang, ada hal lain yang juga bisa ikut berpengaruh, yaitu pengaruh teman sebaya yang ditemui
ketika seseorang mulai bersekolah. Pewarisan mendatar Berry, dkk, h. 32 berlaku dalam proses belajar yang dialami orang Koja ini.
Orang Koja yang mulai beranjak dewasa mulai mencoba trial untuk berwirausaha. Namun, tidak semua usaha dagang yang dilakukan itu
berhasilsukses error. Efek yang kurang memuaskan ini membuat beberapa orang Koja memutuskan untuk mencoba mencari pekerjaan di bidang lain yang
lebih sesuai dengan kepribadian dan bakatnya. Dengan demikian, ada proses belajar sesuai dengan hukum efek dan trial and error yang disampaikan oleh
Thorndike.
79 79
Salah satu jenis pekerjaan yang dijadikan alternatif oleh orang Koja dalam bekerja adalah PNS. PNS adalah salah satu pekerjaan yang oleh mayoritas orang
Jawa memiliki prestige yang tinggi. PNS menyediakan berbagai macam fasilitas, seperti gaji tetap setiap bulan, adanya jaminan kenaikan pangkat, tunjangan,
pemberian cuti, kelanggengan pekerjaan, dan juga jaminan hari tua berupa pensiun Djatmika Marsono, 1995, h. 99. Fasilitas ini belum tentu didapat jika
seseorang bekerja menjadi wirausaha karena pekerjaannya sanagt bergantung pada pasarpermintaan yang fluktuatif.
Ada orang Koja yang mempunyai kepribadian sosial dimana mereka lebih menyenangi pekerjaan yang berhubungan dengan orang lain Holland dalam
Santrock, 2001, h. 95. Beberapa dari mereka senang bekerja untuk melayani negara dan pemerintah. Adanya kebutuhan untuk mengaktualisasikan diri ini,
akhirnya beberapa dari mereka memilih tipe pekerjaan yang lebih sesuai dengan kebutuhan dan kepribadiannya. Kebutuhan aktualisasi diri adalah kebutuhan akan
pemenuhan diri, untuk memaksimalkan kemampuan yang dimiliki dan mencapai cita-citanya. Untuk memuaskan kebutuhan ini, seseorang akan menyukai
pekerjaan dimana ada kesempatan untuk berkembang dan bertanggung jawab sehingga mereka bisa mengasah kemampuan mereka seoptimal mungkin Maslow
dalam Schultz Schultz, 2002, h. 224. Selain kebutuhan aktualisasi diri, ada juga kebutuhan lain yang mendorong
orang Koja untuk tidak menjadi wirausaha. Kebutuhan-kebutuhan ini berkaitan teori motivasi yang diungkapkan Alderfer Schultz Schultz, 2002, h. 227,
yaitu: kebutuhan eksistensi existence needs, kebutuhan keterhubungan
80 80
relatedness needs, dan kebutuhan pertumbuhan growth needs. Adanya jaminan penerimaan gaji yang tetap, hak kenaikan pangkat dan jaminan uang pensiun
merupakan salah satu contoh kebutuhan eksistensi dan kebutuhan pertumbuhan. Menurut Anoraga 1998, h. 5, salah satu hal yang paling memotivasi orang untuk
bekerja adalah rasa aman dan kesempatan untuk naik pangkat dalam pekerjaanya. Ada perusahaan yang tidak menyediakan kesempatan untuk naik pangkat bagi
karyawannya sehingga karyawan merasa dirinya tidak maju di bidang karirnya sehingga hal ini perlu untuk diperhatikan.
Proses pewarisan mendatar dan pewarisan miring juga bisa berpengaruh bagi orang Koja dalam memilih pekerjaan. Adanya proses sosialisasi dari teman
sebaya dan resosialisasi dari orang dewasa lain, bisa membuat individu menginternalisasi nilai-nilai baru dalam dirinya yang akibatnya mengubah
sikapnya tentang suatu pekerjaan Berry, dkk, 1999, h. 34. Adanya teman atau saudara yang terlebih dahulu menjadi PNS dapat menjadi salah satu faktor yang
bisa memotivasi orang Koja memilih pekerjaan sebagai PNS. Berikut ini adalah bagan alur berpikir peneliti.
81 81
Motivasi menjadi PNS Dukungan keluarga kesempatan
Sosialisasi teman orang dewasa lain Tiga kebutuhan ERG Alderfer
Tipe kepribadian sosial Mencari pekerjaan lain
butuhan aktualisasi diri Tiap orang lahir dengan bakat dan kepribadian berbeda
Efek: Kurang berhasil Trial: mencoba wirausaha
Kurang cocok karir wirausaha Cocok karir wirausaha
82 82
Gambar 2.2 Bagan Kerangka Berpikir Peneliti
BAB III METODE PENELITIAN
A. Perspektif Fenomenologis