D. Pegawai Negeri Sipil PNS
1. Definisi Pegawai Negeri dan Pegawai Negeri Sipil Peraturan yang mengatur masalah kepegawaian negeri adalah UU No. 8
tahun 1974. Kemudian, dibuatlah UU No. 43 tahun 1999 yang mengatur beberapa perubahan pokok-pokok kepegawaian dalam UU sebelumnya.
Dalam UU No. 43 tahun 1999 pasal 1 ayat 1 2000, h. 13, disebutkan bahwa yang dimaksud dengan pegawai negeri adalah setiap warga negara Republik
Indonesia yang telah memenuhi syarat yang ditentukan, diangkat oleh pejabat yang berwenang dan diserahi tugas dalam suatu jabatan negeri, atau diserahi
tugas negara lainnya, dan digaji berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Definisi itu dapat diperinci dalam empat pokok sebagai berikut,
yaitu: memenuhi syarat-syarat yang ditentukan,
diangkat oleh pejabat yang berwenang, diserahi tugas dalam sesuatu jabatan negeri,
digaji menurut peraturan perundang-undangan yang berlaku. Tidak semua orang yang bekerja dalam jabatan negeri atau menurut
istilah umum pada suatu kantor pemerintah adalah pegawai negeri Djatmika Marsono, 1995, h. 10. Dalam UU No. 43 tahun 1999 2000, h. 13 - 14
pasal 1 juga dijelaskan pengertian jabatan negeri, jabatan struktural dan jabatan organik. Jabatan negeri adalah jabatan dalam bidang eksekutif yang
ditetapkan berdasarkan peraturan perundang-undangan, termasuk di dalamnya jabatan dalam kesekretariatan lembaga tertinggi atau tinggi negara, dan
60 60
kepaniteraan pengadilan. Jabatan karier adalah jabatan struktural dan fungsional yang hanya dapat diduduki PNS setelah memenuhi syarat yang
ditentukan. Jabatan organik adalah jabatan negeri yang menjadi tugas pokok pada suatu satuan organisasi pemerintah.
Dalam birokrasi pemerintah dikenal jabatan karier, yakni jabatan dalam lingkungan birokrasi yang hanya dapat diduduki oleh PNS. Jabatan karir dapat
dibedakan menjadi 2, yaitu: a. Jabatan struktural: yaitu jabatan yang secara tegas ada dalam struktur
organisasi. Kedudukan jabatan struktural bertingkat-tingkat dari tingkat yang terendah eselon IVb hingga yang tertinggi eselon IVa. Contoh
jabatan struktural di PNS Pusat adalah: Sekretaris Jenderal, Direktur Jenderal, Kepala Biro, dan Staf Ahli. Sedangkan contoh jabatan struktural
di PNS Daerah adalah: sekretaris daerah
, kepala dinasbadankantor, kepala bagian, kepala bidang, kepala seksi,
camat , sekretaris camat,
lurah ,
dan sekretaris lurah. b. Jabatan fungsional: yaitu jabatan yang tidak secara tegas disebutkan dalam
struktur organisasi tetapi dari sudut pandang fungsinya diperlukan oleh organisasi, misalnya:
guru ,
dosen ,
dokter ,
perawat ,
bidan , apoteker,
peneliti, perencana, pranata komputer, dan statistisi
. 2. Jenis-jenis Pegawai Negeri Sipil
Jenis-jenis pegawai negeri diatur dalam pasal 2 UU No. 43 tahun 1999 2000, h. 14. Pegawai negeri terdiri atas: PNS Pegawai Negeri Sipil,
anggota TNI, dan anggota Kepolisian Negeri RI. Pada pasal 2 ayat 2
61 61
dijelaskan bahwa PNS terdiri atas PNS pusat dan PNS daerah. PNS pusat adalah PNS yang gajinya dibebankan pada APBN dan bekerja pada
departemen, lembaga pemerintah non departemen, kesekretariatan lembaga tertinggitinggi negara, instansi vertikal di daerah provinsikabupatenkota,
kepaniteraan pengadilan, atau dipekerjakan untuk menyelenggarakan tugas negara 2000, h. 30. PNS daerah adalah PNS daerah provinsikabupatenkota
yang gajinya dibebankan pada APBD dan bekerja pada pemerintah daerah atau dipekerjakan di luar instansi induknya.
Ada istilah lain yang berkaitan dengan pegawai negeri, yaitu pegawai tidak tetap. Pegawai tidak tetap adalah pegawai yang diangkat oleh pejabat
berwenang untuk jangka waktu tertentu guna melaksanakan tugas pemerintahan dan pembangunan yang bersifat teknis profesional dan
administrasi sesuai dengan kebutuhan dan kemampuan organisasi. Pegawai tidak tetap tidak berkedudukan sebagai pegawai negeri 2000, h. 30. Jadi,
tidak semua yang bekerja dalam kantor pemerintahan adalah pegawai negeri. Ada beberapa jenis pekerja lain yang bekerja untuk negara, pemerintah
dan masyarakat namun mereka tidak termasuk dalam pegawai negeri. Golongan-golongan tersebut antara lain: pejabat negara, pegawai dengan
ikatan dinas berdasarkan ketentuan-ketentuan dalam Kitab Undang-undang Hukum Sipil, pegawai dengan ikatan dinas untuk waktu terbatas, pegawai
bulanan menurut pasal 20 ayat 2 PGPS – 1968, pegawai desa, dan pegawai perusahaan umum Djatmika Marsono, 1995, h. 17. Golongan tersebut
menduduki jabatan negeri dan menjalankan pemerintahan dan pembangunan
62 62
sama seperti pegawai negeri, hanya saja tidak termasuk sebagai pegawai negeri.
3. Kedudukan Pegawai Negeri Sipil Pada pasal 3 UU No. 43 tahun 1999 2000, h. 15 dijelaskan mengenai
kedudukan pegawai negeri. Pegawai negeri berkedudukan sebagai unsur aparatur negara yang bertugas untuk memberikan pelayanan kepada
masyarakat secara profesional, jujur, adil, dan merata dalam penyelenggaraan tugas negara, pemerintahan, dan pembangunan. Pegawai negeri juga harus
netral dari semua pengaruh golongan dan parpol serta tidak diskriminatif dalam memberikan pelayanan kepada masyarakat. Pegawai negeri juga
dilarang menjadi anggota parpol. Kewajiban yang berhak diperoleh pegawai negeri diatur dalam pasal 7
UU No. 43 tahun 1999 2000, 15. Pada pasal 7 ayat 1 disebutkan bahwa setiap Pegawai negeri berhak memperoleh gaji yang adil dan layak sesuai
dengan beban pekerjaan dan tanggung jawabnya. Pada ayat 2 disebutkan bahwa gaji yang diterima oleh pegawai negeri ini harus mampu memacu
produktivitas dan menjamin kesejahteraannya. Selain itu, pada pasal 22 2000, h. 19 dituliskan bahwa untuk kepentingan pelaksanaan tugas kedinasan dan
dalam rangka pembinaan PNS dapat diadakan perpindahan jabatan, tugas, dan atau wilayah kerja. Pasal ini mengatur kewajiban yang harus dilakukan oleh
pegawai negeri. 4. Hak-hak Pegawai Negeri Sipil
Salah satu hal yang paling sering dijadikan alasan bagi kebanyakan
63 63
orang dalam memilih pekerjaan sebagai pegawai negeri adalah karena adanya pemberian hak-hak yang cukup menguntungkan. Dalam UU No. 8 tahun 1974
Djatmika Marsono, 1995, h. 99 diatur mengenai hak-hak pegawai negeri. Beberapa hak yang dianggap menguntungkan adalan sistem penggajian yang
pasti setiap bulannya, pemberian bermacam-macam tunjangan, fasilitas kenaikan pangkat, pemberian kesempatan cuti, dan pemberian jaminan hari
tua. Pemberian uang pensiun akan lebih dibahas pada usaha kesejahteraan pegawai.
Sistem penggajian pegawai negeri seperti yang dianut dalam UU No.8 tahun 1974 adalah sistem gabungan antara sistem skala tunggal dan skala
ganda Djatmika Marsono, 1995, h. 99. Pemberian gaji kepada pegawai negeri tidak hanya didasarkan bahwa kepada pegawai yang berpangkat sama
diberikan gaji yang sama menurut skala tunggal, tetapi juga didasarkan pada sifat pekerjaan yang dilakukan, prestasi kerja yang dicapai, dan beratnya
tanggung jawab yang dipikul dalam melaksanakan tugas pekerjaan itu menurut sistem skala ganda. Sistem penggajian pegawai negeri yang
berlaku adalah bahwa kepada pegawai yang berpangkat sama diberikan gaji pokok yang sama, dan juga diberikan tunjangan kepada pegawai yang
melakukan pekerjaan tertentu yang sifatnya memerlukan pemusatan perhatian dan pengerahan tenaga secara terus menerus.
Dalam pasal 7, seperti yang telah disebutkan, setiap pegawai negeri berhak memperoleh gaji yang layak sesuai dengan pekerjaan dan tanggung
jawabnya. Penghasilan yang akan diterima pegawai negeri terdiri atas gaji
64 64
pokok ditambah dengan tunjangan-tunjangan, dikurangi dengan pemotongan- pemotongan tertentu masing-masing sesuai dengan peraturan perundangan
yang berlaku Djatmika Marsono, 1995, h. 99. Pemberian gaji pokok kepada pegawai negeri yang diangkat dalam suatu
pangkat tertentu diberikan gaji pokok berdasarkan golonganruang yang ditetapkan untuk pangkat itu, sesuai dengan masa kerja ia miliki. Pemberian
gaji sesuai pangkat ini memungkinkan seseorang untuk mendapatkan kenaikan gaji sesuai dengan kenaikan pangkatnya. Hal inilah yang juga
dipertimbangkan seseorang dalam memilih untuk menjadi pegawai negeri. Kenaikan gaji PNS diatur dalam Bab III, pasal 11 s.d. pasal 14 PP No. 7
tahun 1977 Djatmika Marsono, 1995, h. 106. Kenaikan gaji PNS terdiri atas kenaikan gaji berkala dan kenaikan gaji istimewa. Kenaikan gaji berkala
diberikan kepada PNS apabila telah memenuhi syarat-syarat telah mencapai masa kerja golongan yang ditentukan untuk kenaikan gaji berkala dan
mendapat penilaian rata-rata “cukup” dalam penilaian pelaksanaan pekerjaan yang ditetapkan berdasarkan PP No. 10 tahun 1979. Kenaikan gaji istimewa
diberikan sebagai penghargaan kepada PNS yang menurut daftar penilaian pelaksanaan pekerjaan menunjukkan nilai “amat baik” sehingga ia patut
dijadikan teladan, dengan memajukan saat kenaikan gaji berkala selanjutnya, selama pegawai dimaksud dalam pangkat yang dijabatnya pada saat
pemberian kenaikan gaji istimewa. Hak kedua yang didapatkan pegawai negeri adalah tunjangan. Tidak
semua tempat bekerja menjamin pemberian tunjangan seperti PNS. Kepada
65 65
PNS diberikan tunjangan keluarga, tunjangan jabatan, dan beberapa tunjangan lain Djatmika Marsono, 1995, h. 111. Tunjangan keluarga terdiri atas
tunjangan suamiistri dan tunjangan anak. Pemberian tunjangan keluarga ini sudah diatur, baik dalam segi persentase besarnya tunjangan maupun syarat
lain, seperti pekerjaan pasangan suamiistri, usia anak, status anak, dan jumlah anak yang jadi tanggungan.
Tunjangan jabatan Djatmika Marsono, 1995, h. 112 – 126 diberikan kepada PNS yang memangku jabatan strukturil dan jabatan penting lainnya
yang mengakibatkan para pejabatnya memikul tanggung jawab yang berat. Jenis dari tunjangan jabatan ini antara lain: tunjangan jabatan struktural,
tunjangan jabatan bidang pendidikan, tunjangan tugas belajar pada Fakultas Pascasarjana, tunjangan jabatan tenaga kesehatan, tunjangan jabatan penatar,
tunjangan bahaya nuklir, tunjangan jabatan pengamat gunung berapi, tunjangan jabatan pengamanan dan penyelamatan pelayaran, tunjangan
jabatan hakim pada peradilan agama, tunjangan jabatan hakim dan panitera pada peradilan tata usaha negara, tunjangan jabatan jaksa, tunjangan jabatan
peneliti, tunjangan jabatan persandian, tunjangan mahkamah pelayaran, tunjangan jabatan BPK, tunjangan jabatan bagi jabatan pimpinan pada
pengurus Korpri, tunjangan bagi PNS yang memangku jabatan tertentu, tunjangan jabatan kesyahbandaran, tunjangan jabatan Widyaiswara.
Tunjangan lain-lain Djatmika Marsono, 1995, h. 127 yang akan diperoleh oleh pegawai negeri selama mereka masih menjabat sebagai
pegawai negeri antara lain: tunjangan pangan, tunjangan cacat, dan bantuan
66 66
kematian. Syarat dan ketentuan berlakunya tunjangan dan bantuan tersebut sudah diatur dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
Hak yang didapatkan oleh pegawai negeri yang berikutnya adalah kenaikan pangkat. Pemberian kenaikan pangkat dilaksanakan berdasarkan
sistem kenaikan pangkat reguler dan kenaikan pangkat pilihan Djatmika Marsono, 1995, h. 133. Kenaikan pangkat reguler merupakan hak, oleh sebab
itu jika ada seorang PNS yang telah memenuhi syarat-syarat yang ditentukan tanpa terikat jabatannya dapat dinaikkan pangkatnya, kecuali apabila ada
alasan-alasan yang sah untuk menundanya. Kenaikan pangkat pilihan bukan merupakan hak, tetapi merupakan kepercayaan dan penghargaan kepada PNS
yang telah menunjukkan prestasi kerja yang tinggi yang diberikan kepada PNS yang memangku jabatan struktural atau jabatan fungsional tertentu yang telah
memenuhi syarat-syarat yang telah ditentukan. Selain itu, ada juga beberapa fasilitas kenaikan pangkat yang bisa
didapatkan ketika ketika menjadi pegawai negeri Djatmika Marsono, 1995, h. 137 – 141. Kenaikan pangkat istimewa adalah kenaikan pangkat yang
diberikan kepada PNS yang menunjukkan prestasi kerja yang luar biasa baiknya, atau menemukan penemuan baru yang bermanfaat bagi negara.
Kenaikan pangkat pengabdian adalah PNS yang telah mencapai batas usia pensiun yang akan berhenti dengan hormat dengan hak pensiun, dapat
dinaikkan pangkatnya lebih tinggi. Kenaikan pangkat anumerta yaitu PNS yang tewas dinaikkan pangkatnya setingkat lebih tinggi secara anumerta yang
mulai berlaku pada tanggal tewasnya PNS yang bersangkutan dan keputusan
67 67
kenaikan pangkat anumerta dimaksud diusahakan sebelum PNS yang tewas itu dikebumikan. Tiga jenis kenaikan pangkat yang lain, yaitu: kenaikan
pangkat dalam tugas belajar, kenaikan pangkat selama dalam penugasan, dan kenaikan pangkat sebagai penyesuaian ijazah.
Pemberian cuti merupakan salah satu hak yang didapatkan oleh pegawai negeri. Cuti adalah tidak masuk bekerja yang diizinkan dalam jangka waktu
tertentu untuk menjamin kesegaran jasmani dan rohani serta kepentingan pegawai negeri Djatmika Marsono, 1995, h. 146. Menurut PP No. 24
tahun 1976, cuti PNS terdiri atas: cuti tahunan, cuti besar, cuti sakit, cuti bersalin, cuti karena alasan penting, dan cuti di luar tanggungan negara.
Segala syarat telah ditetapkan dengan peraturan perundangan yang berlaku. Salah satu hal yang dijadikan alasan seseorang memilih menjadi PNS
adalah karena adanya jaminan kelanggengan pekerjaannya. Ada anggapan bahwa menjadi tidak akan terkena risiko dipecat dari pekerjaannya kecuali
jika masa pensiunnya tiba. Anggapan ini tidak bisa dibenarkan karena sebenarnya telah diatur dalam pasal 23 dan pasal 24 UU No. 8 tahun 1974
bahwa ada beberapa jenis pemberhentian PNS dari pekerjaannya. Pasal ini kemudian telah diubah dalam UU No. 43 tahun 1999.
Beberapa hal yang bisa menjadi alasan pemberhentian seorang pegawai negeri yaitu: pemberhentian atas permintaan sendiri, telah mencapai usia
tertentu, telah meninggal dunia, adanya penyederhanaan organisasi pemerintah, tidak cakap secara jasmani atau rohani, melanggar sumpah janji
atau peraturan disiplin, dihukum berdasar keputusan pengadilan, melakukan
68 68
penyelewengan terhadap ideologi negara, Pancasila, UUD 1945, atau terlibat dalam kegiatan yang menentang negara dan pemerintah, dan dikenakan
tahanan sementara oleh yang berwajib Djatmika Marsono, 1995, 199. Selain itu, jenis pemberhentian ini juga dibagi menjadi dua, yaitu
pemberhentian dengan hormat dan pemberhentian dengan tidak hormat. Jadi, kelanggengan pekerjaan sebagai PNS memang akan terus didapat asalkan
individu tidak melakukan pelanggran yang bisa menyebabkan diberhentikan dari pekerjaannya.
5. Usaha Kesejahteraan Pegawai Negeri Sipil Usaha kesejahteraan pegawai negeri diatur dalam pasal 32 UU No. 43
tahun 1999 2000, h. 32. Usaha kesejahteraan PNS diselenggarakan untuk meningkatkan kegairahan bekerja. Usaha kesejahteraan tersebut meliputi
program pensiun dan tabungan hari tua, asuransi kesehatan, tabungan pemerintah, dan asuransi pendidikan bagi putra putri PNS. Satu hal yang perlu
diperhatikan adalah PNS masih mempunyai kewajiban untuk membayar iuran setiap bulan dari penghasilannya. Sementara itu, untuk program pensiun dan
asuransi kesehatan, Pemerintah menanggung subsidi dan iuran. Usaha kesejahteraan yang lain adalah bantuan kematian yang diberikan kepada
keluarga atau ahli waris PNS yang meninggal dunia. Pada penjelasan pasal 23 ayat 1 disebutkan bahwa PNS yang diberhentikan dengan hormat tetap
menerima hak-hak kepegawaian sesuai dengan peraturan perundangan yang berlaku antara lain hak pensiun dan tabungan hari tua.
69 69
E. Komunitas Koja Semarang