Pemetaan Konsep SKRIPSI NUR LAILI NOVIANI

ditunjukkan dari pernyataan subjek berikut. ”Istri saya tidak menuntut ya. Ndak. Lha kan karena sudah di PNS harus disiplin, gini, gini. Ndak menuntut pekerjaan....” Pada kalimat lain: ”Anak-anak ndak ada masalah. Sudah biasa.” Istri subjek dapat memahami tugas sang suami sebagai abdi negara. Istri juga memahami bahwa penghasilan dari pegawai negeri tidak terlalu banyak sehingga mereka tidak menuntut suaminya untuk mencari pekerjaan yang bergaji tinggi. Keluhan untuk subjek 3 dari anak-anaknya juga tidak ada. Keadaan ini bisa disebabkan oleh pekerjaan subjek sendiri yang tidak terlalu menuntut banyak waktu di kantor sehingga subjek bisa meluangkan cukup waktu bersama keluarga.

D. Pemetaan Konsep

Berdasarkan unit-unit makna tiap subjek yang telah disusun, maka dibuat pemetaan konsep dari ketiga subjek. Bagan pemetaan konsep dapat dilihat berikut ini. 1. Pemetaan konsep: motivasi orang Koja bekerja menjadi PNS 201 201 MOTIVASI ORANG KOJA MENJADI PNS Gambar 4. 5 Bagan Pemetaan Konsep: Motivasi Orang Koja Bekerja Menjadi PNS Keterangan: Peran orangtua dalam pengasuhan anak mempengaruhi motivasi orang Koja menjadi PNS meskipun tidak secara langsung. Mayoritas orang Koja adalah keluarga pedagang dan mempunyai basis agama Islam yang kuat. Kenyataan ini berdampak pada cara orangtua mengasuh anak-anaknya. Orangtua Koja mengasuh anaknya secara otoriter terutama dalam hal agama sedangkan untuk masalah pendidikan dan pekerjaan mereka cenderung lebih memberikan kebebasan. Pengasuhan otoriter dalam agama tidak hanya 202 202 berpusat pada masalah ibadah saja, tapi juga pada pengamalan nilai-nilai keagamaan dalam kehidupan sehari-hari. Pengasuhan otoriter dalam hal agama ini mempengaruhi bagaimana orang Koja memaknai pekerjaan. Mereka memaknai pekerjaan sebagai salah satu cara beribadah dan sebagai pelaksanaan kewajiban agama. Motif bekerja ini disebut sebagai motif teogenetis. Pengasuhan yang demokratis dalam memilih pekerjaan dan pendidikan juga mempengaruhi motivasi orang Koja memilih pekerjaan sebagai PNS. Orangtua Koja ada yang cenderung membebaskan anak-anaknya dalam memilih pendidikan yang diinginkan. Orangtua Koja tidak selalu memaksa anak-anaknya untuk berwirausaha karena melihat pada potensi anaknya masing-masing. Kebebasan memilih pendidikan membuat orang Koja bisa mengenali potensi yang dimilikinya selama masa sekolah. Kebebasan yang diberikan orangtua Koja kepada anaknya dalam memilih pekerjaan juga membuat anak bisa bekerja sesuai bakat yang dimilikinya dan didukung sepenuhnya oleh keluarga. Kebebasan yang dimaksudkan di sini bukanlah kebebasan yang sepenuhnya. Orangtua Koja memberikan kebebasan tetapi tetap mengawasi dan memberikan saran atas pilihan anak-anaknya. Pengasuhan orangtua Koja kepada anak-anaknya juga mempengaruhi ada tidaknya pendidikan wirausaha sejak dini. Pada keluarga Koja dengan latar belakang orangtua pedagang, pendidikan wirausaha sejak dini umumnya diberikan. Salah satu contohnya adalah dengan mengajak anak berjualan. Pada keluarga yang latar belakangnya bukan dari keluarga pedagang, pendidikan 203 203 wirausaha ini kurang diajarkan. Contohnya seperti pada subjek 2 yang ayahnya seorang tentara sehingga subjek 2 kurang mendapatkan pendidikan berwirausaha. Ada tidaknya pendidikan berwirausaha ini juga bisa mempengaruhi minat orang Koja pada pekerjaan sebagai Pegawai Negeri Sipil PNS. Pada pendidikan berwirausaha, di dalamnya terdapat unsur sosialisasi dan internalisasi nilai berwirausaha. Sosialisasi dan internalisasi nilai wirausaha ini dipengaruhi oleh ada tidaknya bakat dan minat berwirausaha yang dimiliki orang Koja. Contohnya seperti pada subjek 1 yang merasa memiliki bakat dan minat berwirausaha, maka dia memilih untuk mencoba berwirausaha. Melalui pengalaman berwirausaha inilah subjek mengalami proses belajar trial and error. Subjek menyadari bahwa kurang berbakat berwirausaha namun minatnya tetap tinggi. Pengalaman berwirausaha ini menyebabkan orang Koja mulai tertarik pada jenis pekerjaan lain, yaitu PNS. Proses belajar berwirausaha juga bisa mengantarkan pada pengenalan bakat atau potensi yang dimiliki orang Koja. Orang Koja mulai mengenali bakat dan potensinya selama masa perkembangan. Subjek 1 dan subjek 2 menyadari bakatnya adalah mengajar, sedangkan subjek 3 menyadari bahwa potensinya adalah di bidang seni dan kemudian mulai tertarik pada bidang peternakan. Pengenalan bakat dan potensi diri inilah yang menyebabkan orang Koja menyadari bahwa bakat mereka bukanlah untuk berdagang. Pengenalan bakatpotensi diri ini menyebabkan orang Koja menyadari bahwa keinginan mereka adalah untuk 204 204 mengaktualisasikan diri dengan jalan mengabdi pada masyarakat. Pengalaman kerja yang kurang memuaskan sebelum menjadi PNS juga menyebabkan orang Koja mempunyai ketertarikan pada PNS. Berbagai fasilitas lebih yang dijanjikan dengan status PNS membuat orang Koja bisa memutuskan untuk menjadi PNS. Keuntungan menjadi PNS dianggap lebih menarik daripada memenuhi kebutuhan aktualisasi diri. Contohnya adalah subjek 3 yang sebelum menjadi PNS pernah bekerja di perusahaan swasta tetapi karena tidak adanya jaminan kemapanan dan kepastian kerja serta ketidakcocokan dengan tipe pekerjaannya itu sendiri, subjek kemudian tertarik pada PNS. Subjek juga tidak berusaha memenuhi kebutuhan aktualisasi dirinya di bidang seni karena alasan kurang menjanjikannya pekerjaan di bidang seni. Cara orang Koja memaknai pekerjaannya juga mempengaruhi motivasi orang Koja menjadi PNS. Motif teogenetis diartikan sebagai motif yang didasari karena adanya interaksi manusia dengan Tuhan, dan juga pengamalan ajaran-ajaran agama. Pekerjaan sebagai PNS adalah pekerjaan sebagai pelayan masyarakat, yang mengabdi kepada negara. Ketiga subjek menganggap bekerja adalah untuk beribadah dan dengan menjadi PNS mereka bisa berbuat sesuatu yang bermanfaat bagi masyarakat. Motif teogenetis berkaitan dengan kebutuhan aktualisasi diri untuk mengabdi. Kebutuhan aktualisasi diri untuk mengabdi bisa terpenuhi dengan menjadi PNS yang memang pekerjaannya adalah untuk melayani masyarakat. Motif teogenetis ini juga berkaitan dengan kecenderungan tipe kepribadian sosial. Individu yang dimasukkan ke dalam 205 205 tipe kepribadian sosial lebih sesuai bekerja di bidang pelayanan masyarakat, dan salah satu contohnya menjadi pegawai negeri. Makna bekerja yang kedua bagi orang Koja adalah sebagai sarana pemenuhan kebutuhan fisiologis. Contoh kebutuhan fisiologis adalah kebutuhan akan makanan dan minuman. Individu membutuhkan uang untuk mendapatkan makanan dan minuman serta memenuhi kebutuhan hidup yang lain. Kebutuhan fisiologis ini erat kaitannya dengan adanya kebutuhan rasa aman dalam bekerja pada orang Koja. PNS menjanjikan suatu kepastian dan kemapanan kerja, seperti: jaminan mendapatkan gaji setiap bulan, pensiun, dan tidak akan diberhentikan jika tidak melakukan pelanggaran. Orang tentu tertarik pada pekerjaan yang menjanjikan kemapanan dan kepastian. Pekerjaan sebagai PNS dianggap orang Koja dapat memenuhi kebutuhan rasa aman mereka dibandingkan dengan jenis pekerjaan lain swasta atau wirausaha. Minat pada PNS dipengaruhi oleh adanya dukungan sosial. Dukungan sosial tidak hanya meliputi pemberian motivasi namun juga pemberian informasi. Orang Koja mendapatkan sosialisasi informasi mengenai PNS dari orang dewasa lain, seperti kakak atau teman. Sosialisasi informasi PNS ini biasanya berkaitan dengan keuntungan menjadi PNS. Keuntungan menjadi PNS membuat orang Koja tertarik dengan pekerjaan PNS daripada wirausaha. Selain sosialisasi informasi, dukungan juga diberikan ketika orang Koja memutuskan untuk menjadi PNS. Pada ketiga subjek, semua anggota keluarga mendukung keputusan subjek untuk mendaftar bekerja sebagai PNS. 2. Pemetaan konsep: motivasi bekerja orang Koja setelah menjadi PNS 206 206 Gambar 4.6 Bagan Pemetaan Konsep: Motivasi Bekerja setelah Menjadi PNS Keterangan: Motivasi bekerja setelah menjadi PNS memang bukan fokus utama dari penelitian namun dengan melihat motivasi bekerjanya, dapat diketahui pula bagaimanakah individu memaknai status PNS yang sudah didapatkannya. Faktor pertama yang mempengaruhi motivasi ini adalah fasilitas pemenuhan kebutuhan di kantor, yang meliputi kebutuhan pertumbuhan karir dan kebutuhan akan pendapatan. Kebutuhan pertumbuhan karir menjadi salah satu motivasi bagi subjek dalam bekerja. Pada PNS, dibuka kesempatan untuk mengembangkan karir. Ketiga subjek sama-sama memiliki kebutuhan akan pertumbuhan karir. Hal yang membedakan ketiganya adalah terfasilitasi tidaknya kebutuhan tersebut. Jika kebutuhan ini terfasilitasi dengan kebijakan kantor dan peraturan pemerintah yang ada, maka kebutuhan individu akan terpenuhi dan bisa menuju pada tercapainya kepuasan kerja. 207 207 Penghasilan dalam bekerja adalah hal yang dicari oleh sebagian orang dalam bekerja. Gaji merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi kepuasan kerja seseorang. Ketika menjadi PNS, gaji yang didapatkan oleh ketiga subjek tidak begitu banyak sehingga untuk memenuhi kebutuhan keluarga pun kadang ada kekurangannya. Seiring dengan berkembangnya waktu, gaji yang mereka dapatkan pun meningkat dan saat ini pekerjaan sebagai PNS menjadi sasaran dari banyak pencari kerja. Faktor kedua adalah pentingnya status PNS bagi orang Koja. Pemaknaan status PNS setiap subjek berbeda-beda tergantung dengan motivasinya. Ada yang memaknainya sebagai sesuatu yang penting terkait dengan motivasi mengembangkan diri dan kebutuhan akan pengetahuan yang dimiliki. Ada juga subjek yang menganggap penting terkait dengan adanya kebutuhan rasa aman yang diinginkan dalam bekerja. Pentingnya status PNS juga berkaitan dengan tanggung jawab orang Koja pada pekerjaannya. Tanggung jawab pada pekerjaan diartikan sebagai kesediaan subjek untuk menyelesaikan tugas yang diberikan kepadanya. individu yang memaknai pekerjaannya sebagai pekerjaan yang penting akan bertanggung jawab akan tugas yang diberikan kepadanya. Individu bersedia untuk bekerja dengan waktu ekstra jika ada pekerjaan yang belum diselesaikan merupakan salah satu bentuk tanggung jawabnya. Hal yang perlu diingat adalah mengerjakan di waktu ekstralembur bukan dikarenakan individu bermalas-malasan sebelumnya, tetapi karena banyaknya beban kerja saat itu. 208 208 Faktor ketiga yang mempengaruhi motivasi adalah kondisi lingkungan kerja. Kondisi lingkungan kerja meliputi hubungan interpersonal yang baik, penyesuaian dengan kedisiplinan kerja, beban kerja, dan juga pemberian fasilitas di tempat kerja. Ketiga subjek sama-sama mempunyai lingkungan kerja yang kondusif sehingga nyaman dalam bekerja. Ketiga subjek juga bisa menyesuaikan diri dengan kedisiplinan kerja yang dituntut dengan bekerja sebagai PNS. Beban kerja adalah banyaknya pekerjaan yang dibebankan pada pegawai. Beban kerja sebagai PNS sebenarnya ringan tetapi ada kadang juga berlebihan. Beban kerja yang berlebihan ini lebih terkait dengan status jabatan pegawai itu sendiri. Beban kerja yang terlalu banyak atau terlalu ringan bisa menyebabkan munculnya kejenuhan. Kejenuhan ini bisa diatasi dengan melakukan kegiatan lain yang bermanfaat atau kegiatan yang hanya sekedar untuk melepaskan lelah, atau dengan memanfaatkan fasilitas yang diberikan oleh kantor. Contoh dari pemberian fasilitas di PNS adalah adanya waktu untuk rekreasi dan pengembangan diri dan ilmu yang berguna dalam pengerjaan tugas mereka sehari-hari. Dukungan keluarga juga mempengaruhi motivasi bekerja seseorang. Dukungan keluarga diperlukan oleh seorang individu dalam bekerja. Ketiga subjek mendapatkan dukungan dari keluarganya istri dan anak- anaknya setelah bekerja menjadi PNS. Keluhan pun jarang muncul terkait dengan status PNS itu sendiri. Istri bisa memahami pekerjaan suami dan kadang memberi masukan dalam bekerja. Keluhan yang muncul biasanya 209 209 terkait dengan beban kerja yang banyak sehingga menyebabkan kurangnya waktu berkumpul dengan keluarga.

E. Esensi atau Makna Terdalam