ditunjukkan dari pernyataan subjek berikut.
”Istri saya tidak menuntut ya. Ndak. Lha kan karena sudah di PNS harus disiplin, gini, gini. Ndak menuntut
pekerjaan....”
Pada kalimat lain: ”Anak-anak ndak ada masalah. Sudah biasa.”
Istri subjek dapat memahami tugas sang suami sebagai abdi negara. Istri juga memahami bahwa penghasilan dari pegawai negeri tidak terlalu
banyak sehingga mereka tidak menuntut suaminya untuk mencari pekerjaan yang bergaji tinggi. Keluhan untuk subjek 3 dari anak-anaknya
juga tidak ada. Keadaan ini bisa disebabkan oleh pekerjaan subjek sendiri yang tidak terlalu menuntut banyak waktu di kantor sehingga subjek bisa
meluangkan cukup waktu bersama keluarga.
D. Pemetaan Konsep
Berdasarkan unit-unit makna tiap subjek yang telah disusun, maka dibuat pemetaan konsep dari ketiga subjek. Bagan pemetaan konsep dapat dilihat berikut
ini.
1. Pemetaan konsep: motivasi orang Koja bekerja menjadi PNS
201 201
MOTIVASI ORANG KOJA MENJADI PNS
Gambar 4. 5 Bagan Pemetaan Konsep: Motivasi Orang Koja Bekerja Menjadi PNS
Keterangan: Peran orangtua dalam pengasuhan anak mempengaruhi motivasi orang
Koja menjadi PNS meskipun tidak secara langsung. Mayoritas orang Koja adalah keluarga pedagang dan mempunyai basis agama Islam yang kuat.
Kenyataan ini berdampak pada cara orangtua mengasuh anak-anaknya. Orangtua Koja mengasuh anaknya secara otoriter terutama dalam hal agama
sedangkan untuk masalah pendidikan dan pekerjaan mereka cenderung lebih memberikan kebebasan. Pengasuhan otoriter dalam agama tidak hanya
202 202
berpusat pada masalah ibadah saja, tapi juga pada pengamalan nilai-nilai keagamaan dalam kehidupan sehari-hari. Pengasuhan otoriter dalam hal
agama ini mempengaruhi bagaimana orang Koja memaknai pekerjaan. Mereka memaknai pekerjaan sebagai salah satu cara beribadah dan sebagai
pelaksanaan kewajiban agama. Motif bekerja ini disebut sebagai motif teogenetis.
Pengasuhan yang demokratis dalam memilih pekerjaan dan pendidikan juga mempengaruhi motivasi orang Koja memilih pekerjaan sebagai PNS.
Orangtua Koja ada yang cenderung membebaskan anak-anaknya dalam memilih pendidikan yang diinginkan. Orangtua Koja tidak selalu memaksa
anak-anaknya untuk berwirausaha karena melihat pada potensi anaknya masing-masing. Kebebasan memilih pendidikan membuat orang Koja bisa
mengenali potensi yang dimilikinya selama masa sekolah. Kebebasan yang diberikan orangtua Koja kepada anaknya dalam memilih pekerjaan juga
membuat anak bisa bekerja sesuai bakat yang dimilikinya dan didukung sepenuhnya oleh keluarga. Kebebasan yang dimaksudkan di sini bukanlah
kebebasan yang sepenuhnya. Orangtua Koja memberikan kebebasan tetapi tetap mengawasi dan memberikan saran atas pilihan anak-anaknya.
Pengasuhan orangtua Koja kepada anak-anaknya juga mempengaruhi ada tidaknya pendidikan wirausaha sejak dini. Pada keluarga Koja dengan latar
belakang orangtua pedagang, pendidikan wirausaha sejak dini umumnya diberikan. Salah satu contohnya adalah dengan mengajak anak berjualan. Pada
keluarga yang latar belakangnya bukan dari keluarga pedagang, pendidikan
203 203
wirausaha ini kurang diajarkan. Contohnya seperti pada subjek 2 yang ayahnya seorang tentara sehingga subjek 2 kurang mendapatkan pendidikan
berwirausaha. Ada tidaknya pendidikan berwirausaha ini juga bisa mempengaruhi minat orang Koja pada pekerjaan sebagai Pegawai Negeri Sipil
PNS. Pada pendidikan berwirausaha, di dalamnya terdapat unsur sosialisasi dan
internalisasi nilai berwirausaha. Sosialisasi dan internalisasi nilai wirausaha ini dipengaruhi oleh ada tidaknya bakat dan minat berwirausaha yang dimiliki
orang Koja. Contohnya seperti pada subjek 1 yang merasa memiliki bakat dan minat berwirausaha, maka dia memilih untuk mencoba berwirausaha.
Melalui pengalaman berwirausaha inilah subjek mengalami proses belajar trial and error. Subjek menyadari bahwa kurang berbakat berwirausaha
namun minatnya tetap tinggi. Pengalaman berwirausaha ini menyebabkan orang Koja mulai tertarik pada jenis pekerjaan lain, yaitu PNS. Proses belajar
berwirausaha juga bisa mengantarkan pada pengenalan bakat atau potensi yang dimiliki orang Koja.
Orang Koja mulai mengenali bakat dan potensinya selama masa perkembangan. Subjek 1 dan subjek 2 menyadari bakatnya adalah
mengajar, sedangkan subjek 3 menyadari bahwa potensinya adalah di bidang seni dan kemudian mulai tertarik pada bidang peternakan. Pengenalan bakat
dan potensi diri inilah yang menyebabkan orang Koja menyadari bahwa bakat mereka bukanlah untuk berdagang. Pengenalan bakatpotensi diri ini
menyebabkan orang Koja menyadari bahwa keinginan mereka adalah untuk
204 204
mengaktualisasikan diri dengan jalan mengabdi pada masyarakat. Pengalaman kerja yang kurang memuaskan sebelum menjadi PNS juga
menyebabkan orang Koja mempunyai ketertarikan pada PNS. Berbagai fasilitas lebih yang dijanjikan dengan status PNS membuat orang Koja bisa
memutuskan untuk menjadi PNS. Keuntungan menjadi PNS dianggap lebih menarik daripada memenuhi kebutuhan aktualisasi diri. Contohnya adalah
subjek 3 yang sebelum menjadi PNS pernah bekerja di perusahaan swasta tetapi karena tidak adanya jaminan kemapanan dan kepastian kerja serta
ketidakcocokan dengan tipe pekerjaannya itu sendiri, subjek kemudian tertarik pada PNS. Subjek juga tidak berusaha memenuhi kebutuhan aktualisasi
dirinya di bidang seni karena alasan kurang menjanjikannya pekerjaan di bidang seni.
Cara orang Koja memaknai pekerjaannya juga mempengaruhi motivasi orang Koja menjadi PNS. Motif teogenetis diartikan sebagai motif yang
didasari karena adanya interaksi manusia dengan Tuhan, dan juga pengamalan ajaran-ajaran agama. Pekerjaan sebagai PNS adalah pekerjaan sebagai pelayan
masyarakat, yang mengabdi kepada negara. Ketiga subjek menganggap bekerja adalah untuk beribadah dan dengan menjadi PNS mereka bisa berbuat
sesuatu yang bermanfaat bagi masyarakat. Motif teogenetis berkaitan dengan kebutuhan aktualisasi diri untuk mengabdi. Kebutuhan aktualisasi diri untuk
mengabdi bisa terpenuhi dengan menjadi PNS yang memang pekerjaannya adalah untuk melayani masyarakat. Motif teogenetis ini juga berkaitan dengan
kecenderungan tipe kepribadian sosial. Individu yang dimasukkan ke dalam
205 205
tipe kepribadian sosial lebih sesuai bekerja di bidang pelayanan masyarakat, dan salah satu contohnya menjadi pegawai negeri.
Makna bekerja yang kedua bagi orang Koja adalah sebagai sarana pemenuhan kebutuhan fisiologis. Contoh kebutuhan fisiologis adalah
kebutuhan akan makanan dan minuman. Individu membutuhkan uang untuk mendapatkan makanan dan minuman serta memenuhi kebutuhan hidup yang
lain. Kebutuhan fisiologis ini erat kaitannya dengan adanya kebutuhan rasa aman dalam bekerja pada orang Koja. PNS menjanjikan suatu kepastian dan
kemapanan kerja, seperti: jaminan mendapatkan gaji setiap bulan, pensiun, dan tidak akan diberhentikan jika tidak melakukan pelanggaran. Orang tentu
tertarik pada pekerjaan yang menjanjikan kemapanan dan kepastian. Pekerjaan sebagai PNS dianggap orang Koja dapat memenuhi kebutuhan rasa aman
mereka dibandingkan dengan jenis pekerjaan lain swasta atau wirausaha. Minat pada PNS dipengaruhi oleh adanya dukungan sosial. Dukungan
sosial tidak hanya meliputi pemberian motivasi namun juga pemberian informasi. Orang Koja mendapatkan sosialisasi informasi mengenai PNS dari
orang dewasa lain, seperti kakak atau teman. Sosialisasi informasi PNS ini biasanya berkaitan dengan keuntungan menjadi PNS. Keuntungan menjadi
PNS membuat orang Koja tertarik dengan pekerjaan PNS daripada wirausaha. Selain sosialisasi informasi, dukungan juga diberikan ketika orang Koja
memutuskan untuk menjadi PNS. Pada ketiga subjek, semua anggota keluarga mendukung keputusan subjek untuk mendaftar bekerja sebagai PNS.
2. Pemetaan konsep: motivasi bekerja orang Koja setelah menjadi PNS
206 206
Gambar 4.6 Bagan Pemetaan Konsep: Motivasi Bekerja setelah Menjadi PNS
Keterangan: Motivasi bekerja setelah menjadi PNS memang bukan fokus utama
dari penelitian namun dengan melihat motivasi bekerjanya, dapat diketahui pula bagaimanakah individu memaknai status PNS yang sudah
didapatkannya. Faktor pertama yang mempengaruhi motivasi ini adalah fasilitas pemenuhan kebutuhan di kantor, yang meliputi kebutuhan
pertumbuhan karir dan kebutuhan akan pendapatan. Kebutuhan pertumbuhan karir menjadi salah satu motivasi bagi subjek
dalam bekerja. Pada PNS, dibuka kesempatan untuk mengembangkan karir. Ketiga subjek sama-sama memiliki kebutuhan akan pertumbuhan
karir. Hal yang membedakan ketiganya adalah terfasilitasi tidaknya kebutuhan tersebut. Jika kebutuhan ini terfasilitasi dengan kebijakan
kantor dan peraturan pemerintah yang ada, maka kebutuhan individu akan terpenuhi dan bisa menuju pada tercapainya kepuasan kerja.
207 207
Penghasilan dalam bekerja adalah hal yang dicari oleh sebagian orang dalam bekerja. Gaji merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi
kepuasan kerja seseorang. Ketika menjadi PNS, gaji yang didapatkan oleh ketiga subjek tidak begitu banyak sehingga untuk memenuhi kebutuhan
keluarga pun kadang ada kekurangannya. Seiring dengan berkembangnya waktu, gaji yang mereka dapatkan pun meningkat dan saat ini pekerjaan
sebagai PNS menjadi sasaran dari banyak pencari kerja. Faktor kedua adalah pentingnya status PNS bagi orang Koja.
Pemaknaan status PNS setiap subjek berbeda-beda tergantung dengan motivasinya. Ada yang memaknainya sebagai sesuatu yang penting terkait
dengan motivasi mengembangkan diri dan kebutuhan akan pengetahuan yang dimiliki. Ada juga subjek yang menganggap penting terkait dengan
adanya kebutuhan rasa aman yang diinginkan dalam bekerja. Pentingnya status PNS juga berkaitan dengan tanggung jawab orang
Koja pada pekerjaannya. Tanggung jawab pada pekerjaan diartikan sebagai kesediaan subjek untuk menyelesaikan tugas yang diberikan
kepadanya. individu yang memaknai pekerjaannya sebagai pekerjaan yang penting akan bertanggung jawab akan tugas yang diberikan kepadanya.
Individu bersedia untuk bekerja dengan waktu ekstra jika ada pekerjaan yang belum diselesaikan merupakan salah satu bentuk tanggung jawabnya.
Hal yang perlu diingat adalah mengerjakan di waktu ekstralembur bukan dikarenakan individu bermalas-malasan sebelumnya, tetapi karena
banyaknya beban kerja saat itu.
208 208
Faktor ketiga yang mempengaruhi motivasi adalah kondisi lingkungan kerja. Kondisi lingkungan kerja meliputi hubungan interpersonal yang
baik, penyesuaian dengan kedisiplinan kerja, beban kerja, dan juga pemberian fasilitas di tempat kerja. Ketiga subjek sama-sama mempunyai
lingkungan kerja yang kondusif sehingga nyaman dalam bekerja. Ketiga subjek juga bisa menyesuaikan diri dengan kedisiplinan kerja yang
dituntut dengan bekerja sebagai PNS. Beban kerja adalah banyaknya pekerjaan yang dibebankan pada
pegawai. Beban kerja sebagai PNS sebenarnya ringan tetapi ada kadang juga berlebihan. Beban kerja yang berlebihan ini lebih terkait dengan
status jabatan pegawai itu sendiri. Beban kerja yang terlalu banyak atau terlalu ringan bisa menyebabkan munculnya kejenuhan. Kejenuhan ini
bisa diatasi dengan melakukan kegiatan lain yang bermanfaat atau kegiatan yang hanya sekedar untuk melepaskan lelah, atau dengan
memanfaatkan fasilitas yang diberikan oleh kantor. Contoh dari pemberian fasilitas di PNS adalah adanya waktu untuk rekreasi dan pengembangan
diri dan ilmu yang berguna dalam pengerjaan tugas mereka sehari-hari. Dukungan keluarga juga mempengaruhi motivasi bekerja seseorang.
Dukungan keluarga diperlukan oleh seorang individu dalam bekerja. Ketiga subjek mendapatkan dukungan dari keluarganya istri dan anak-
anaknya setelah bekerja menjadi PNS. Keluhan pun jarang muncul terkait dengan status PNS itu sendiri. Istri bisa memahami pekerjaan suami dan
kadang memberi masukan dalam bekerja. Keluhan yang muncul biasanya
209 209
terkait dengan beban kerja yang banyak sehingga menyebabkan kurangnya waktu berkumpul dengan keluarga.
E. Esensi atau Makna Terdalam