PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE CIRC DENGAN PENDEKATAN SCL TERHADAP HASIL BELAJAR KIMIA SISWA DI SMA N 1 KARANGTENGAH DEMAK

(1)

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF

TIPE CIRC DENGAN PENDEKATAN SCL

TERHADAP HASIL BELAJAR KIMIA SISWA

DI SMA N 1 KARANGTENGAH DEMAK

SKRIPSI

disajikan sebagai salah satu syarat

untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Kimia

oleh Dwi Ari Santi

4301407041

JURUSAN KIMIA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG


(2)

PERSETUJUAN PEMBIMBING

Skripsi dengan judul Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif Tipe CIRC Dengan Pendekatan SCL Terhadap Hasil Belajar Kimia Siswa Di SMA N 1

Karangtengah Demaktelah disetujui oleh pembimbing untuk diajukan di sidang panitia ujian skripsi Jurusan Kimia Fakultas Matematika dan Ilmu Pengertahuan Alam.

Semarang, Juli 2011

Pembimbing I Pembimbing II

Dra. Titi Wahyukaeni, M. Pd Drs. Wisnu Sunarto, M. Si

NIP. 194606251969022001 NIP. 195207291984031001


(3)

PENGESAHAN

Skripsi yang berjudul

Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif Tipe CIRC dengan Pendekatan SCL Terhadap Hasil Belajar Kimia Siswa di SMA N 1 Karangtengah Demak Disusun oleh

Dwi Ari Santi 4301407041

telah dipertahankan di hadapan Panitia Ujian Skripsi Fakultas MIPA, Universitas Negeri Semarang pada:

Hari : Rabu

Tanggal : 10 Agustus 2011 Panitia :

Ketua Sekretaris

Dr. Kasmadi Imam S.,M.S. Drs. Sigit Priatmoko, M. Si. NIP. 195111151979031001 NIP. 196504291991031001

Ketua Penguji

Dr. Sri Haryani, M.Si NIP. 195808081983032002

Anggota Penguji/ Anggota Penguji/

Pembimbing Utama Pembimbing Pendamping

Dra. Titi Wahyukaeni, M. Pd Drs. Wisnu Sunarto, M. Si NIP. 194606251969022001 NIP. 195207291984031001


(4)

PERNYATAAN

Saya menyatakan bahwa skripsi ini bebas plagiat, dan apabila dikemudian hari terbukti terdapat plagiat dalam skripsi ini, maka saya bersedia menerima sanksi sesuai ketentuan peraturan perundang- undangan.

Semarang, Agustus 2011

Dwi Ari Santi NIM. 4301407041


(5)

MOTTO DAN PERSEMBAHAN

Motto

”Sesungguhnya Allah tidak akan mengubah nasib suatu kaum sehingga mereka mengubah nasibnya sendiri” (Q.S. Ar-Rad: 11)

DzCara memulai adalah dengan berhenti berbicara dan mulai melakukandz (Walt Disney)

Hidup adalah sebuah perjuangan, maka janganlah berhenti untuk selalu berjuang

Persembahan

Karya ini kupersembahkan untuk : 1. Ibu dan bapak

2. Kakak dan Saudari kembarku 3. Teman-teman UNNES


(6)

PRAKATA

Segala puji hanya milik Allah SWT karena atas segala limpahan rahmat-Nya penyusun diberikan izin dan kemudahan dalam menyelesaikan skripsi dengan judul Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif Tipe CIRC Dengan Pendekatan SCL Terhadap Hasil Belajar Kimia Siswa Di SMA N 1 Karangtengah Demak”.

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa penulisan skripsi ini tidak akan terwujud tanpa bimbingan dan bantuan dari berbagai pihak baik secara langsung maupun tidak langsung, maka penulis menyampaikan terima kasih kepada:

1. Rektor Universitas Negeri Semarang yang telah memberikan kemudahan dalam administrasi penelitian maupun pelaporan hasil penelitian.

2. Dekan FMIPA Universitas Negeri Semarang yang telah memberikan izin dan kemudahan melakukan penelitian.

3. Ketua Jurusan Kimia Universitas Negeri Semarang yang memberikan bantuan administrasi teknis dan non teksis dalam penelitian dan pelaporan hasil penelitian.

4. Ibu Dra. Titi Wahyukaeni, M. Pd selaku dosen pembimbing I yang telah banyak memberikan bimbingan, arahan dan motivasi dalam penyusunan skripsi.

5. Bapak Drs. Wisnu Sunarto, M. Si. selaku dosen pembimbing II yang telah banyak memberikan bimbingan, arahan dan motivasi dalam penyusunan skripsi.


(7)

6. Kepala SMA Negeri 1 Karangtengah Demak yang telah memberikan izin untuk melakukan penelitian.

7. Bapak Mustajab, S.Pd., selaku guru kimia SMA Negeri 1 Karangtengah yang telah banyak membantu terlaksananya penelitian ini.

8. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu, yang telah membantu baik materiil maupun spiritual.

Akhirnya penulis berharap semoga hasil penelitian ini bermanfaat bagi pembaca khususnya dan perkembangan pendidikan pada umumnya.

Semarang, 2011

Penulis


(8)

ABSTRAK

Santi, Dwi Ari. 2011. Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif Tipe CIRC Dengan Pendekatan SCL Terhadap Hasil Belajar Kimia Siswa Di SMA N 1 Karangtengah Demak. Skripsi, Jurusan Kimia, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Negeri Semarang. Pembimbing I: Dra. Titi Wahyukaeni, M.Pd, Pembimbing II: Drs. Wisnu Sunarto, M. Si.

Kata Kunci: Model pembelajaran CIRC, pendekatan SCL, hasil belajar. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana pengaruh

penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe CIRC dengan pendekatn SCL terhadap hasil belajar kimia siswa XI IPA SMA N 1 Karangtengah Demak. Populasi penelitian adalah seluruh kelas XI IPA SMA N 1 Karangtengah Demak. Teknik sampling yang digunakan yaitu cluster random sampling, diperoleh sampel penelitian yaitu kelas XI IPA 4 sebagai kelas eksperimen diberi model pembelajaran kooperatif tipe CIRC dengan pendekatan SCL dan kelas XI IPA 3 sebagai kelas kontrol diberi metode konvensional. Penelitian dilakukan dengan mengimplementasikan model pembelajaran, dan diakhiri dengan post test. Berdasarkan hasil penelitian, diperoleh rata-rata nilai post test kelas eksperimen 79,19 dan kelas kontrol 71,92. Hasil belajar post test kedua kelas berdistribusi normal dan mempunyai varians yang sama, pada uji t satu pihak kanan dihasilkan thitung (4,92) > ttabel (1,67) yang berarti rerata hasil belajar kognitif kelas eksperimen lebih besar dari kelas kontrol. Persentase ketuntasan belajar klasikal untuk kelompok eksperimen sebesar 94,44% dan kelompok kontrol sebesar 87,18%. Hasil analisis terhadap pengaruh antar variabel diperoleh besarnya koefisien determinasi (KD) adalah 38,62% yang berarti bahwa pengaruh penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe CIRC dengan pendekatan SCL terhadap hasil belajar kimia siswa kelas XI IPA sebesar 38,62%. Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan: Pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe CIRC dengan pendekatan SCL berpengaruh positif terhadap hasil belajar kimia siswa SMA Negeri 1 Karangtengah Demak tahun 2010/ 2011.


(9)

ABSTRACT

Santi, Dwi Ari. 2011. The Influence of Cooperative Learning Model Type CIRC With SCL Approach to the Result of Chemistry Study Students at state Senior High School 1 Karangtengah Demak. Chemistry Department, Mathematics and Natural Sciences Faculty, Semarang State University. Advisor I: Dra. Titi Wahyukaeni, M. Pd, Advisor II: Drs. Wisnu Sunarto, M. Si.

Keywords : Learning Model CIRC, SCL Approach, results of study

The research purpose to know how to influence of the use of cooperative learning model type CIRC with SCL approach to the result of chemistry study students' at state Senior High School 1 Karangtengah Demak. The population of the research was students of state senior high school 1 Karangtengah Demak. The sampling technique was cluster random sampling, the samples were XI IPA 4 as the experiment class were given a cooperative learning model type CIRC with SCL approach and XI IPA 3 as the control class were given the conventional method. Research carried out by implementing a learning model, and ending with post test. Based on research results, obtained an average value of post test experiment class and control class are 79,19 and 71,92. The result of post test of both classes are normally distributed and had equal variances, on the right one tail, tarithmatic (4,92)> ttable (1,67) which means the average of the results of experimental cognitive learning classes is greater than the control class. The percentage of classical learn exhaustiveness to the experimental group of 94,44% and 87,18% for the control group. The results of the analysis of the influence between variables obtained magnitude of the determination coefficient (KD) was 38,62% which means that the influence of the use of cooperative learning model type CIRC with SCL approach to the results of chemistry study class XI student is 38,62%. Based on the results of research can be concluded: Learning to use a model of cooperative learning approaches CIRC type SCL positive influence on the results of students studying chemistry SMA Negeri 1 Karangtengah Demak year 2010/2011.


(10)

DAFTAR ISI

halaman

PRAKATA ... vi

ABSTRAK ... viii

ABSTRACT ... ix

DAFTAR ISI ... x

DAFTAR TABEL ... xii

DAFTAR GAMBAR ... xiii

DAFTAR LAMPIRAN ... xiv

BAB 1. PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang Masalah ... 1

1.2 Rumusan Masalah ... 5

1.3 Tujuan Penelitian ... 5

1.4 Manfaat Penelitian ... 6

2. TINJAUAN PUSTAKA ... 8

2.1 Tinjauan Tentang Belajar dan Pembelajaran ... 8

2.2 Hasil Belajar ... 11

2.3 Faktor yang Mempengaruhi Hasil Belajar ... 12

2.4 Model Pembelajaran Kooperatif ... 13

2.5 Model Pembelajaran Kooperatif Tipe CIRC ... 15

2.6 Pendekatan SCL (Student Centerd Learning) ... 17

2.7 Materi Kelarutan dan Hasil Kali Kelarutan ... 20 x


(11)

2.8 Kerangka Berfikir ……….. ... 23

2.10 Hipotesis ... 24

3. METODE PENELITIAN ... 25

3.1 Desain Penelitian ... 25

3.2 Populasi dan Sampel ... 25

3.3 Variabel Penelitian... 26

3.4 Pengambilan Data ... 27

3.5 Metode Analisis Data ... 34

4. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 44

4.1 Hasil Penelitian ... 44

4.2 Pembahasan ... 52

5. SIMPULAN DAN SARAN ... 61

5.1 Simpulan ... 61

5.2 Saran ... 61

DAFTAR PUSTAKA ... 63

LAMPIRAN ... 66


(12)

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

3.1 Desain Penelitian ... 25

3.2 Rincian Siswa Kelas XI IPA SMA N 1 Karangtengah Demak ... 26

3.3 Kriteria Indeks Kesukaran Soal ... 30

3.4 Kriteria Daya Pembeda Soal ... 32

3.5 Pedoman untuk memberikan interprestasi terhadap koefisien korelasi biserial (rb)... 41

3.6 Kriteria % Skor Total Aspek Afektif dan Psikomotorik ... 43

3.7 Kategori Rata-rata Nilai Tiap Aspek Afektif dan Psikomotorik ... 43

4.1 Data Awal Populasi ... 44

4.2 Hasil Uji Normalitas Data Awal ... 44

4.3 Hasil Uji Homogenitas Data Awal ... 45

4.4 Uji Normalitas Hasil Post Test ... 45

4.5 Hasil Uji Kesamaan Dua Varians Data Post Test ... 46

4.6 Hasil Uji Satu Pihak Kanan ... 46

4.7 Hasil Persentase Ketuntasan Belajar Klasikal ... 47

4.8 Rata-Rata Skor Tiap Aspek Afektif pada Kelas Eksperimen ... 47

4.9 Rata-Rata Skor Tiap Aspek Afektif pada Kelas Kontrol... 48

4.10 Rata-Rata Skor Tiap Aspek Psikomotorik Kelas Eksperimen ... 49

4.11 Rata-Rata Skor Tiap Aspek Psikomotorik Kelas Kontrol ... 49

4.12 Hasil angket tanggapan siswa terhadap pembelajaran... 51


(13)

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

4.1 Perbandingan Skor Rata-Rata Tiap Aspek Afektif ... 48 4.2 Perbandingan Skor Rata-Rata Tiap Aspek Psikomotorik ... 50 4.3 Grafik hasil angket tanggapan siswa terhadap pembelajaran kelas

eksperimen ... 50 4.4 Grafik hasil angket tanggapan siswa terhadap pembelajaran kelas

kontrol ... 52


(14)

DAFTAR LAMPIRAN

1. Kisi-Kisi Soal Uji Coba ... 66

2. Soal Uji Coba ... 70

3. Kunci Jawaban Soal Uji Coba... 77

4. Daftar Nama Siswa Uji Coba Soal ... 78

5. Analisis Soal Uji Coba ... 79

6. Perhitungan Validitas Soal Uji Coba ... 83

7. Perhitungan Daya Pembeda Soal Uji Coba ... 85

8. Perhitungan Indeks Kesukaran Soal Uji Coba ... 86

9. Perhitungan Reliabilitas Soal ... 87

10.Penggantian Nomor Butir Soal Post Test ... 88

11.Data nilai ujian akhir semester I... 90

12.Uji normalitas data awal kelas XI IPA 1 ... 92

13.Uji normalitas data awal kelas XI IPA 2 ... 93

14.Uji normalitas data awal kelas XI IPA 3 ... 94

15.Uji normalitas data awal kelas XI IPA 4 ... 95

16.Uji homogenitas populasi ... 96

17.Daftar Nama Siswa Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol... 97

18.Silabus ... 99

19.RPP Kelas Eksperimen ... 101

20.RPP Kelas Kontrol ... 145

21.Daftar Pembagian Kelompok Kelas Eksperimen ... 181

22.Daftar Pembagian Kelompok Kelas Kontrol ... 182

23.Pedoman Penilaian Aspek Afektif ... 183

24.Analisis Penilaian Aspek Afektif Kelas Eksperimen ... 186

25.Analisis Penilaian Aspek Afektif Kelas Kontrol ... 187

26.Pedoman Penilaian Aspek Psikomotorik ... 188

27.Analisis Penilaian Aspek Psikomotorik Kelas Eksperimen ... 191

28.Analisis Penilaian Rata- rata Aspek Psikomotorik Kelas Eksperimen 195 29.Analisis Penilaian Aspek Psikomotorik Kelas Kontrol ... 196


(15)

30.Analisis Penilaian Rata- rata Aspek Psikomotorik Kelas Kontrol ... 200

31.Lembar Angket Tanggapan Siswa terhadap Pembelajaran ... 202

32.Analisis Angket Tanggapan Siswa terhadap Pembelajaran ... 204

33.Kisi- Kisi Soal Post Test ... 215

34.Soal Post Test ... 219

35.Kunci Jawaban Soal Post Test ... 224

36.Lembar Jawab Post Test ... 225

37.Data Post Test ... 226

38.Uji Normalitas Nilai Post Test Kelas Eksperimen ... 228

39.Uji Normalitas Nilai Post Test Kelas Kontrol... 229

40.Uji kesamaan dua varians Kelas XI IPA 4 dan XI IPA 3 ... 230

41.Uji Hipotesis Penelitian Dari Hasil Nilai Post Test ... 231

42.Persentase ketuntasan belajar Kelas Eksperimen dan Kontrol ... 232

43.Analisis Pengaruh Penggunaan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe CIRC dengan Pendekatan SCL ... 233

44.Dokumentasi Penelitian... ... 240

45.Surat Keterangan Telah Melaksanakan Penelitian... . 242


(16)

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1.

Latar Belakang Masalah

Dunia pendidikan sedang mengalami krisis, perubahan-perubahan yang cepat di luar pendidikan menjadi tantangan-tantangan yang harus dijawab oleh dunia pendidikan. Jika praktik-praktik pengajaran dan pendidikan di Indonesia tidak dirubah, bangsa Indonesia akan ketinggalan oleh negara-negara lain. Pada abad 21 ini, praktik-praktik pembelajaran dan pendidikan di sekolah-sekolah perlu diperbaharui. Peranan dunia pendidikan dalam mempersiapkan anak didik agar optimal dalam kehidupan bermasyarakat, maka proses dan model pembelajaran perlu terus diperbaharui.

Pada hakekatnya tujuan pendidikan adalah suatu proses terus menerus manusia untuk meningkatkan pengetahuan dan mengembangkan kepribadian serta kemampuan atau keterampilannya dalam menanggulangi masalah-masalah yang dihadapi sepanjang hayat (Munib, 2006:31). Karena itu siswa harus benar-benar dilatih dan dibiasakan berpikir secara mandiri. Kimia merupakan pengetahuan yang mempunyai peran sangat besar baik dalam kehidupan sehari-hari maupun dalam pengembangan ilmu pengetahuan lain. Pendidikan kimia di sekolah dapat mempersiapkan anak didik agar menggunakan kimia secara fungsional dalam kehidupan sehari-hari dan dalam menghadapi ilmu pengetahuan lain.


(17)

Mata pelajaran kimia dari konsep yang sederhana sampai konsep yang lebih kompleks dan sulit, sangat diperlukan pemahaman yang benar terhadap konsep-konsep dasar kimia. Banyaknya konsep kimia yang bersifat kompleks yang harus diserap siswa dalam waktu yang relatif terbatas, menjadikan ilmu kimia merupakan salah satu mata pelajaran yang dinilai sulit bagi siswa saat ini, akibatnya banyak siswa SMA yang gagal dalam belajar kimia.

SMA Negeri 1 Karangtengah Demak merupakan SSN/SKM (Sekolah Standar Nasional atau Sekolah Kategori Mandiri). Model pembelajaran pada SKM/SSN menekankan pada potensi dan kebutuhan peserta didik agar mampu belajar mandiri yang dibangun melalui komunitas belajar di kelas. Hal ini berarti dalam proses pembelajaran kimia di SMA Negeri 1 Karangtengah Demak guru perlu melakukan evaluasi terhadap kemampuan berpikir kreatif siswa. Hasil observasi awal yang telah dilakukan peneliti di SMA Negeri 1 Karangtengah Demak menunjukkan bahwa hal ini belum dilakukan oleh guru-guru kimia kelas XI IPA di SMA Negeri 1 Karangtengah Demak.

Berdasarkan hasil observasi, dapat diketahui bahwa sebagian besar siswa SMA Negeri 1 Karangtengah Demak kurang tertarik dengan pelajaran kimia. Pembelajaran kimia di sekolah tersebut masih menggunakan metode konvensional, yaitu metode ceramah yang pembelajarannya terpusat pada guru. Besar kemungkinan hal ini menjadi salah satu faktor penyebab terjadinya kekurangaktifan siswa dalam pembelajaran sehingga prestasi belajar kimia siswa menjadi rendah. Hasil belajar kimia materi kelarutan dan hasil kali kelarutan tahun ajaran 2009/2010 persentase ketuntasan klasikalnya sebesar 65,61%,


(18)

sehingga belum mencapai standar kriteria ketuntasan klasikal. Guru harus dapat membuat siswa merasa tertarik dan termotivasi dalam belajar.

Berdasarkan permasalahan diatas, salah satu cara untuk mengatasi hal tersebut adalah menggunakan suatu model pembelajaran yang lebih melibatkan siswa aktif dalam proses belajar mengajar dalam kelas, sehingga siswa dapat menguasai konsep dan memiliki keleluasaan dalam mengembangkan kemampuan berpikirnya. Semakin meningkatnya keaktifan siswa, maka diharapkan prestasi belajar siswa pun akan meningkat. Salah satu diantaranya yaitu model pembelajaran kooperatif tipe CIRC dengan pendekatan SCL.

Model pembelajaran CIRC (Cooperative integrated Reading and Composition) merupakan suatu tipe model pembelajaran cooperative learning. dan merupakan salah satu bentuk aplikasi dari teori kontruktivisme. Kegiatan pokok dalam CIRC meliputi rangkaian kegiatan bersama yang spesifik, yakni salah satu anggota kelompok/beberapa anggota saling membaca soal, membuat prediksi atau menafsirkan maksud soal (Soedjoko, 2010:68). Inti dari teori kontruktivisme adalah siswa harus menemukan dan mentransformasikan informasi kompleks ke dalam dirinya sendiri. Siswa mampu memahami dan menerapkan pengetahuan yang telah dipelajari, mereka harus mampu memecahkan masalah dan menemukan (discovery) sesuatu untuk dirinya sendiri.

Model pembelajaran CIRC diharapkan dapat membantu siswa untuk meningkatkan kemampuan memahami bacaan yang dapat dilakukan dengan berbagai cara antara lain: meringkas, menjawab pertanyaan, menerangkan dan kemampuan meramalkan. Dalam model Pembelajaran CIRC, setelah siswa


(19)

menyelesaikan permasalahan yang dihadapi, maka siswa harus dapat menyampaikan apa yang telah mereka dapat kepada kelompok lain

Penerapan model pembelajaran CIRC ini dipadukan dengan penggunaan pendekatan SCL (student centered learning). Menurut Hadi (2007) Pendekatan SCL memiliki potensi untuk mendorong siswa aktif mengerjakan tugas dan mendiskusikannya dengan guru sebagai fasilitator. Kreativitas siswa akan terpupuk dengan aktifnya siswa. Hal ini bisa dilakukan dengan cara banyak diskusi, maka siswa berani mengemukakan pendapatnya dan belajar memecahkan masalah yang dihadapi.

Penelitian-penelitian yang terdahulu mengenai penggunaan model pembelajaran CIRC menjelaskan kelebihan model tersebut. Penelitian- penelitian tersebut antara lain penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe CIRC oleh Sari (2007:62) menunjukan hasil belajar siswa yang meningkat sebesar 6,53% terlihat bahwa aktivitas siswa pada setiap pembelajaran mengalami peningkatan. Penelitian yang lain yaitu penggunaan model pembelajaran TAI dan CIRC oleh Sutiyono (2009:81) menunjukan bahwa pada saat pembelajaran, kelompok yang menggunakan model CIRC lebih aktif dibandingkan dengan model TAI. Penelitian yang dilakukan oleh Awalani (2010:5) menunjukan bahwa terdapat peningkatan hasil belajar siswa dalam ranah kognitif terhadap pembelajaran Teknologi Informasi dan Komunikasi setelah adanya pembelajaran dengan model kooperatif tipe CIRC berbasis komputer. Hal ini terlihat dari peningkatan skor rata-rata hasil belajar siswa dari sebelum dan sesudah diberi perlakuan pada setiap seri pembelajaran. Penelitian mengenai penggunaan metode SCL oleh Wahyuni


(20)

(2009:55) menunjukan bahwa apabila dilakukan dengan pembelajaran menggunakan metode SCL yang berbasis fun Chemistry memberikan rata-rata nilai sebesar 77,15 dan ketuntasan hasil belajarnya sebesar 88,89%. Menurut Hakim (2010:4), menunjukan bahwa adanya peningkatan kemampuan siswa secara signifikan setelah melakukan pembelajaran melalui web based learning dengan pendekatan SCL.

Model pembelajaran koperatif tipe CIRC dapat membantu siswa untuk meningkatkan kemampuan memahami soal, sehingga dengan model pembelajaran tersebut siswa mampu dan terampil menyelesaikan persoalan yang dihadapi dengan langkah-langkah yang tepat. Berkaitan dengan hal tersebut maka, peneliti memandang perlu melakukan penelitian dengan judul “Pengaruh Model

Pembelajaran Kooperatif Tipe CIRC Dengan Pendekatan SCL Terhadap Hasil Belajar Kimia Siswa Di SMA N 1 Karangtengah Demak”.

1.2.

Rumusan Masalah

Permasalahan dalam penelitian ini adalah: Bagaimana pengaruh penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe CIRC dengan pendekatan SCL terhadap hasil belajar kimia siswa SMA N 1 Karangtengah Demak ?

1.3.

Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana pengaruh penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe CIRC dengan


(21)

pendekatan SCL terhadap hasil belajar kimia siswa SMA N 1 Karangtengah Demak.

1.4.

Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi semua pihak yang terlibat dalam pembelajaran kimia baik siswa, guru, penulis maupun peneliti lain.

1.4.1. Bagi Siswa

(1) Diterapkannya model pembelajaran kooperatif tipe CIRC dengan pendekatan SCL dapat mengasah dan mengembangkan kemampuan berfikir kritis siswa dalam menyelesaikan soal.

(2) Pelaksanaan pembelajaran kooperatif diharapkan dapat mengembangkan rasa kebersamaan dan kerjasama siswa dengan siswa lain.

(3) Siswa lebih tertantang pada persoalan-persoalan kimia

1.4.2. Bagi Guru

(1) Sebagai motivasi untuk meningkatkan keterampilan memilih strategi pembelajaran bervariasi yang dapat memperbaiki proses pembelajaran sehingga memberikan layanan terbaik bagi siswa.

(2) Guru semakin mantap dalam mempersiapkan diri dalam proses pembelajaran.

1.4.3. Bagi Sekolah

Tersedianya penelitian ini diharapkan akan membantu penciptaan panduan pembelajaran bagi mata pelajaran lain dan juga sebagai bahan pertimbangan


(22)

dalam memilih pendekatan pembelajaran yang akan diterapkan bagi perbaikan di masa yang akan datang.

1.4.4. Bagi Peneliti

(1) Melatih peneliti untuk mengajar kimia dengan menggunakan metode pembelajaran kooperatif sehingga pembelajaran tidak terpusat pada guru. (2) Mendapatkan pengalaman dalam menerapkan model pembelajaran kooperatif


(23)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Tinjauan Tentang Belajar dan Pembelajaran

2.1.1 Belajar

Sebagian orang beranggapan bahwa belajar adalah semata-mata mengumpulkan atau menghafalkan fakta-fakta yang tersaji dalam bentuk informasi/materi pelajaran. Di samping itu, ada pula sebagian orang yang memandang belajar sebagai latihan belaka seperti yang tampak pada latihan membaca dan menulis. Untuk menghindari ketidaklengkapan persepsi tersebut, berikut ini akan disajikan definisi dari beberapa ahli.

(1) Gagne dalam Suprijono (2009:2) menyatakan belajar adalah perubahan disposisi atau kemampuan yang dicapai seseorang melalui aktivitas. Perubahan disposisi tersebut bukan diperoleh langsung dari proses pertumbuhan seseorang secara alamiah.

(2) Slavin dalam Anni (2007:2) menyatakan bahwa belajar merupakan perubahan individu yang disebabkan oleh pengalaman.

(3) Travers dalam Suprijono (2009:2) menyatakan bahwa belajar adalah proses menghasilkan penyesuaian tingkah laku.

(4) Cronbach dalam Suprijono (2009:2) learning is shown by a change in behavior as a result of experience. (belajar adalah perubahan perilaku sebagai hasil dari pengalaman).


(24)

(5) Harold Spears dalam Suprijono (2009:2) learning is to observe, to read, to try something themselves, to listen, to follow direction. (dengan kata lain, bahwa belajar adalah mengamati, membaca, meniru, mencoba sesuatu, mendengar dan mengikuti arah tertentu).

(6) Geoch dalam Suprijono (2009:2) learning is change in performance as a result of practice. (belajar adalah perubahan performance sebagai hasil latihan).

(7) Morgan dalam Suprijono (2009:3) learning is my relatively permanent change in behavior that is a result of past experience. (belajar adalah perubahan perilaku yang bersifat permanen sebagai hasil dari pengetahuan)

Berdasarkan pengertian belajar yang dikemukakan oleh beberapa ahli dapat disimpulkan bahwa belajar merupakan sebuah proses yang menghasilkan perubahan tingkah laku. Belajar pada mulanya adalah akibat dorongan rasa ingin tahu. Belajar sebagai proses adalah kegiatan yang dilakukan secara sengaja melalui penyesuaian tingkah laku dirinya guna meningkatkan kualitas kehidupan. Belajar sebagai hasil adalah akibat dari belajar sebagai proses dimana seseorang yang telah mengalami proses balajar akan memperoleh hasil berupa kemampuan terhadap sesuatu yang menjadi hasil belajar.

2.1.2 Pembelajaran dan Pengajaran

Suprijono (2009:11) menyatakan pembelajaran merupakan terjemahan dari kata learning dan pengajaran terjemahan dari teaching. Pengajaran adalah proses, penguatan, cara mengajarkan dan proses penyampaian. Arti demikian melahirkan kontruksi belajar mengajar berpusat pada guru. Perbuatan atau cara mengajarkan


(25)

diterjemahkan sebagai kegiatan guru mengajari peserta didik, dimana guru menyampaikan pengetahuan kepada peserta didik dan peserta didik sebagai pihak penerima.

Pembelajaran berdasarkan pada dasarnya berarti proses, cara, perbuatan mempelajari. Perbedaan esensial istilah ini dengan pengajaran adalah pada tindak ajar. Pada pengajaran guru mengajar, peserta didik belajar, sementara pada pembelajaran guru mengajar diartikan sebagai upaya guru mengorganisi lingkungan terjadinya pembelajaran. Guru mengajar dalam prespektif pembelajaran adalah guru menyediakan fasilitas belajar bagi peserta didiknya untuk mempelajarinya. Jadi, subjek pembelajaran adalah peserta didik. Pembelajaran berpusat pada peserta didik.

Model pembelajaran merupakan unsur yang sangat penting dalam proses pembelajaran. Menurut Arends dalam Suprijono (2009:46) model pembelajaran mengacu pada pendekatan yang akan digunakan, termasuk di dalamnya tujuan- tujuan pembelajaran, tahap-tahap dalam kegiatan pembelajaran, lingkungan pembelajaran dan pengelolaan kelas. Model pembelajaran dapat didefinisikan sebagai kerangka konseptual yang melukiskan prosedur sistematis dalam mengorganisasikan pengalaman belajar untuk mencapai tujuan belajar.

Merujuk pemikiran Joyce dalam Suprijono (2009:46), fungsi model adalah “each model guides us as we design instruction to help students achieve various objective”. Melalui model pembelajaran guru dapat membantu peserta didik mendapatkan informasi, ide, keterampilan, cara berpikir, dan mengekspresikan ide. Model pembelajaran berfungsi pula sebagai pedoman bagi para perancang


(26)

pembelajaran dan para guru dalam merencanakan aktivitas belajar mengajar. Model pembelajaran dalam penelitian ini adalah pola yang digunakan sebagai pedoman dalam merencanakan pembelajaran di kelas.

2.2 Hasil Belajar

Hasil belajar merupakan perubahan perilaku yang diperoleh pembelajar setelah mengalami aktivitas belajar (Anni, 2007:5). Perolehan aspek-aspek perubahan perilaku tersebut tergantung pada yang dipelajari oleh pembelajar. Hasil belajar yang dimaksud dalam penelitian ini adalah sikap ilmiah yang timbul dari dalam diri siswa setelah melakukan proses pembelajaran. Benjamin Bloom dalam Anni (2007:7) membagi hasil belajar menjadi tiga ranah, yaitu:

(1) Ranah kognitif, berkaitan dengan hasil berupa pengetahuan, kemampuan dan kemahiran intelektual yang terdiri dari pengetahuan (knowledge), pemahaman (comprehension), penerapan (aplication), analisis (analysis), sintesis (synthesis) dan penilaian (evaluation).

(2) Ranah afektif, berkenaan dengan sikap yang terdiri dari penerimaan (receiving), penanggapan (responding), penilaian (valuing), pengorganisasian (organization) dan pembentukan pola hidup (organization by a value complex).

(3) Ranah psikomotorik, berkenaan dengan hasil belajar keterampilan dan kemampuan bertindak.


(27)

2.3

Faktor yang Mempengaruhi Hasil Belajar

Perolehan hasil belajar antar siswa tidak sama karena banyak faktor yang mempengaruhi proses belajar. Secara garis besar, faktor-faktor yang dapat mempengaruhi proses belajar dapat dikelompokkan menjadi dua macam, yakni: (1) Faktor internal (faktor dari dalam siswa), yakni keadaan fisiologis dan

psikologis.

(a) Keadaan fisiologis (jasmaniah) adalah kondisi yang terjadi di dalam diri individu itu sendiri dan nampak dari luar serta identik dengan faktor kesehatan organ tubuh.

(b) Faktor psikologis yang mempengaruhi proses belajar siswa meliputi kemampuan intelektual, emosional dan kondisi sosial, seperti kemampuan bersosialisasi.

(2) Faktor eksternal (faktor dari luar siswa), yaitu keadaan/kondisi lingkungan di sekitar siswa. Faktor eksternal meliputi lingkungan sosial dan nonsosial.

(a) Variasi dan derajat kesulitan materi (stimulus) yang dipelajari (direspon)

(b) Tempat belajar

(c) Iklim

(d) Suasana lingkungan

(e) Budaya belajar masyarakat


(28)

2.4. Model Pembelajaran Kooperatif

Menurut Priyanto dalam Wena (2008:189) pembelajaran kooperatif merupakan salah satu model pembelajaran kelompok yang memiliki aturan-aturan tertentu. Prinsip dasar pembelajaran kooperatif adalah siswa membentuk kelompok kecil dan saling mengajar sesamanya untuk mencapai tujuan bersama. Siswa pandai mengajar siswa yang kurang pandai tanpa dirugikan. Siswa kurang pandai dapat belajar dalam suasana yang menyenangkan karena banyak teman yang membantu dan memotivasinya.

Menurut Lie dalam Wena (2008:189) pembelajaran kooperatif adalah strategi pembelajaran yang mendorong siswa bekerja sebagai sebuah tim untuk menyelesaikan suatu tugas, atau mengerjakan sesuatu untuk mencapai tujuan bersama lainnya. Sistem pengajaran cooperative learning bisa didefinisikan sebagai sistem kerja/belajar kelompok yang terstruktur.

Pembelajaran kooperatif tidak sama dengan sekedar belajar dalam kelompok. Ada unsur- unsur dasar pembelajaran kooperatif yang membedakannya dengan pembagian kelompok yang dilakukan secara acak. Pelaksanaan prosedur model pembelajaran kooperatif dengan benar akan memungkinkan guru mengelola kelas lebih efektif. Model pembelajaran kooperatif akan dapat menumbuhkan pembelajaran efektif yaitu yaitu pembelajaran yang bercirikan : (1) “memudahkan siswa belajar” sesuatu yang “bermanfaat” seperti fakta, keterampilan, nilai, konsep, dan bagaimana hidup serasi dengan sesama; (2) pengetahuan, nilai dan keterampilan diakui oleh mereka yang berkompeten menilai (Suprijono, 2009:58).


(29)

Menurut Roger dan David Johnson, sebagaimana dikutip oleh Suprijono (2009:58), bahwa tidak semua belajar kelompok bias dianggap pembelajaran kooperatif. Untuk mencapai hasil yang maksimal, lima unsur dalam model pembelajaran kooperatif harus diterapkan. Lima unsur tersebut adalah: (1) saling ketergantungan positif, (2) tanggung jawab perseorangan, (3) interaksi promotif, (4) komunikasi antaranggota, dan (5) pemrosesan kelompok.

Menurut Suprijono (2009:65) sintak model pembelajaran kooperatif terdiri dari 6 (enam) fase.

FASE- FASE PERILAKU GURU

Fase 1: Present goals and set

Menyampaikan tujuan dan mempersiapkan peserta didik

Menjelaskan tujuan pembelajaran dan mempersiapkan peserta didik siap belajar

Fase 2 : Present Information

Menyajikan informasi

Mempresentasikan informasi kepada peserta didik secara verbal

Fase 3 : Organize Students into learning teams

Mengorganisir peserta didik ke dalam tim-tim belajar

Memberikan penjelasan kepada peserta didik tentang tata cara pembentukan tim belajar dan membantu kelompok

melakukan transisi yang efisien

Fase 4: Assist team work and study

Membantu kerja tim dan belajar

Membantu tim- tim belajar selama peserta didik mengerjakan tugasnya

Fase 5: Test on the materials

Mengeavaluasi

Menguji pengetahuan peserta didik mengenai berbagai materi pembelajaran atau kelompok-kelompok

mempresentasikan hasil kerjanya

Fase 6: Provide recognition

Memberikan pengakuan atau penghargaan

Mempersiapkan cara untuk mengakui usaha dan prestasi individu maupun kelompok


(30)

2.5.

Model Pembelajaran Kooperatif Tipe CIRC

Menurut Slavin (2008:200) CIRC singkatan dari Cooperative Integrated Reading and Composition, termasuk salah satu model pembelajaran cooperative learning yang pada mulanya merupakan pengajaran kooperatif terpadu membaca dan menulis yaitu sebuah program komprehensif atau luas dan lengkap untuk pengajaran membaca dan menulis untuk kelas-kelas tinggi sekolah dasar. Sekarang CIRC telah berkembang bukan hanya dipakai pada pelajaran bahasa tetapi juga pelajaran kimia.

Siswa ditempatkan dalam kelompok-kelompok kecil yang heterogen, yang terdiri atas 4 atau 5 siswa dalam model pembelajaran CIRC. Kelompok ini tidak dibedakan atas jenis kelamin, suku/bangsa, atau tingkat kecerdasan siswa. Jadi, dalam kelompok ini sebaiknya ada siswa yang pandai, sedang atau lemah, dan masing-masing siswa merasa cocok satu sama lain. Melalui pembelajaran kooperatif, diharapkan para siswa dapat meningkatkan cara berfikir kritis, kreatif dan menumbuhkan rasa sosial yang tinggi. Sebelum dibentuk kelompok, siswa diajarkan bagaimana bekerjasama dalam suatu kelompok. Siswa diajari menjadi pendengar yang baik, dapat memberikan penjelasan kepada teman sekelompok, berdiskusi, mendorong teman lain untuk bekerja sama, menghargai pendapat teman lain, dan sebagainya.

(1) Kegiatan pokok pembelajaran CIRC

Soedjoko (2010:69) mengemukakan kegiatan pokok dalam CIRC untuk menyelesaikan soal pemecahan masalah meliputi rangkaian kegiatan bersama yang spesifik, yaitu: (1) Salah satu anggota atau beberapa kelompok membaca


(31)

soal, (2) Membuat prediksi atau menafsirkan isi soal, termasuk menuliskan apa yang diketahui, apa yang ditanyakan dan memisalkan yang ditanyakan dengan suatu variabel, (3) Saling membuat ikhtisar/rencana penyelesaian soal pemecahan masalah, (4) Menuliskan penyelesaian soal pemecahan masalah secara urut, dan (5) Saling merevisi dan mengedit pekerjaan/penyelesaian.

(2) Penerapan model pembelajaran CIRC

Penerapan model pembelajaran CIRC untuk meningkatkan kemampuan penyelesaian soal dapat ditempuh dengan:

(a) Guru menerangkan suatu pokok bahasan kimia kepada siswa, pada penelitian ini digunakan Lembar Diskusi Siswa (LDS)

(b) Guru memberikan latihan soal

(c) Guru siap melatih siswa untuk meningkatkan keterampilan siswanya dalam menyelesaikan soal melalui penerapan model CIRC

(d) Guru membentuk kelompok-kelompok belajar siswa yang heterogen

(e) Guru mempersiapkan soal dalam bentuk kartu masalah dan membagikannya kepada setiap kelompok

(f) Guru memberitahukan agar dalam setiap kelompok terjadi serangkaian kegiatan bersama yang spesifik

(g) Setiap kelompok bekerja berdasarkan kegiatan pokok CIRC. Guru mengawasi kerja kelompok

(h) Ketua kelompok melaporkan keberhasilan atau hambatan kelompoknya (i) Ketua kelompok harus dapat menetapkan bahwa setiap anggota telah


(32)

(j) Guru meminta kepada perwakilan kelompok untuk menyajikan temuannya (k) Guru bertindak sebagai nara sumber atau fasilitator

(l) Guru memberikan tugas/PR secara individual

(m) Guru membubarkan kelompok dan siswa kembali ke tempat duduknya (n) Guru mengulang secara klasikal tentang strategi penyelesaian soal (o) Guru memberikan kuis

Soedjoko (2010:69)

(3) Kekuatan model pembelajaran CIRC

Menurut Soedjoko (2006:26) menyebutkan kelebihan model pembelajaran CIRC sebagai berikut:

(a) CIRC amat tepat untuk meningkatkan keterampilan siswa dalam menyelesaikan soal esai

(b) Dominasi guru dalam pembelajaran berkurang

(c) Siswa termotivasi pada hasil secara teliti, karena bekerja dalam kelompok (d) Para siswa dapat memahami makna soal dan saling mengecek pekerjaannya (e) Membantu siswa yang lemah

(f) Meningkatkan hasil belajar khususnya dalam menyelesaikan soal esai

2.6

Pendekatan SCL (Student Centered Learning)

Menurut Afiatin (2005:4) Pembelajaran yang berpusat pada siswa adalah pembelajaran dengan menggunakan sepasang perspektif, yaitu fokus pada individu pembelajar (keturunan, pengalaman, perspektif, latar belakang, bakat, minat, kapasitas, dan kebutuhan) dengan fokus pada pembelajaran (pengetahuan


(33)

yang paling baik tentang pembelajaran dan bagaimana hal itu timbul serta tentang praktik pengajaran yang paling efektif dalam meningkatkan tingkat motivasi, pembelajaran, dan prestasi bagi semua pembelajar). Fokus ganda ini selanjutnya memberikan informasi dan dorongan pengambilan keputusan pendidikan.

Melalui penerapan pembelajaran berpusat pada siswa (student centered learning) maka siswa harus berpartisipasi secara aktif, selalu ditantang untuk memiliki daya kritis, mampu menganalisis dan dapat memecahkan masalah- masalahnya sendiri. Untuk menunjang kompetensi guru dalam proses pembelajaran yang berpusat pada siswa maka diperlukan peningkatan pengetahuan, pemahaman, keahlian dan keterampilan guru sebagai fasilitator dalam pembelajaran berpusat pada siswa. Fasilitator adalah orang yang memberikan fasilitasi, dalam hal ini adalah memfasilitasi proses pembelajaran siswa. Guru menjadi mitra pembelajaran yang berfungsi sebagai pendamping bagi siswa.

Guru- guru yang menggunakan pembelajaran SCL cenderung menciptakan lingkungan pembelajaran dengan ciri- ciri sebagai berikut :

(1) Suasana kelas yang hangat dan mendukung. Dalam hal ini guru mengijinkan siswa untuk mengenalnya dan selanjutnya akan menyukainya. Kalau guru disukai oleh siswa, maka siswa akan bersedia bekerja keras untuk orang yang disukainya.

(2) Siswa diminta untuk mengerjakan pekerjaan yang bermanfaat saja. Guru harus menjelaskan manfaat apa yang akan diperoleh siswa jika mereka mengerjakan apa yang diminta oleh guru. Informasi ini akan menjadi berguna jika secara


(34)

langsung dikaitkan dengan keterampilan hidup yang diperlukan siswa, sehingga siswa terdorong untuk melakukannya dan guru meyakini bahwa hal tersebut sungguh bermanfaat atau diperlukan oleh siswa ketika mereka nanti menjadi mahasiswa.

(3) Siswa selalu diminta untuk mengerjakan yang terbaik yang dapat mereka lakukan. Kondisi kualitas pekerjaan termasuk di dalamnya pengetahuan siswa tentang gurunya dan apa yang diharapkan serta keyakinan siswa bahwa guru memberikan kepedulian untuk membantunya. Keyakinan bahwa tugas yang diberikan guru itu selalu bermanfaat, keinginan yang kuat untuk berusaha mengerjakan tugas sebaik- baiknya, dan mengetahui bagaimana pekerjaannya itu akan dievaluasi dan ditingkatkan kualitasnya.

(4) Siswa diminta untuk mengevaluasi pekerjaannya. Evaluasi diri diperlukan. Untuk menilai kualitas pekerjaan yang telah dilakukan oleh siswa, siswa harus mengetahui bahwa hasil pekerjaannya akan dievaluasi, berdasarkan hasil evaluai itulah, siswa tahu bagaimana kualitas pekerjaannya dapat ditingkatkan serta dapat mengulangi prosesnya sampai kualitas terbaik dapat dicapai. (5) Kualitas pekerjaan yang baik selalu menimbulkan perasaan senang. Para siswa

merasa senang ketika mereka menghasilkan pekerjaan yang berkualitas, demikian juga dengan orang tuanya serta gurunya. Perasaan senang ini juga merupakan intensif untuk meningkatkan kualitas.

(6) Pekerjaan yang berkualitas tidak pernah destruktif. Pekerjaan yang berkualitas tidak pernah dicapai melalui pekerjaan yang merusak misalnya yang


(35)

menggunakan narkoba (meskipun kadang dirasa menimbulkan rasa senang) atau menyakiti orang lain, merusak lingkungan dan sebagainya.

2.7

Materi Kelarutan dan Hasil Kali Kelarutan

2.7.1 Kelarutan

Kelarutan (Solubility) adalah jumlah maksimum zat yang dapat larut dalam sejumlah tertentu pelarut. Satuan kelarutan suatu zat dapat dinyatakan dalam gram per 100 gram air, atau dalam mol L-1.

2.7.2 Tetapan Hasil Kali Kelarutan (Ksp)

Tetapan hasil kali kelarutan (Ksp) adalah hasil kali konsentrasi ion-ion dari larutan jenuh garam yang sukar larut dalam air, setelah masing-masing konsentrasi dipangkatkan dengan koefisien reaksi ionnya

Contohnya :

1.) AgCl (s) Ag+ (aq) + Cl- (aq) Ksp = [Ag+]. [Cl-]

2.) Ca3(PO4)2 (s) 3 Ca2+ (aq) + 2 PO43- (aq) Ksp = [Ca2+]3. [PO43-]2

2.7.3 Hubungan Kelarutan dengan Tetapan Hasil Kali Kelarutan (Ksp)

Ada 3 cara untuk menentukan hubungan antara kelarutan (s) dengan tetapan hasil kali kelarutan (Ksp) yaitu :

1)Menuliskan persamaan reaksi kesetimbangannya

2)Menentukan hubungan antara konsentrasi ion-ion dengan kelarutan berdasarkan koefisien reaksinya.


(36)

3)Menentukan hubungan antara Ksp dengan kelarutan (s) berdasarkan persamaan tetapan hasil kali kelarutan.

Secara umum, hubungan kelarutan dan hasil kali kelarutan dirumuskan : AmBn(s) mAn+(aq) + nBm-(aq)

s ms ns Ksp = (mm x nn). (s) (m+n)

Keterangan :

Besarnya nilai Ksp suatu zat bersifat tetap pada suhu yang tetap.

2.7.4 Pengaruh Ion Senama/Sejenis terhadap Kelarutan (s)

Apakah yang terjadi, jika dalam suatu larutan elektrolit terdapat ion senama (sejenis)? Agar dapat menemukan jawabannya, perhatikan larutan jenuh AgCl. Pada saat AgCl dilarutkan dalam air, maka akan terbentuk reaksi kesetimbangan, yaitu:

AgCl (s) Ag+(aq) + Cl-(aq)

Adanya penambahan larutan AgNO3 akan memperbesar konsentrasi ion Ag karena AgNO3 juga akan terionisasi dan menghasilkan ion Ag. Reaksi yang terjadi yaitu:

AgNO3(aq) Ag+(aq) + NO3–(aq)

Sementara itu, penambahan ion sejenis (Ag+) akan menggeser kesetimbangan ke kiri. Pergeseran ke kiri menyebabkan kelarutan AgCl berkurang, tetapi tidak memengaruhi harga tetapan hasil kali kelarutan, jika suhu tidak berubah.


(37)

Pahamilah penerapannya dalam contoh soal berikut. Contoh soal :

Diketahui Ksp Ag2CrO4 = 2,56 x 10-10, tentukan kelarutan Ag2CrO4 dalam larutan AgNO3 0,1 M !

Penyelesaian :

Diketahui: Ksp Ag2CrO4 = 2,56 x 10-10

Ditanyakan: kelarutan Ag2CrO4 dalam larutan AgNO3 0,1 M. Jawab:

Reaksi kesetimbangan Ag2CrO4 : Ag2CrO4(s) 2 Ag+(aq) + CrO42-(aq)

s 2s s AgNO3(aq) Ag+(aq) + NO3- (aq) 0,1 M 0,1 M 0,1 M Di dalam sistem terdapat : [CrO42-] = s

[Ag+] = (2s + 0,1) M = (2s + 0,1) mol/Liter

Karena [Ag+] yang bersal dari Ag2CrO4 sangat sedikit dibandingkan [Ag+] yang berasal dari AgNO3, maka [Ag+] dari Ag2CrO4 dapat diabaikan, sehingga [Ag+] = 0,1 mol/L, oleh karena itu :

Ksp [Ag2CrO4] = [Ag+]2[ CrO42-] 2,56 x 10-10 = (0,1)2 x s


(38)

Kelarutan Ag2CrO4 dalam larutan AgNO3 0,1 M adalah 2,56 x 10-8 mol/L. Jadi, penambahan ion sejenis Ag+ akan memperkecil kelarutan Ag2CrO4.

2.7.5 Reaksi Pengendapan

Apabila kita menambahkan ion senama ke dalam larutan jenuh yang berada pada kesetimbangan, maka berdasarkan asas Le Chatelier kesetimbangan akan bergeser ke kiri membentuk endapan. Pembentukan endapan mengisyaratkan terjadinya penurunan kelarutan. Untuk mengetahui keadaan larutan, kita dapat membandingkan Ksp dengan hasil kali konsentrasi molar dari ion-ion dalam larutan.

Secara umum, persamaan kesetimbangan larutan garam AxBy sebagai berikut : AxBy(s) xAy+(aq) + yBx-(aq)

Jika [Ay+]x[Bx-]y < Ksp AxBy→ larutan tak jenuh Jika [Ay+]x[Bx-]y = Ksp AxBy→ larutan tepat jenuh Jika [Ay+]x[Bx-]y > Ksp AxBy→ larutan terbentuk endapan (Purba, 2006 : 274)

2.8

Kerangka Berpikir

Materi pokok Kelarutan dan Hasil Kali Kelarutan membutuhkan pemahaman yang cukup tinggi. Kenyataan menunjukkan masih dijumpai beberapa kesulitan yang dihadapi peserta didik dalam memahami dan mendalami materi kimia. Hal ini menyebabkan nilai yang diperoleh menjadi kurang baik. Berdasarkan permasalahan ini, maka perlu adanya metode pembelajaran yang tepat dalam mendalami materi kimia. Dalam penelitian ini, akan diterapkan model


(39)

pembelajaran CIRC pada kelas eksperimen dan pembelajaran konvensional diterapkan pada kelas kontrol.

CIRC adalah suatu model dalam pembelajaran kooperatif yang digunakan sebagai alternatif bagi guru unuk mengajar siswa. Di dalam model pembelajaran CIRC terdapat komponen-komponen yang dapat membuat kegiatan belajar mengajar menjadi lebih efektif dan membuat siswa lebih kreatif, karena disini siswa bersama dengan kelompoknya dapat mengembangkan dan bertukar pengetahuannya di dalam mempelajari suatu materi yang ditugaskan oleh guru. Siswa dapat memunculkan ide-idenya dan saling berdiskusi untuk menyelesaikan soal.

Proses pembelajaran dilaksanakan untuk mengetahui nilai afektif baik pada kelas eksperimen maupun kelas kontrol, sedangkan kegiatan praktikum dilaksanakan untuk mengetahui nilai psikomotorik kedua kelas tersebut. Dari kedua kegiatan pada kelas eksperimen dan kelas kontrol di atas diharapkan akan terjadi peningkatan pemahaman siswa terhadap materi kelarutan dan hasil kali kelarutan sehingga diharapkan hasil belajar yang diperoleh baik. Selanjutnya hasil belajar kedua kelas dibandingkan untuk mengetahui besarnya pengaruh hasil belajar kimia dengan menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe CIRC dengan pendekatan SCL.

2.9

Hipotesis

Adapun hipotesis dalam penelitian ini adalah ada pengaruh penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe CIRC dengan menggunakan pendekatan SCL terhadap hasil belajar kimia siswa SMA N 1 Karangtengah Demak.


(40)

BAB 3

METODE PENELITIAN

3.1 Desain Penelitian

Rancangan penelitian yang digunakan adalah Random terhadap Subjek, yaitu dengan melihat perbedaan hasil post test antara kelas eksperimen dan kelas kontrol.

Tabel 3.1 Desain Penelitian

Kelas Perlakuan Tes

Eksperimen X T

Kontrol Y T

Keterangan:

X: Pembelajaran kimia menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe CIRC dengan menggunakan pendekatan SCL.

Y: Pembelajaran kimia menggunakan metode konvensional T : Hasil nilai post test

3.2 Populasi dan Sampel

3.2.1 Populasi

Dalam penelitian ini yang menjadi populasi adalah semua siswa kelas XI IPA SMA N 1 Karangtengah Demak yang terdiri dari 4 kelas dengan jumlah keseluruhan sebanyak 151 siswa.


(41)

Tabel 3.2. Rincian Siswa Kelas XI IPA SMA N 1 Karangtengah Demak

Kelas Jumlah Siswa

XI IPA 1 38

XI IPA 2 38

XI IPA 3 39

XI IPA 4 36

Jumlah Total 151

(Sumber: Administrasi kesiswaan SMA N 1 Karangtengah Demak tahun pelajaran 2010/2011)

3.2.2 Sampel

Sampel dalam penelitian ini diambil dengan teknik teknik cluster random sampling, yaitu secara acak dipilih dua kelas sebagai sampel, dengan syarat populasi tersebut harus bersifat normal dan homogen. Salah satu kelas diberlakukan sebagai kelas eksperimen yang diajar menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe CIRC dengan menggunakan pendekatan student centered learning, sedangkan kelas lainnya diberlakukan sebagai kelas kontrol diajar dengan metode konvensional. Dari hasil random yang dilakukan, diperoleh dua kelas sebagai sampel yaitu kelas XI IPA 4 sebagai kelas eksperimen dan XI IPA 3 sebagai kelas kontrol.

3.3

Variabel Penelitian

3.3.1 Variabel bebas

Variabel bebas dalam penelitian ini adalah penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe CIRC dengan pendekatan SCL dan metode konvensional.

3.2.1. Variabel terikat


(42)

kelarutan dan hasil kali kelarutan siswa kelas XI IPA SMA N 1 Karangtengah Demak.

3.4

Pengambilan Data

3.4.1 Instrumen Penelitian

Sebelum alat pengumpulan data yang berupa tes objektif digunakan untuk pengambilan data, terlebih dahulu dilakukan uji coba. Hasil uji coba dianalisis untuk mengetahui apakah memenuhi syarat sebagai alat pengambilan data atau tidak.

3.4.1.1Materi dan bentuk Instrumen

Materi yang digunakan adalah materi pelajaran kimia kelas XI semester 2 materi pokok Kelarutan dan Hasil Kali Kelarutan dengan merujuk pada silabus dan kurikulum yang berlaku. Bentuk tes yang digunakan pada penelitian yang akan dilaksanakan ini adalah tes pilihan ganda dengan lima buah kemungkinan jawaban dan satu jawaban yang tepat.

3.4.1.2Metode Penyusunan Instrumen Uji Coba Soal

Langkah-langkah penyusunan instrumen uji coba soal adalah sebagai berikut:

(1) Mengadakan pembatasan dan penyesuaian bahan-bahan yang akan diujicobakan. Dalam hal ini adalah materi bidang studi kimia materi pokok Kelarutan dan Hasil Kali Kelarutan.


(43)

(a) Menentukan jumlah butir soal dan alokasi waktu yang disediakan. Jumlah butir soal yang diujicobakan adalah 50 butir soal dengan alokasi waktu untuk mengerjakan soal ini adalah 90 menit.

(b) Menentukan tipe atau bentuk tes.

Tipe tes yang digunakan berbentuk pilihan ganda dengan lima buah pilihan jawaban.

(c)Menentukan komposisi jenjang.

Komposisi jenjang dari perangkat tes pada penelitian yang akan dilakukan terdiri dari 50 butir soal, yaitu:

Aspek pengetahuan (C1) terdiri dari 11 soal = 22 %. Aspek pemahaman (C2) terdiri dari 14 soal = 28 %. Aspek penerapan (C3) terdiri dari 16 soal = 32 %. Aspek analisis (C4) terdiri dari 9 soal = 18 %. (d) Menentukan tabel spesifikasi atau kisi-kisi soal. (e)Menyusun butir-butir soal.

(f)Mengujicobakan soal.

(g) Menganalisis hasil uji coba, dalam hal validitas, reliabilitas, tingkat kesukaran, dan daya beda perangkat tes yang digunakan.

3.4.1.3Tahap Pelaksanaan

Pada penelitian ini uji coba soal dilakukan pada siswa kelas XII IPA 4 Madrasah Aliyah Negeri Kendal. Perangkat tes yang diujicobakan sebanyak 50 soal. Hasil uji coba dianalisis untuk mengetahui apakah instrumen layak untuk digunakan sebagai alat pengambil data atau tidak.


(44)

3.4.1.4Analisis Uji Coba Perangkat Tes

Tujuan uji coba adalah untuk memperoleh butir tes yang mempunyai kategori baik dan bisa dipakai untuk penelitian. Analisis perangkat tes adalah analisis untuk mengetahui validitas, reliabilitas, indeks kesukaran soal dan daya pembeda soal.

3.4.1.4.1 Validitas Butir Soal

Rumus yang digunakan untuk analisis validitas yaitu rumus korelasi point biserial.

(Arikunto, 2006: 283). Keterangan:

rpbis = koefisien korelasi point biseral

Mp = rerata skor yang menjawab benar pada butir soal Mt = rerata skor total

p = proporsi skor siswa yang menjawab benar pada butir soal

q = proporsi skor siswa yang menjawab benar pada butir soal (1 – p) St = standar deviasi total

Lalu signifikansi dapat dicari dengan menggunakan hasil perhitungan rpbis.

dengan n = jumlah siswa


(45)

Berdasarkan analisis tes uji coba pada Lampiran 5 diperoleh soal yang valid soal nomor 1, 2, 4, 5, 6, 7, 8, 9, 10, 12, 13, 14, 16, 17, 18, 19, 20, 21, 22, 24, 25, 26, 30, 31, 32, 33, 37, 38, 40, 41, 42, 43, 46, 47, 49 dan 50. Soal yang tidak valid soal nomor 3, 11, 15, 23, 27, 28, 29, 34, 35, 36, 39, 44, 45 dan 48. Hasil dari analisis data soal uji coba menunjukkan bahwa dalam soal uji coba terdapat 36 butir soal yang valid. Sebanyak 30 soal dari soal yang valid tersebut dapat dijadikan sebagai alat pengukur hasil belajar kognitif dalam penelitian ini.

3.4.1.4. 2 Indeks Kesukaran Soal

Rumus yang digunakan untuk mengukur indeks kesukaran soal adalah sebagai berikut :

IK = (Arikunto, 2007:208)

Keterangan:

IK = indeks kesukaran

B = jumlah siswa yang menjawab benar pada butir soal JS = jumlah seluruh siswa pengikut tes

Kriteria indeks kesukaran soal dalam Arikunto (2007:210) disajikan pada Tabel 3.3.

Tabel 3.3 Kriteria Indeks Kesukaran soal

Interval IK Kriteria

IK = 00,00 0,00 < IK ≤ 0,30 0,30 < IK ≤ 0,70 0,70 < IK < 1,00 IK = 1,00

Terlalu Sukar Sukar

Sedang Mudah


(46)

Berdasarkan perhitungan hasil tes uji coba kelas uji coba pada Lampiran 5, maka diperoleh hasil tingkat kesukaran yang berbeda- beda. Soal yang berkriteria mudah berjumlah 3 soal yaitu soal nomor 3, 45 dan 48. Soal yang berkriteria sedang berjumlah 37 soal yaitu soal nomor 1, 2, 4, 5, 6, 7, 8, 9, 10, 11, 12, 13, 14, 15, 16, 17, 19, 21, 23, 25, 26, 29, 31, 33, 35, 36, 37, 38, 40, 41, 42, 43, 44, 46, 47, 49, dan 50. Soal yang berkriteria sukar berjumlah 10 soal yaitu soal nomor 18, 20, 22, 24, 27, 28, 30, 32, 34 dan 39. Perhitungan tingkat kesukaran soal uji coba selengkapnya disajikan dalam Lampiran 8.

3.4.1.4.3 Daya Pembeda Soal

Rumus yang digunakan untuk menghitung daya pembeda soal adalah sebagai berikut :

(Arikunto, 2007 : 211) Keterangan:

DP = daya pembeda soal

JBA = jumlah siswa yang menjawab benar pada butir soal pada kelompok atas

JBB = jumlah siswa yang menjawab benar pada butir soal pada kelompok bawah


(47)

Kriteria yang digunakan seperti Tabel 3.4 di bawah ini : Tabel 3.4 Kriteria Daya Pembeda Soal

Interval DP Kriteria

DP ≤ 0,00

0,00 < DP ≤ 0,20 0,20 < DP ≤ 0,40 0,40 < DP ≤ 0,70 0,70 < DP ≤ 1,00

Sangat jelek Jelek

Cukup Baik Sangat baik

Berdasarkan analisis uji coba diperoleh soal yang mempunyai daya pembeda jelek ada 1 soal, yaitu soal nomor 29. soal yang mempunyai daya pembeda baik ada 27 soal, yaitu soal nomor 1, 2, 4, 5, 8, 9, 10, 12, 13, 14, 16, 17, 19, 21, 25, 26, 33, 37, 38, 40, 41, 42, 43, 46, 47, 49 dan 50. Perhitungan daya pembeda soal disajikan dalam Lampiran 7.

3.4.1.4.4 Reliabilitas

Reliabilitas dalam penelitian ini diukur dengan menggunakan rumus KR-21, dengan rumus sebagai berikut:

(Arikunto, 2006:103)

Keterangan :

r11 = Reliabilitas soal M = Rata-rata skor awal N = Jumlah butir soal St2 = Variasi skor total

Kriteria tes instrumen dikatakan reliabel jika r

11 > rtabel


(48)

uji coba berdasarkan analisis reliabilitas instrumen pada soal post test dengan jumlah butir soal 30 dengan taraf signifikan 5% diperoleh r11 =0,813.Harga r11 > rtabel maka instrumen reliabel. Perhitungan reliabilitas soal ini dapat dilihat pada Lampiran 9.

3.4.2 Teknik Pengambilan Data

3.4.2.1Metode Dokomentasi

Metode dokumentasi digunakan untuk mendapatkan informasi mengenai daftar nama-nama siswa dan data nilai ulangan akhir semester I mata pelajaran kimia kelas XI IPA SMA N 1 Karangtengah Demak. Data ini digunakan untuk analisis tahap awal.

3.4.2.2Metode Tes

Metode tes digunakan untuk mengevaluasi hasil belajar setelah proses pembelajaran. Evaluasi dilakukan pada kelas eksperimen dan kelas kontrol. Bentuk tes berupa tes obyektif yang dilaksanakan setelah kedua kelas diberi satu pokok bahasan dengan perlakuan yang berbeda. Tes yang diberikan tersebut telah diujicobakan terlebih dahulu pada kelas uji coba.

3.4.2.3Metode observasi

Metode ini digunakan untuk memperoleh data yang dapat memperlihatkan pengelolaan pembelajaran kooperatif tipe CIRC oleh guru dan partisipasi siswa dikelompoknya dan juga kerja kelompok secara keseluruhan. Lembar pengamatan ini mengukur secara individual maupun kelas bagi keaktifan mereka belajar. Lembar pengamatan berisi tentang penilaian aspek afektif dan psikomotorik selama pembelajaran.


(49)

3.4.2.4Angket

Angket atau kuesioner dimaksudkan untuk memperoleh informasi tentang diri responden atau informasi tentang orang lain (Margono, 2004:167). Metode ini digunakan untuk memperoleh data mengenai tanggapan siswa terhadap pembelajaran kimia.

3.5 Metode Analisis Data

Setelah diketahui bahwa kedua kelompok sampel memiliki kemampuan awal yang sama. Selanjutnya dapat dilakukan perlakuan/eksperimen. Kelompok eksperimen diberi perlakuan dengan model pembelajaran kooperatif tipe CIRC dengan pendekatan SCL, sedangkan kelompok kontrol diberi perlakuan dengan metode pembelajaran konvensional.

Setelah kedua sampel diberi perlakuan yang berbeda, maka dilakukan tes akhir berbentuk tes pilihan ganda. Hasil tes ini akan diperoleh data yang digunakan sebagai dasar dalam menguji hipotesis penelitian. Analisis data dilakukan melalui tahap-tahap sebagai berikut:

3.5.1 Analisis Tahap Awal

Adapun langkah yang dilakukan pada analisis data tahap awal ini digunakan uji normalitas dan uji homogenitas populasi.

3.5.1.1 Uji Normalitas Populasi

Uji ini berfungsi untuk menunjukkan populasi berdistribusi normal atau tidak. Metode yang digunakan dalam uji ini yaitu metode chi kuadrat (χ2).


(50)

Persamaannya adalah sebagai berikut : χ2 =

2 1

k

i i i i

E E O

( Purwanto, 2011 : 157)

Keterangan: χ2 = chi kuadrat

Oi = frekuensi hasil pengamatan Ei = frekuensi harapan

k = banyaknya kelas interval

kriteria pengujian hipotesis sebagai berikut :

(1)Ho diterima jika χ2 hitung < χ2 tabel dengan derajat kebebasan dk = k – 3, yang berarti distribusi data tidak berbeda dengan distribusi normal atau data berdistribusi normal.

(2)Ho ditolak jika χ2 hitung χ2 tabel dengan derajat kebebasan dk = k – 3, yang berarti distribusi data berbeda dengan distribusi normal atau data tidak berdistribusi normal

3.5.1.2 Uji Homogenitas Populasi

Uji homogenitas dilakukan untuk mengetahui apakah populasi yang diambil sampelnya homogen atau tidak.

Langkah-langkah perhitungannya sebagai berikut: 1. Menghitung varians dari masing-masing kelas (si2).


(51)

2. Menghitung varians gabungan dari semua kelas dengan rumus:

3. Menghitung harga satuan B dengan rumus: B = (logs2) (ni– 1)

4. Menghitung nilai statistik chi kuadrat (χ2) dengan rumus:

Keterangan : ni = jumlah siswa

si2 = varians masing- masing kelas s2 = varians gabungan dari semua kelas Kriteria pengujian hipotesis sebagai berikut:

Ho diterima jika χ2hitung ≤ χ2 (1-α) (k-1) , dimana χ2 (1-α) (k-1) didapat dari daftar distribusi chi kuadrat dengan peluang (1-α) dan dk = (k-1). Hal ini berarti bahwa varians dari populasi tidak berbeda satu dengan yang lain atau sama (homogen) (Sudjana, 2005:263).

3.5.2 Analisis Tahap Akhir

Analisis tahap akhir bertujuan untuk menjawab hipotesis penelitian yang telah dikemukakan yaitu ada pengaruh penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe CIRC dengan menggunakan pendekatan SCL terhadap hasil belajar kimia siswa SMA N 1 Karangtengah Demak . Data yang digunakan dalam analisis ini yaitu nilai akhir (post test). Analisis data tahap akhir ini meliputi uji normalitas, uji kesamaan dua varians, uji hipotesis, análisis terhadap pengaruh


(52)

antar variabel, penentuan koefisisen determinasi, uji ketuntasan, análisis angket, análisis aspek afektif dan psikomotorik.

3.5.2.1Uji Normalitas

Uji ini berfungsi untuk mengetahui apakah data nilai tes hasil belajar siswa pada materi pokok kelarutan dan hasil kali kelarutan pada kelas yang menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe CIRC dengan pendekatan SCL dan kelas yang menggunakan metode konvensional terdistribusi normal atau tidak.

Untuk menentukan uji selanjutnya menggunakan statistik parametrik atau non parametrik. Uji normalitas yang digunakan adalah uji chi kuadrat (χ2) , persamaannya adalah sebagai berikut :

χ2 =

2 1

k

i i i i

E E O

(Purwanto, 2011:157)

Keterangan: χ2 = chi kuadrat

Oi = frekuensi hasil pengamatan Ei = frekuensi harapan

k = banyaknya kelas interval

kriteria pengujian hipotesis sebagai berikut :

(1 ) Ho diterima jika χ2hitung < χ2 (1-α) (k-1) yang berarti distribusi data tidak berbeda dengan distribusi normal atau data berdistribusi normal.


(53)

(2) Ho ditolak jika χ2hitung χ2 (1-α) (k-1) yang berarti distribusi data berbeda dengan distribusi normal atau data tidak berdistribusi normal.

3.5.2.2Uji Kesamaan Dua Varians

Uji ini digunakan untuk mengetahui kesamaan varians antara kelas eksperimen dan kelas kontrol, sehingga dapat digunakan untuk menentukan rumus uji hipotesis yang digunakan. Rumus yang digunakan untuk uji kesamaan dua varians sebagai berikut :

(Sudjana, 2005:250).

Kriteria pengujiannya : jika harga Fhitung < Ftabel, dengan n1-1 dk pembilang, n2-1 dk penyebut, maka dapat dikatakan kedua kelas memiliki kesamaan varians atau kedua kelas tersebut homogen.

3.5.2.3Uji hipotesis

Uji hipotesis digunakan untuk membuktikan kebenaran dari hipotesis yang diajukan. Pengujian hipotesis dalam penelitian ini menggunakan uji perbedaan dua rata-rata satu pihak kanan. Uji satu pihak kanan digunakan untuk membuktikan hipotesis yang menyatakan bahwa rata-rata nilai post test kelas eksperimen lebih baik dari pada kelas kontrol.

(1) Jika s12 = s22 digunakan rumus thitung

2 1

2 1

1 1

n n s

M M t

  


(54)

dimana

dk = n1 + n2 -2 (Sudjana, 2005:239-240). Keterangan :

M1 = rata- rata nilai kelas eksperimen M2 = rata- rata nilai kelas kontrol

s12 = varians nilai- nilai kelas tes eksperimen s22 = varians nilai- nilai kelas tes kontrol n1 = jumlah anggota kelas eksperimen n2 = jumlah anggota kelas kontrol

Kriteria pengujian hipotesis sebagai berikut :

1. Ho diterima jika thitung < t(1-α)(n1+n2-2). Hal ini berarti tidak ada pengaruh penggunaan model pembelajaran kooperaif tipe CIRC dengan pendekatan SCL terhadap hasil belajar kimia.

2. Ho ditolak jika thitung  t(1-α)(n1+n2-2). Hal ini berarti ada pengaruh penggunaan model pembelajaran kooperaif tipe CIRC dengan pendekatan SCL terhadap hasil belajar kimia.


(55)

(2) Jika s12≠ s22

Rumus yang digunakan adalah :

Keterangan :

M1 = rata- rata nilai kelas eksperimen M2 = rata- rata nilai kelas kontrol

s12 = varians nilai- nilai kelas tes eksperimen s22 = varians nilai- nilai kelas tes kontrol n1 = jumlah anggota kelas eksperimen n2 = jumlah anggota kelas kontrol

Kriteria yang digunakan adalah terima hipotesis Ho jika :

dengan

an


(56)

3.5.2.4 Analisis terhadap pengaruh antar variabel

Rumus yang digunakan untuk menganalisis pengaruh antar variabel adalah:

Keterangan :

rb : koefisien biserial

M1 : rata-rata hasil belajar kelas eksperimen M2 : rata-rata hasil belajar kelas kontrol p : proporsi pada kelas eksperimen q : proporsi pada kelas kontrol

u : Tinggi ordinat dari kurva normal baku pada titik z yang memotong bagian luas normal baku menjadi bagian p dan q

Sy : Simpangan baku dari kedua kelompok (Sudjana, 2005: 390).

Tabel 3.5 Pedoman untuk memberikan interprestasi terhadap koefisien korelasi biserial (rb)

Interval Koefisien Tingkat Hubungan

0,00 – 0,199 0,20 – 0,399 0,40 – 0,599 0,60 – 0,799 0,80 – 1,000

Sangat rendah Rendah

Sedang Kuat Sangat kuat (Sugiyono, 2008 : 184)

3.5.2.5 Penentuan Koefisien Determinasi

Koefisien determinasi adalah koefisien yang menyatakan berapa persen (%) besarnya pengaruh suatu variabel bebas terhadap variabel terikat. Dalam hal ini pengaruh model pembelajaran Kooperatif tipe CIRC dengan pendekatan SCL


(57)

terhadap hasil belajar kimia siswa di SMA N 1 Karangtengah Demak. Rumus yang digunakan:

KD = rb2 x 100% dimana,

KD : koefisien determinasi (Sudjana, 2005:369).

3.5.2.6 Uji Ketuntasan Belajar

Perhitungan ketuntasan hasil belajar ini mengacu pada KKM (Kriteria Ketuntasan Minimal) yang digunakan SMA Negeri 1 Karangtengah Demak, yaitu sebesar 65. Ketuntasan belajar klasikal atau ketuntasan belajar kelas dilihat dari jumlah peserta didik yang mampu mencapai KKM sekurang-kurangnya 85% dari jumlah seluruh peserta didik yang ada di kelas tersebut. Persentase ketuntasan belajar klasikal dihitung dengan rumus:

% 100 x siswa Jumlah

tuntas siswa Jumlah klasikal

ketuntasan

% 

3.5.2.7 Analisis Hasil Belajar Afektif dan Psikomotorik

Analisis yang digunakan adalah analisis deskriptif yang bertujuan untuk mengetahui nilai afektif dan psikomotorik siswa baik kelas eksperimen maupun kontrol.

Rumus yang digunakan untuk menghitung nilai afektif dan psikomotorik siswa adalah:


(58)

Tabel 3.6 Kriteria % Skor Total Aspek Afektif dan Psikomotorik

Nilai tiap aspek Kategori

85< skor ≤ 100 Sangat Baik

70 <skor ≤ 85 Baik

55 <skor ≤ 70 Cukup 40 < skor ≤ 55 Kurang

25 <skor ≤ 40 Sangat Kurang

Tiap aspek dari hasil belajar afektif dan psikomotorik dianalisis untuk mengetahui rata-rata nilai tiap aspek dalam satu kelas tersebut. Rumus yang digunakan yaitu: responden Jumlah nilai Jumlah aspek tiap nilai rata -Rata 

Dari tiap aspek dalam penilaian afektif maupun psikomotorik dapat dikategorikan sebagai berikut :

Tabel 3.7 Kategori Rata-Rata Nilai Tiap Aspek Afektif dan Psikomotorik

Rata-rata nilai tiap aspek Kategori

3,4 – 4,0 2,8 – 3,4 2,2 – 2,8 1,6 – 2,2 1 – 1,6

Sangat tinggi Tinggi Cukup Rendah Sangat rendah

3.5.2.8Analisis Data Angket

Pada analisis tahap akhir ini, digunakan data hasil pengisian angket oleh siswa. Analisis yang digunakan adalah analisis deskriptif yang bertujuan untuk mengetahui tanggapan siswa terhadap pembelajaran kimia materi pokok kelarutan dan hasil kali kelarutan. Rumus yang digunakan adalah:

responden Jumlah nilai Jumlah aspek tiap nilai rata -Rata 


(59)

BAB 4

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Penelitian

Berdasarkan pengumpulan data dan penelitian yang telah dilakukan di SMA Negeri 1 Karangtengah Demak pada pelajaran kimia materi kelarutan dan hasil kali kelarutan pada kelas XI IPA diperoleh hasil sebagai berikut.

4.1.1 Analisis Data Tahap Awal

Data yang digunakan untuk anaisis data awal adalah nilai pada ujian semester gasal seperti yang disajikan dalam Lampiran 11. Data awal populasi dapat dilihat pada Tabel 4.1.

Tabel 4.1 Data Awal Populasi

Kelas N Rata- Rata SD Skor

tertinggi

Skor terendah

XI IPA 1 38 72,76 5,494 83 60

XI IPA 2 38 73,16 4,989 84 62

XI IPA 3 39 73,74 5,300 84 62

XI IPA 4 36 74,69 4,985 85 63

4 .1.1.1 Uji Normalitas Populasi

Hasil uji normalitas data awal yang telah dilakukan disajikan dalam Tabel 4.2.

Tabel 4.2 Hasil Uji Normalitas Data Awal

Kelas χ 2hitung χ 2tabel Kriteria

XI IPA 1 3,40 7,81 Berdistribusi normal

XI IPA 2 1,77 7,81 Berdistribusi normal

XI IPA 3 1,64 7,81 Berdistribusi normal

XI IPA 4 0,13 7,81 Berdistribusi normal


(60)

4.1.1.2 Uji Homogenitas Populasi

Hasil uji homogenitas data awal yang telah dilakukan disajikan dalam Tabel 4.3 Berikut :

Tabel 4.3 Hasil Uji Homogenitas Data Awal

Data χ 2hitung χ 2tabel Kriteria

Skor Siswa Test

Semester Gasal 0,5054 7.8147 Homogen

Perhitungan homogenitas selengkapnya disajikan dalam Lampiran 16.

4.1.2 Analisis Data Tahap Akhir

Analisis data tahap akhir ini meliputi uji normalitas, uji kesamaan dua varians, uji hipotesis, análisis terhadap pengaruh antar variabel, penentuan koefisisen determinasi, uji ketuntasan, análisis angket, análisis aspek afektif dan psikomotorik.

4. 1.2.1 Uji Normalitas

Hasil analisis uji normalitas data post test dapat disajikan dalam Tabel 4.4. Tabel 4.4 Uji Normalitas Hasil Post test

Kelas χ2hitung dk χ2tabel kriteria

Eksperimen 4,48 3 7,81 Normal

Kontrol 1,26 3 7,81 Normal

Hasil analisis selengkapnya disajikan dalam Lampiran 38 dan 39.

4.1.2.2Hasil Uji Kesamaan Dua Varians

Hasil analisis uji kesamaan dua varians data post test dapat dilihat dalam Tabel 4.5.


(61)

Tabel 4.5 Hasil Uji Kesamaan Dua Varians Data Post test

Data Kelas s2 dk Fhitung Ftabel Kriteria

Post test Eksperimen 43,08 35

1,11 1,73

Kedua kelas mempunyai varians yang sama Kontrol 38,92 38

Hasil analisis selengkapnya disajikan dalam Lampiran 40.

4.1.2.3Uji hipotesis

Pengujian hipotesis dalam penelitian ini menggunakan uji satu pihak kanan. Hasil uji satu pihak kanan disajikan dalam Tabel 4. 6.

Tabel 4. 6. Hasil Uji Satu Pihak Kanan

Kelas Rata-rata Varians Dk thitung ttabel Kriteria

Eksperimen 79,19 43,08

73 4,92 1,67 Kelas eksperimen lebih baik

Kontrol 71,92 38,91

Perhitungan selengkapnya disajikan dalam Lampiran 41.

4.1.2.4Analisis terhadap Pengaruh Antar Variabel

Berdasarkan data diperoleh besarnya 1 = 79,19; 2 = 71,92; Sy = 7,33; p = 0,48; q = 0,52 dan z = 0,05 yang diperoleh dari Tabel kurva normal (Sudijono, 2009:486). Berdasarkan dari perhitungan dalam Lampiran 43 diperoleh besarnya koefisien korelasi biserial hasil belajar siswa (rb) sebesar 0,62.

4.1.2.5Penentuan Koefisien Determinasi

Berdasarkan hasil perhitungan diperoleh besarnya koefisien korelasi biserial hasil belajar (rb) sebesar 0,62 sehingga besarnya koefisien determinasi (KD) adalah 38,62%. Perhitungan koefisien determinasi hasil belajar disajikan dalam Lampiran 43.


(62)

4.1.2.6 Uji ketuntasan hasil belajar

Hasil persentase ketuntasan hasil belajar klasikal kelas eksperimen dan kelas kontrol disajikan dalam Tabel 4.7.

Tabel 4.7. Hasil Persentase Ketuntasan Belajar Klasikal

Kelas Rata-rata kelas % Ketuntasan Kriteria

Eksperimen 79,19 94,44 Tuntas

Kontrol 71,92 87,18 Tuntas

Perhitungan ketuntasan data post test kelas eksperimen dan kelas kontrol selengkapnya terdapat dalam Lampiran 42.

4.1.2.7Hasil Belajar Aspek Afektif Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol

Rata-rata nilai afektif kelas eksperimen disajikan dalam Tabel 4.8. Tabel 4.8. Rata-Rata Skor Tiap Aspek Afektif pada Kelas Eksperimen

No. Aspek Skor Rata- rata Kriteria

1 Kehadiran siswa di kelas 3,25 Tinggi

2 Aspek perhatian saat mengikuti pelajaran

3,39 Tinggi

3 Keseriusan dan ketepatan waktu mengerjakan tugas

3,17 Tinggi

4 Kecakapan berkomunikasi lisan dalam menyampaikan pendapat/ informasi

3,00 Tinggi

5 Keaktifan siswa dalam mengajukan pertanyaan

2,94 Tinggi

6 Keberanian siswa dalam mengerjakan tugas di depan kelas

3,28 Tinggi

7 Kelengkapan buku catatan 3,00 Tinggi

8 Sikap/ tingkah laku terhadap guru 3,64 Sangat Tinggi

9 Kejujuran dalam mengerjakan tes 3,06 Tinggi


(63)

Rata-rata nilai afektif kelas kontrol disajikan dalam Tabel 4.9. Tabel 4.9. Rata-Rata Skor Tiap Aspek Afektif pada Kelas Kontrol

No. Aspek Skor Rata- rata Kriteria

1 Kehadiran siswa di kelas 3,23 Tinggi

2 Aspek perhatian saat mengikuti pelajaran

3,31 Tinggi

3 Keseriusan dan ketepatan waktu mengerjakan tugas

3,05 Tinggi

4 Kecakapan berkomunikasi lisan dalam menyampaikan pendapat/ informasi

2,85 Tinggi

5 Keaktifan siswa dalam mengajukan pertanyaan

2,92 Tinggi

6 Keberanian siswa dalam mengerjakan tugas di depan kelas

3,13 Tinggi

7 Kelengkapan buku catatan 2,95 Tinggi

8 Sikap/ tingkah laku terhadap guru 3,41 Sangat Tinggi

9 Kejujuran dalam mengerjakan tes 3,03 Tinggi

10 Kemampuan memecahkan soal 2,82 Tinggi

Perbandingan skor rata- rata tiap aspek afektif kelas eksperimen dan kelas kontrol disajikan dalam Gambar 4.1.

Gambar 4.1 Perbandingan Skor Rata-Rata Tiap Aspek Afektif Perincian nilai afektif siswa kelas eksperimen dan kelas kontrol disajikan dalam Lampiran 24 dan 25.


(64)

4.1.2.8Hasil Belajar Aspek Psikomotorik Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol

Rata-rata skor psikomotorik untuk masing-masing aspek dari kelas eksperimen disajikan dalam Tabel 4.10.

Tabel 4.10 Rata-Rata Nilai Psikomotorik Pada Kelompok Eksperimen

No Aspek Skor Rata- rata Kriteria

1 Persiapan praktikum 3,25 Tinggi

2 Dinamika kelompok 2,94 Tinggi

3 Keterampilan alat dan bahan 3,40 Sangat Tinggi

4 Keterampilan menggunakan alat 3,25 Tinggi

5 Keterampilan melakukan pengamatan

3,36 Tinggi

6 Kerjasama dalam kelompok 3,28 Tinggi

7 Laporan 3,25 Tinggi

Hasil perhitungan selengkapnya disajikan dalam Lampiran 28.

Rata-rata skor psikomotorik untuk masing-masing aspek dari kelas kontrol disajikan dalam Tabel 4.11.

Tabel 4.11 rata-rata nilai psikomotorik pada kelompok kontrol

No Aspek Skor Rata- rata Kriteria

1 Persiapan praktikum 3,01 Tinggi

2 Dinamika kelompok 2,92 Tinggi

3 Keterampilan alat dan bahan 3,24 Tinggi

4 Keterampilan menggunakan alat 3,03 Tinggi

5 Keterampilan melakukan pengamatan

3,22 Tinggi

6 Kerjasama dalam kelompok 3,19 Tinggi

7 Laporan 3,06 Tinggi

Hasil perhitungan selengkapnya disajikan dalam Lampiran 30.

Perbandingan skor rata-rata tiap aspek psikomotorik kelas eksperimen dan kelas kontrol disajikan dalam Gambar 4.2.


(65)

Gambar 4.2 Perbandingan Skor Rata-Rata Tiap Aspek Psikomotorik

4.1.2.9Analisis Angket Tanggapan Siswa terhadap Pembelajaran

Hasil penyebaran angket kelas eksperimen disajikan dalam Gambar 4.3 dan Tabel 4.12. Perhitungan selengkapnya disajikan dalam Lampiran 32.

Gambar 4.3 Grafik hasil angket tanggapan siswa terhadap pembelajaran kelas eksperimen


(66)

Tabel 4.12. Hasil angket tanggapan siswa terhadap pembelajaran

No Aspek

Persentase Kelas Eksperimen

Persentase Kelas Kontrol

SS S TS STS SS S TS STS

1 Perhatian saat proses pembelajaran 11 80 6 3 8 70 22 0 2 Menghubungkan isi pelajaran dengan

kehidupan sehari-hari

3 57 34 6 8 43 46 3

3 Terampil bertanya dalam diskusi kelompok

9 60 31 0 3 51 46 0

4 Mencatat materi pelajaran 11 71 17 0 8 57 32 3

5 Puas terhadap tugas yang diselesaikan 9 31 60 0 3 27 65 5 6 berusaha menjawab pertanyaan 14 66 20 0 14 59 27 0

7 Membawa buku kimia saat KBM 43 46 9 3 11 78 8 3

8 Materi pembelajaran yang menarik 6 74 20 0 0 59 38 3 9 kecakapan bekerja sama dengan kelompok 17 80 3 0 3 89 8 0 10 Keingintahuan lebih lanjut terhadap materi 17 80 3 0 5 65 27 3 11 Percaya akan berhasil dalam tes 9 63 26 3 0 54 43 3 12 Bertanya kepada guru jika tidak paham 17 57 26 0 5 65 30 0 13 Serius dalam mengikuti pelajaran 9 60 31 0 0 68 32 0 14 senang mengikuti pelajaran kimia 17 40 43 0 0 51 43 5 15 aktif bertanya jika menemukan hal yang

kurang jelas

11 69 17 3 0 51 46 3

16 Berpartisipasi dalam diskusi kelompok 20 63 17 0 0 81 19 0 17 Mengumpulkan tugas tepat waktu 20 71 9 0 8 70 22 0 18 Mengerjakan tes dengan kemampuan

sendiri

14 54 31 0 5 41 49 5

19 Paham dengan materi yang disampaikan dengan model pembelajaran

9 57 34 0 3 49 46 3

20 Guru menyampaikan materi dengan mudah 29 69 3 0 3 70 27 0

Rata- rata 15 62 22 1 4 60 34 2

Hasil penyebaran angket kelas kontrol disajikan dalam Gambar 4.4 dan Tabel 4.12. Perhitungan selengkapnya disajikan dalam Lampiran 32.


(67)

Gambar 4.4 Grafik hasil angket tanggapan siswa terhadap pembelajaran kelas kontrol

4.2

Pembahasan

Penelitian ini dilaksanakan di SMA N 1 Karangtengah Demak. Populasi penelitian kelas XI IPA yang terdiri dari empat kelas yaitu XI IPA 1, XI IPA 2, XI IPA 3 dan XI IPA 4. Sebelum dilakukan pengambilan sampel, peneliti melakukan tahap analisis awal data dari populasi dianalisis terlebih dahulu dengan uji homogenitas dan normalitas. Berdasarkan hasil analisis data populasi nilai ujian kimia semester I yaitu uji normalitas diperoleh bahwa data berdistribusi normal karena pada seluruh data diperoleh χ2hitung < χ2tabeldengan dk = 3 dan α = 5%.

Pada uji homogenitas diperoleh χ2hitung (0,5054) < χ2tabel (7,81) dengan dk = 3 dan α = 5% yang berarti populasi mempunyai varians yang sama (homogen). Selanjutnya pemilihan sampel dilakukan dengan mengambil 2 dari 4 kelas secara acak menggunakan teknik cluster random sampling. Setelah diambil secara acak


(1)

UJI PERBEDAAN DUA RATA-RATA HASIL

POST TEST

ANTARA KELAS

EKSPERIMEN DAN KONTROL

Hipotesis

Ho :  < 2

Rerata kelas eksperimen tidak lebih besar dari kelas kontrol

Ha :  > 2

Rerata kelas eksperimen lebih besar dari kelas kontrol

 

Uji Hipotesis

Untuk menguji hipotesis digunakan rumus:

Dimana,

Kriteria :

Ho ditolak apabila t > t (1-

α

)(n1+n2-2)

Dari data diperoleh:

Kelas

Eksperimen Kelas Kontrol

Jumlah 2851 2805

n 36 39

Rata- rata (M) 79.19 71.92

Varians (s2) 43.08 38.91 Standart deviasi (s) 6.56 6.24

Karena t berada pada daerah penolakan Ho, maka dapat disimpulkan bahwa rerata hasil belajar kelas eksperimen lebih besar daripada rerata hasil belajar kelas kontrol

2 1

n

1

n

1

s

t

1 2

M

M

n

n

2

1

n

1

n

s

2 1 2 2 2 2 1 1


(2)

PERSENTASE KETUNTASAN BELAJAR SISWA PADA POKOK BAHASAN

KELARUTAN DAN HASIL KALI KELARUTAN

SMA N 1 KARANGTENGAH DEMAK TAHUN 2010/2011

KELAS EKSPERIMEN KELAS KONTROL

NO. KODE NILAI KETUNTASAN NO. KODE NILAI KETUNTASAN

1 E-01 83 Tuntas 1 K-01 87 Tuntas

2 E-02 87 Tuntas 2 K-02 60 TidakTuntas 3 E-03 63 Tidak Tuntas 3 K-03 70 Tuntas

4 E-04 80 Tuntas 4 K-04 73 Tuntas

5 E-05 80 Tuntas 5 K-05 73 Tuntas

6 E-06 77 Tuntas 6 K-06 63 TidakTuntas

7 E-07 70 Tuntas 7 K-07 77 Tuntas

8 E-08 87 Tuntas 8 K-08 77 Tuntas

9 E-09 80 Tuntas 9 K-09 77 Tuntas

10 E-10 73 Tuntas 10 K-10 63 TidakTuntas

11 E-11 77 Tuntas 11 K-11 70 Tuntas

12 E-12 80 Tuntas 12 K-12 73 Tuntas

13 E-13 73 Tuntas 13 K-13 67 Tuntas

14 E-14 87 Tuntas 14 K-14 77 Tuntas

15 E-15 80 Tuntas 15 K-15 80 Tuntas

16 E-16 80 Tuntas 16 K-16 77 Tuntas

17 E-17 63 Tidak Tuntas 17 K-17 77 Tuntas

18 E-18 80 Tuntas 18 K-18 80 Tuntas

19 E-19 80 Tuntas 19 K-19 73 Tuntas

20 E-20 77 Tuntas 20 K-20 67 Tuntas

21 E-21 80 Tuntas 21 K-21 73 Tuntas

22 E-22 80 Tuntas 22 K-22 70 Tuntas

23 E-23 87 Tuntas 23 K-23 70 Tuntas

24 E-24 90 Tuntas 24 K-24 73 Tuntas

25 E-25 73 Tuntas 25 K-25 80 Tuntas

26 E-26 80 Tuntas 26 K-26 73 Tuntas

27 E-27 77 Tuntas 27 K-27 67 Tuntas

28 E-28 83 Tuntas 28 K-28 67 Tuntas

29 E-29 80 Tuntas 29 K-29 67 Tuntas

30 E-30 70 Tuntas 30 K-30 80 Tuntas

31 E-31 83 Tuntas 31 K-31 73 Tuntas

32 E-32 70 Tuntas 32 K-32 67 Tuntas

33 E-33 87 Tuntas 33 K-33 67 Tuntas

34 E-34 80 Tuntas 34 K-34 77 Tuntas

35 E-35 87 Tuntas 35 K-35 80 Tuntas

36 E-36 87 Tuntas 36 K-36 70 Tuntas

37 K-37 67 Tuntas

38 K-38 63 TidakTuntas

39 K-39 60 TidakTuntas


(3)

Persentase Ketuntasan Belajar Klasikal Kelompok Eksperimen dan Kontrol

Tuntas jika % ≥ 85%

Tidak tuntas

jika % < 85%

Karena persentase ketuntasan belajar lebih dari 85% maka kelas eksperimen dan kelas kontrol sudah mencapai ketuntasan belajar klasikal


(4)

(5)

DOKUMENTASI PENELITIAN

Kegiatan Belajar Mengajar (Kelas Eksperimen)


(6)

Praktikum


Dokumen yang terkait

Pengaruh model pembelajaran kooperatif tipe JIGSAW terhadap hasil belajar kimia siswa pada konsep laju reaksi

1 20 162

Perbandingan antara model pembelajaran cooperative learning tipe stad dengan pembelajaran konvensional dalam rangka meningkatkan hasil belajar PAI (eksperimen kelas XI SMA Negeri 3 Tangerang)

2 14 159

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD MENGGUNAKAN MEDIA POWER POINT TERHADAP HASIL BELAJAR KIMIA PADA KONSEP IKATAN KIMIA (Kuasi Eksperimen di SMA Dharma Karya UT Tangerang Selatan)

0 13 259

Pengaruh model pembelajaran kooperatif tipe CIRC (cooperative integrated reading and composition) terhadap kemampuan menyesaikan soal cerita matematika (studi eksperimen di SMPN 238 Jakarta)

0 5 88

Penerapan model pembelajaran kooperatif tipe kepala bernomor struktur dalam meningkatkan hasil belajar IPS pada siswa SMPN 3 kota Tangerang selatan

1 12 173

Upaya meningkatkan hasil belajar siswa melalui model pembelajaran kooperatif tipe Stad (Student Teams Achievement Division) pada pembelajaran IPS kelas IV MI Miftahul Khair Tangerang

0 13 0

PENGARUH PEMBELAJARAN MODEL KOOPERATIF TIPE THINK PAIR SHARE (TPS) DENGAN MENGGUNAKAN MEDIA HANDOUT TERHADAP HASIL BELAJAR KIMIA SISWA SMA.

0 3 24

PERBEDAAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TWO STAY TWO STRAY DENGAN TIPE KANCING GEMERINCING TERHADAP HASIL BELAJAR KIMIA SISWA SMA.

0 2 20

PERBANDINGAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TAI DAN PEMBELAJARAN AKTIF TIPE QUIZ TEAM TERHADAP HASIL BELAJAR KIMIA SISWA SMA.

0 1 14

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE CIRC DENGAN PENDEKATAN SCL TERHADAP HASIL BELAJAR KIMIA SISWA DI SMA N 1 KARANGTENGAH DEMAK.

0 0 1