Penerimaan pajak kabupaten juga harus dialokasikan minimum 10 untuk kepentingan desa. Pengaturan mengenai alokasi pajak tersebut didasarkan
pada aspek pemerataan dan potensi yang dimiliki oleh desa-desa yang bersangkutan. Penerimaan pajak kabupatenkota tertentu, gubernur mengambil
kebijakan untuk membagikan sebagian hasil penerimaan pajak tersebut kepada kabupatenkota lainnya.
Jenis pajak daerah yang dipungut kabupatenkota : Pajak hotel, restoran, hiburan, reklame, pajak penerangan jalan, pajak pengambilan bahan galian C,
parker.
B. Retribusi
Retribusi merupakan pungutan resmi yang diatur dengan undang-undang terhadap sejumlah kegiatan atau obyek yang terdapat disuatu daerah. Retribusi
ditetapkan dengan Peraturan Daerah. Tarif retribusi ditinjau kembali secara berkala dengan mempertimbangkan prinsip dan sasaran penetapan tarif. Hasil
penerimaan hasil retribusi tertentu kabupaten, sebagian diperuntukkan kepada desa. Penetapannya diatur dengan Perda Kabupaten dengan memperhatikan aspek
keterlibatan desa dalam penyediaan layanan tersebut. Menurut Undang-undang nomor 34 Tahun 2000 retribusi adalah :
Pungutan daerah sebagai pembayaran atas jasa atau pemberian izin tertentu yang khusus disediakan danatau diberikan oleh pemerintah daerah untuk kepentingan
orang pribadi atau badan. Retribusi terdiri dari retribusi pelayanan kesehatan, retribusi catatan sipil,
retribusi sampah, retribusi parkir, retribusi pasar, retribusi terminal, retribusi rumah potong hewan dan lain-lain.
Universitas Sumatera Utara
C. Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah yang Dipisahkan
Bagi daerah yang memiliki BUMD seperti Perusahaan Daerah Air Minum PDAM, Bank Pembangunan Daerah BPD, Badan Kredit Kecamatan, pasar,
tempat hiburanrekreasi, villa, pesanggrahan, dan lain-lain keuntungannya merupakan penghasilan bagi daerah yang bersangkutan.
D. Lain-lain PAD yang Sah
Lain-lain PAD yang sah meliputi : Hasil penjualan kekayaan daerah yang tidak dipisahkan, Jasa giro, Pendapatan bunga, Keuntungan selisih nilai tukar
rupiah terhadap mata uang asing, Komisipotongan ataupun bentuk lain sebagai akibat dari penjualan danatau pengadaan berang danatau jasa oleh daerah.
Selanjutnya diantara komponen Pendapatan Asli Daerah, perlu dicermati komponen pajak daerah dan retribusi daerah aspek yuridis yang berimplikasi
terhadap peranannya dalam memberikan kontribusi terhadap pendapatan asli daerah PAD. Kajian yuridis landasan pajak daerah dan retribusi daerah harus
ditetapkan dalam sebuah undang-undang sebagaimana dinyatakan dalam Pasal 158 UU No.322004 :
”Pajak daerah dan retribusi daerah ditetapkan dengan Undang-Undang yang pelaksanaannya di daerah diatur lebih lanjut dengan
Peraturan Daerah”. Adapun undang-undang yang dimaksud Pasal 158 ayat 1 UU No. 32 2004 adalah UU No. 181987 sebagaimana telah diubah dengan UU No.
342000. Dengan demikian pengaturan secara yuridis tersebut tidak luput untuk dibahas terhadap dinamika perubahan pengaturannya. Di samping landasan
hukum berupa undang-undang, patut ditelusuri secara yuridis peraturan pelaksanaannya, yakni Peraturan Pemerintah Nomor 65 Tahun 2001 tentang Pajak
Universitas Sumatera Utara
Daerah selanjutnya disingkat dengan sebutan PP No. 652001 dan Peraturan Pemerintah Nomor 66 Tahun 2001 tentang Retribusi Daerah selanjutnya disingkat
dengan sebutan PP No. 662001. Pelaksanaan pemungutan pajak daerah dan retribusi daerah tersebut dilakukan melalui produk hukum berupa peraturan
daerah, selanjutnya disingkat dengan sebutan Perda. Pada sisi lain berjalannya pelaksanaan otonomi yang seluas-luasnya bagi daerah dalam membiayai daerah,
memberikan peluang untuk menggali potensi daerah melalui pungutan daerah berupa Pajak Daerah dan Retribusi Daerah sebagai sumber pendapatan asli daerah
ke dalam penetapan kebijakan hukum berupa Perda. Di samping itu adanya rumor yang berkembang, sejak era reformasi terkesan pada setiap daerah saling
berlomba memperbesar tingkat pendapatan asli daerahnya melalui instrumen pajak daerah dan retribusi daerah, sehingga dinilai telah menambah beban bagi
investor yang mau berusaha atau menanamkan modalnya di daerah yang bersangkutan Ridho,2011.
2.1.2 Dana Alokasi Umum DAU