Analisis Semiotik Tekstual Dampeng

4.2 Analisis Semiotik Tekstual Dampeng

Teks dampeng merupakan sastra tradisional (sastra lisan) Pesisir yang bermuatan nilai-nilai budaya Suku Pesisir. Isi teks dampeng secara khusus

8 Logogenik adalah satu kebudayaan musik etnik atau musik dunia dengan ciri khas utamanya adalah menggunakan dan menumpukan teks yang dikomunikasikan secara verbal.

Biasanya menggunakan salah satu atau perpaduan unsur-unsur ritme, melodi, atau harmoni. Dalam kebudayaan musik logogenik ini, unsur sastra dan folklor mendapat peranan penting. Namun, berbeda dengan bahasa sehari-hari, teks dipertunjukan melalui lagu bukan bahasa sehari-hari. Dengan demikian nyanyian jenis ini selalu menggunakan bahasa yang digayakan dan mengandung unsur-unsur perlambangan. Ada kalanya bersifat rahasia seperti pada mantra. Seterusnya, jika sebuah kebudayaan musik mengutamakan aspek melodi atau ritme saja, bukan menekankan kepada teks, maka musik seperti ini dapat dikategorikan sebagai budaya musik melogenik. Musik seperti ini, lebih menumpukan pertunjukan pada aspek komunikasi bukan lisan terutama menggunakan dimensi waktu dan ruang. Untuk mengkaji makna yang diungkapkan melalui ritme, melodi, atau bunyi-bunyian lainnya, diperlukan pemahaman dan penafsiran dengan cara menelitinya, terutama apa yang ingin dikomunikasikan pencipta musik atau senimannya, yang bisa dijejaki melalui pemikiran mereka (lihat Malm, 1977).

merupakan nasihat-nasihat yang disajikan dalam bentuk pantun. Dengan demikian teks dampeng bernilai sama dengan karya sastra yang berkaitan erat dengan sistem bahasa masyarakat pendukungnya.

Menganalisis teks dampeng berarti mencari tahu dan menemukan makna- makna yang muncul dari teks dampeng tersebut. Sehubungan dengan penemuan makna-makna tersebut, Alan P. Merriam mengemukakan bahwa musik juga mempengaruhi bahasa di mana keperluan musikal meminta perubahan dalam bentuk-bentuk percakapan yang normal. Ciri-ciri bahasa dalam lagu adalah jenis terjemahan yang istimewa yang mana kadang kala memerlukan pengetahuan bahasa yang istimewa pula (1964:188). Ini berarti teks dalam dampeng tidak mengikuti struktur yang biasa dalam bahasa Pesisir.

Selanjutnya Merriam menyatakan bahwa salah satu kesulitan yang serius melakukan terjemahan beberapa lagu ditemukan dari bentuk-bentuk kata untuk kepentingan eufonis. Eufonis merupakan penambahan, pengubahan, atau penghilangan silabel pada sebuah kata untuk mencapai efek musikal. Dengan demikian, penemuan makna-makna dalam teks dampeng berdasarkan kepada tafsiran-tafsiran penyaji dampeng.

Teks dampeng terdiri dari silabel-silabel yang tersusun berdasarkan aturan-aturan tertentu. Artinya susunan silabel-silabel dalam teks dampeng diatur sesuai dengan kebutuhan melodi dan keindahan pengembangan melodi dampeng. Sebagian dari silabel tersebut berbentuk kata yang mempunyai arti. Sebagian lain, berbentuk kata yang tidak mempunyai arti atau silabel tambahan. Yang dimaksud dengan kata yang mempunyai arti adalah kata yang dapat diartikan ke dalam bahasa daerah setempat atau bahasa Pesisir dan bahasa Indonesia. Berikut ini merupakan contoh kata-kata yang mempunyai arti.

Tabel 4.1

Contoh Kata yang Mempunyai Arti No.

Kata

Bahasa Pesisir

Arti dalam Bahasa Indonesia

Sedangkan silabel tambahan tidak dapat diartikan ke dalam bahasa daerah setempat atau bahasa Pesisir dan Bahasa Indonesia. Jumlah silabel tambahan dalam penyajian dampeng tidak sama karena hal itu tergantung pada penggarapan teks seorang penyaji. Berikut ini merupakan contoh silabel tambahan dalam teks dampeng.

Tabel 4.2 Contoh Silabel Tambahan

Dalam analisis ini, penulis memilih teks dampeng yang dilaksanakan pada malam hari, yaitu dampeng basanding. Teks dampeng tersebut terdiri dari 12 pantun. Selanjutnya untuk memudahkan proses penganalisisan teks dampeng¸ penulis membaginya menjadi dua bagian, yaitu 12 sampiran dan 12 isi pantun. Selain itu penulis memisahkan silabel-silabel tambahan dari teks dampeng. Berikut ini teks dampeng basanding dan artinya dalam Bahasa Indonesia. Arti teks dampeng basanding ini langsung diterjemahkan oleh salah seorang penyaji Dalam analisis ini, penulis memilih teks dampeng yang dilaksanakan pada malam hari, yaitu dampeng basanding. Teks dampeng tersebut terdiri dari 12 pantun. Selanjutnya untuk memudahkan proses penganalisisan teks dampeng¸ penulis membaginya menjadi dua bagian, yaitu 12 sampiran dan 12 isi pantun. Selain itu penulis memisahkan silabel-silabel tambahan dari teks dampeng. Berikut ini teks dampeng basanding dan artinya dalam Bahasa Indonesia. Arti teks dampeng basanding ini langsung diterjemahkan oleh salah seorang penyaji

Dampeng Basanding

1. Sampiran Karambi dusun mangatari, Tumbu di belok kampung cino Kelapa dari kampung Tumbuh di kampung Cina

Isi Tolan badusun managari, tolong manompang dagang hino Manusia bermasyarakat dalam satu kampung Tolong menumpang perantau ini

2. Sampiran Indak baruba nibung di tabang, Asalkan condong katapian Tidak berubah nibung ditebang Asalkan condong ke tepian

Isi Indak baruba dagang di tompang, Asalkan samo paratian Tidak berubah pilihan hati Asalkan sama-sama perhatian

3. Sampiran Sakkik bana kane jilatang Indahlah buli di baok mandi Sakit sekali kena jilatang Tidaklah dapat dibawa mandi

Isi Sakkik bana dagang manompang Indaklah buli ba sukko ati Sakit sekali bila menumpang Tidaklah dapat sesuka hati

4. Sampiran Kok pande bakain panjang Ala saraso bakain sarung Jikalau pandai memakai kain panjang Sudah serasa memakai kain sarung

Isi Kok pande bainduk samang Ala sarupo ba umak kandung Jikalau pandai berinduk semang Sudah sama seperti ibu kandung

5. Sampiran Kok pande tolan malenggang Malengganglah di tapi pasi Jikalau saudara pandai berjalan Berjalanlah di tepi pasir

Isi Kok pande tolan ba tenggang, Diganggam indak tiri Jikalau saudara pandai memegang Digenggam tidak lepas

6. Sampiran Ujung pasi bakelok-kelok, Bakelok lalu ka ujung karang Ujung pantai berkelok-kelok Berkelok ke ujung karang

Isi Bakasi-kasi mak buli elok Jangan di danga fitanah urang Saling menyayangi supaya mesra Jangan didengar gunjingan orang

7. Sampiran Tali kai turunla bantaian, Pangai anak kerong bali Tali pancing disiapkan Untuk memancing kerong bali

Isi Ala di maksud jadila pakaian, Jangan diduo tigo lai Telah dipilih jadilah dipakai Janganlah dijadikan dua atau tiga

8. Sampiran Atak-atak bantalan basusun Ambikla piso turila indayan Diatur bantal bersusun Ambillah pisau untuk membelah

Isi

Tatap-tatap hunikan dusun Janganla tolan kumari layan Tetaplah hidup di kampung Janganlah saudara hidup tidak menentu

9. Sampiran Siboga jolongla basusuk,

Banda di kali urang rante Sibolga pada awalnya Parit digali oleh tawanan perang

Isi

Jangan manyasa tolan isuk Tatompang dagang urang sangse Jangan saudara menyesal kemudian Hidup dengan orang yang melarat

10. Sampiran Siboga di lingkung gunung, Panjang jambatan di kalangan Sibolga dikelilingi gunung Panjang jembatan di Kalangan

Isi

Jiko tolan mandapek untung, Kampung halaman lupokan jangan Jika saudara mendapat untung Kampung halaman jangan lupakan

11. Sampiran Ala datang si kapa puti,

Tagak bandera saputangan Telah datang si kapal putih Berdiri bendera saputangan

Isi Ala datang si kandak ati, Mancari labuan agak tanang Telah datang si jantung hati Mencari labuhan hati yang tenang

12. Sampiran Limo puruk di ganggam ampek, Siso balimo kalamari Jeruk purut digenggam empat Sisa dua hari yang lalu

Isi Pasang surut ombaknyo rapek Jawek aluan biduk kami Pasang yang sudah surut ombaknya kecil Sambut haluan perahu kami

Teks dampeng di atas merupakan nasihat-nasihat yang disampaikan oleh para penyaji dampeng secara khusus kepada kedua pengantin. Namun, teks dampeng tersebut juga ditujukan kepada kedua orang tua pengantin dan undangan yang hadir. Secara umum, dampeng yang dinyanyikan kepada kedua pengantin berisikan pedoman-pedoman dalam memulai dan mengarungi kehidupan rumah tangga yang baru.

Setiap teks dampeng dimulai dengan kata-kata: “o dampeng si dampeng” atau “o beleng si dampeng”. Teks “O dampeng si dampeng” dibawakan dalam dampeng mangarak dan dampeng basanding. Menurut informan, kata “dampeng” tidak mempunyai arti dalam bahasa Indonesia. Sedangkan teks “o beleng si dampeng ” dibawakan dalam dampeng barande. Kata “beleng”dalam bahasa Pesisir berarti berputar. Kata-kata tersebut di atas selalu dinyanyikan untuk memulai isi dan sampiran teks dampeng.

Dalam mengakhiri isi dan sampiran teks dampeng, kata-kata: “Oi da kawanei tolongla iyokan, iyola, iyo, a ,are, to ” selalu dinyanyikan. Arti kalimat ini dalam bahasa Indonesia adalah ya teman, tolonglah iyakan. Namun, kata “kawanei” dapat juga digantikan dengan kata-kata lain seperti sanakei, sayangei.

Secara struktural, seluruh teks dampeng terdiri dari 24 pantun. Teks ini disajikan dengan menggunakan melodi yang terdiri dari delapan unsur seperti tangga nada, wilayah nada, nada dasar, formula melodi, interval, nada, dan kontur. Seluruh teks dampeng tersebut disajikan dengan penuh penghayatan.

Berikut ini, penulis menguraikan makna teks dampeng basanding dalam upacara adat perkawinan Suku Pesisir Kota Sibolga. Pantun pertama yaitu karambi dusun mangatari, tumbu di belok kampung cino, tolan badusun managari, tolong manompang dagang hino . Artinya dalam bahasa Indonesia yaitu Berikut ini, penulis menguraikan makna teks dampeng basanding dalam upacara adat perkawinan Suku Pesisir Kota Sibolga. Pantun pertama yaitu karambi dusun mangatari, tumbu di belok kampung cino, tolan badusun managari, tolong manompang dagang hino . Artinya dalam bahasa Indonesia yaitu

Selanjutnya, pantun kedua berbunyi sebagai berikut: indak baruba nibung di tabang asalkan condong katapian , indak baruba dagang di tompang asalkan samo paratian . Dalam bahasa Indonesia diartikan sebagai berikut: tidak berubah nibung ditebang, asalkan condong ke tepian, tidak berubah pilihan hati asalkan sama-sama perhatian. Pantun ini mengingatkan kedua pengantin bahwa suami/istri tidak akan berubah asal keduanya saling memperhatikan.

Berikutnya, pantun ketiga yakni sakkik bana kane jilatang indahlah buli di baok mandi, sakkik bana dagang manompang indaklah buli ba sukko ati. Bila diartikan ke dalam bahasa Indonesia yakni sakit sekali kena jilatang tidaklah dapat dibawa mandi, sakit sekali bila menumpang tidaklah dapat sesuka hati. Pantun ini menyatakan bahwa seseorang tidak dapat berlaku seenaknya apabila sedang berada di tempat yang asing atau baru.

Pantun keempat berbunyi sebagai berikut: kok pande bakain panjang ala saraso bakain sarung, kok pande bainduk samang ala sarupo ba umak kandung. Berikut ini arti pantun keempat dalam bahasa Indonesia: jikalau pandai memakai kain panjang sudah serasa memakai kain sarung, jikalau pandai berinduk semang s udah sama seperti ibu kandung. Pantun ini mengingatkan kedua pengantin bahwa jikalau seseorang beradaptasi dengan bijaksana bersama orang lain, maka akan terasa seperti keluarga sendiri.

Selanjutnya, pantun kelima berisikan sebagai berikut: kok pande tolan malenggang malengganglah di tapi pasi, kok pande tolan ba tenggang diganggam indak tiri . Dalam bahasa Indonesia diartikan sebagai berikut: jikalau saudara pandai berjalan berjalanlah di tepi pasir, jikalau saudara pandai memegang yang digenggam tidak lepas. Pantun ini berpesan kepada kedua pengantin bahwa setiap masalah yang hadir dalam rumah tangga, sebaiknya disimpan rapat-rapat dan tidak diketahui oleh orang lain.

Berikutnya, pantun keenam yaitu ujung pasi bakelok-kelok bakelok lalu ka ujung karang, bakasi-kasi mak buli elok jangan didanga fitanah urang . Bila diartikan ke dalam bahasa Indonesia adalah sebagai berikut: ujung pantai berkelok-kelok berkelok ke ujung karang, saling menyayangi supaya mesra, jangan didengar gunjingan orang. Dalam pantun ini, kedua pengantin diingatkan untuk saling menyayangi dan mempercayai sebagai sepasang suami istri.

Pantun ketujuh berbunyi sebagai berikut: tali kai turunla bantaian pangai anak kerong bali, ala di maksud jadila pakaian jangan diduo tigo lai. Dalam bahasa Indonesia berarti tali pancing disiapkan untuk memancing kerong bali, telah dipilih jadilah dipakai janganlah dijadikan dua atau tiga. Pantun ini tetap mengingatkan kedua pengantin untuk saling setia dan tidak berselingkuh.

Berikutnya pantun kedelapan yaitu atak-atak bantalan basusun ambikla piso turila indayan, tatap-tatap hunikan dusun janganla tolan kumari layan . Arti pantun ini dalam bahasa Indonesia adalah diatur bantal bersusun ambillah pisau untuk membelah, tetaplah hidup di kampung janganlah saudara hidup tidak menentu. Pantun ini berpesan untuk tetap menyatu dalam keluarga atau membina hubungan yang baik dengan keluarga.

Selanjutnya, pantun ke Sembilan yakni Siboga jolongla basusuk banda di kali urang rante, jangan manyasa tolan isuk tatompang dagang urang sangse . Dalam bahasa Indonesia diartikan berikut ini: Sibolga pada awalnya parit digali oleh tawanan perang, jangan saudara menyesal kemudian hidup dengan orang yang melarat. Pantun ini mengingatkan kedua pengantin untuk saling menerima pasangan sebagaimana adanya dan tidak menyesal di hari yang akan datang.

Pantun kesepuluh berbunyi sebagai berikut: Siboga di lingkung gunung panjang jambatan di Kalangan, jiko tolan mandapek untung kampung halaman lupokan jangan. Pantun diterjemahkan dalam bahasa Indonesia adalah sebagai berikut: Sibolga dikelilingi gunung panjang jembatan di Kalangan, jika saudara mendapat untung kampung halaman jangan lupakan. Pantun ini menyatakan bahwa jika seseorang telah berhasil dan sukses tetaplah mengingat kampung halaman.

Berikutnya, pantun kesebelas yaitu ala datang si kapa puti tagak bandera saputangan, ala datang si kandak ati mancari labuan agak tanang . Di dalam bahasa Indonesia diartikan sebagai berikut telah datang si kapal putih berdiri bendera saputangan, telah datang si jantung hati mencari labuhan hati yang tenang. Pantun kesebelas ini menyatakan kepada pengantin perempuan bahwa pengantin laki-laki telah datang untuk hidup bersama dengannya.

Pantun terakhir berbunyi sebagai berikut: limo puruk diganggam ampek siso balimo kalamari, pasang surut ombaknyo rapek jawek aluan biduk kami. Dalam bahasa Indonesia diartikan sebagai berikut: jeruk purut digenggam empat sisa dua hari yang lalu, pasang yang sudah surut ombaknya kecil sambut haluan perahu kami. Pantun menyatakan isi hati pengantin laki-laki agar kedatangannya diterima oleh pengantin perempuan.