Komponen Upacara Adat Perkawinan Suku Pesisir

3.4 Komponen Upacara Adat Perkawinan Suku Pesisir

Dalam komponen upacara adat perkawinan Suku Pesisir di Kota Sibolga, penulis berpedoman pada sistem upacara keagamaan yang menjadi perhatian dari para ahli antropologi yang dikemukakan oleh Koentjaraningrat (2009:296), yakni secara khusus mengandung empat aspek: (1) tempat upacara dilakukan; (2) saat- saat upacara dijalankan; (3) benda-benda dan alat upacara; dan (4) orang-orang yang melakukan dan memimpin upacara.

3.4.1 Tempat Upacara Adat Perkawinan Suku Pesisir

Tempat upacara adat perkawinan Suku Pesisir dilaksanakan pada dua tempat, yaitu di rumah pengantin perempuan jalan Perintis Kemerdekaan No. 52 Sibolga dan rumah pengantin Laki-laki jalan Jamin Ginting No.7 Medan, antara lain:

1. Tahap risik-risik dilaksanakan di rumah pihak pengantin perempuan dan pengantin laki-laki.

2. Tahap sirih tanyo dilaksanakan di rumah pengantin perempuan.

3. Tahap marisik dilaksanakan di rumah pengantin perempuan.

4. Tahap maminang dilaksanakan di rumah pengantin laki-laki terlebih dahulu sebagai tahap persiapan. Setelah itu, tahap ini dilanjutkan di rumah pengantin perempuan.

5. Tahap manganta kepeng dilaksanakan di rumah pengantin laki-laki terlebih dahulu sebagai tahap persiapan. Setelah itu, tahap ini dilanjutkan di rumah pengantin perempuan.

6. Tahap mato karajo dan akad nikah dilaksanakan di rumah pengantin perempuan.

7. Tahap balik ari atau tapanggi dilaksanakan di rumah pengantin laki-laki.

3.4.2 Waktu Upacara Adat Perkawinan Suku Pesisir

Menurut para informan, waktu pelaksanaan dibicarakan dan disepakati oleh pihak pengantin perempuan dan pihak pengantin laki-laki. Setiap tahap upacara adat mulai tahap risik-risik, sirih tanyo, marisik, mangata kepeng, mato karajo sampai tahap balik ari atau tapanggi tidak dibatasi kuantitas waktunya. Dengan demikian, waktu pelaksanaan setiap tahap bersifat relatif dan tergantung pada hasil proses pembicaraan pihak pengantin perempuan dan pengantin laki- laki.

3.4.3 Benda dan Peralatan Upacara Adat Perkawinan Suku Pesisir

Setiap tahap upacara adat perkawinan Suku Pesisir selalu dilaksanakan dengan dukungan dari berbagai jenis benda dan peralatan. Setiap tahap upacara adat memerlukan benda dan peralatan yang berbeda, antara lain:

1. Tahap risik-risik terlaksana dengan tidak menggunakan benda dan peralatan apapun.

2. Tahap sirih tanyo terlaksana dengan menggunakan kampi siri bakatuk yang diisi dengan daun sirih.

3. Tahap marisik terlaksana dengan menggunakan kampi siri bakatuk yang diisi dengan daun sirih.

4. Tahap maminang terlaksana dengan menggunakan kampi siri bakatuk yang berisi beras kunyit, lilin, imbalo, kemiri, benang dua warna, jarum, dan sirih.

5. Tahap manganta kepeng terlaksana dengan menggunakan uang (mahar) dan kampi siri bakatuk .

6. Tahap mato karajo terlaksana dengan menggunakan kampi siri bakatuk, sunting , pisang manis, kelapa muda yang diukir, gunting, payung berwarna kuning, beras kuning, dua buah pedang bacabuk, langik-langik, banta basusun , cincin nabi sulaiman, sauh, bi, bua buntun, tali ai, nane sarumpun, lapik pandan, laba mangirok, tingka, selendang 12 warna, bambu, halma, dan galeta.

7. Tahap balik ari atau tapanggi terlaksana dengan beras kuning..

3.4.4 Pemimpin dan Peserta Upacara Adat Perkawinan Suku Pesisir

Secara khusus, setiap tahap upacara adat dipimpin oleh dua orang talangke , baik yang diutus oleh pihak pengantin laki-laki maupun yang diutus oleh pihak pengantin perempuan. Berikut ini, penulis menguraikan pemimpin dan peserta upacara adat Perkawinan Suku Pesisir:

1. Tahap risik-risik dipimpin oleh talangke pihak perempuan dan pihak laki- laki dengan peserta yang terdiri dari ibu-ibu kerabat dekat marapule dan orang tua anak daro.

2. Tahap sirih tanyo dipimpin oleh talangke pihak perempuan dan pihak laki-laki dengan peserta yang terdiri dari ibu-ibu kerabat dekat marapule dan orang tua anak daro .

3. Tahap marisik dipimpin oleh talangke pihak perempuan dan pihak laki-laki dengan peserta yang terdiri dari ibu-ibu kerabat dekat marapule, anak daro, dan orang tua anak daro.

4. Tahap maminang dipimpin oleh talangke pihak perempuan dan laki-laki, kepala desa dan tokoh adat dengan peserta yang terdiri dari kedua orang tua, dan kerabat dekat kedua pengantin.

5. Tahap manganta kepeng dipimpin oleh talangke pihak perempuan dan laki- laki, kepala desa, alim ulama dan tokoh adat serta para tamu undangan.

6. Tahap mato karajo dipimpin oleh talangke pihak perempuan dan laki-laki, kepala desa, tokoh agama, dan tokoh adat. Peserta tahap ini yaitu anak daro, marapule , induk inang, orang tua pihak perempuan dan laki-laki, masyarakat setempat, dan undangan.

7. Tahap balik ari atau tapanggi dipimpin oleh tokoh adat dan diikuti oleh anak daro , marapule, dan keluarga pihak laki-laki dan perempuan.