Analisis Melodi Dampeng
5.2 Analisis Melodi Dampeng
Dalam menganalisis melodi dampeng, penulis berpedoman kepada teori yang dikemukakan oleh William P. Malm yang dikenal dengan teori weighted scale. Hal-hal yang harus diperhatikan dalam mendeskripsikan melodi, yaitu (1) tangga nada (scale); (2) nada dasar (pitch center); (3) wilayah nada (range); (4) jumlah nada (frequency of notes); (5) jumlah interval (prevalent intervals); (6) pola kadensa (cadence patterns); (7) formula melodik (melody formula); dan (8) kontur (contour) (Malm dalam terjemahan Takari 1993: 13).
5.2.1 Tangga Nada (Scale)
Dalam mendeskripsikan tangga nada (scale), penulis mengurutkan nada- nada yang terdapat dalam dampeng tersebut dimulai dari nada terendah sampai nada yang tertinggi. Penulis memperoleh bahwa terdapat 11 nada dengan nada terendah adalah Dis dan nada tertinggi adalah E pada oktaf yang berikutnya.
Berdasarkan struktur tangga nada yang digunakan di atas, maka tangga nada dampeng dapat dikategorikan ke dalam jenis tangga nada heptatonik, yaitu tangga nada yang terdiri dari tujuh nada dengan dua jenis interval yaitu 1 laras dan 1/2 laras. Dalam hal ini interval tersebut adalah satu laras atau 200 sent dan setengah laras atau 100 sent. Selengkapnya deretan nada yang digunakan dalam melodi dampeng ini adalah sebagai berikut bersama dengan komposisi laras yang digunakannya.
5.2.2 Nada Dasar (Pitch Center)
Dalam menentukan nada dasar dampeng ini, penulis beracuan pada hasil rekaman video maupun audio yang penulis peroleh saat pelaksanaan upacara adat perkawinan Suku Pesisir di Kota Sibolga. Selanjutnya, hasil rekaman telah ditranskripsikan ke dalam notasi Barat. Hasil yang didapatkan dalam transkripsi dampeng adalah E.
5.2.3 Wilayah Nada (Range)
Wilayah nada adalah jarak antara nada tertinggi dan nada terendah dalam tangga nada. Wilayah nada dampeng dalam upacara adat perkawinan Suku Pesisir di Kota Sibolga adalah sebagai berikut:
dis e
6 ½ Laras 1300 sent
5.2.4 Jumlah Nada (Frequency of Notes)
Jumlah nada adalah banyaknya nada-nada yang dipakai secara keseluruhan dalam suatu musik baik musik instrumental atau vokal. Dalam melodi dampeng, penulis memperoleh 4 nada Dis, 73 nada E, 29 nada Fis, 7 nada G, 51 nada Gis,
43 nada A, 31 nada B, 31 nada Cis, 4 nada D, 5 nada Dis’, dan 1 Nada E’ dalam 1 sampiran dampeng. Selengkapnya lihat gambar di bawah ini.
Nada yang paling sering muncul dalam dampeng adalah nada E, disusul nada Gis dan A. Nada-nada lain muncul berkisar antara 4 sampai 31. Sementara nada yang paling sedikit muncul adalah nada E’. Dengan demikian, intensitas kemunculan yang paling banyak yaitu nada E sehingga mengindikasikan nada tersebut sebagai pusat tonalitasnya.
Berdasarkan jumlah nada-nada yang diperoleh dalam 1 bait sampiran dampeng, maka jumlah nada-nada secara keseluruhan dalam 24 bait dampeng yaitu:
Tabel 5.1 Jumlah Nada dalam Dampeng
No. Nada Jumlah Nada dalam 1 Bait Total ( x 24 bait)
1. Dis,
2. E 73 1752
3. Fis
4. G 7 168
5. Gis
6. A 43 1032
7. B 31 744
5.2.5 Jumlah Interval (Prevalent Intervals)
Interval adalah jarak antara satu nada dengan nada yang lain yang terdiri dari interval naik maupun turun. Di bawah ini merupakan tabel jumlah interval dalam dampeng.
Tabel 5.2 Jumlah Interval Dampeng
Interval Posisi Jumlah Total Total (x 24 )
Melalui tabel di atas dapat diketahui bahwa interval yang paling banyak digunakan dalam penyajian dampeng adalah interval 1P dengan jumlah 1176 kali, interval 2M dengan jumlah 2424 kali, dan interval 2m dengan jumlah 1968 kali. Selanjutnya interval yang paling sedikit digunakan dalam penyajian dampeng adalah interval 1Aug, 3M, 3m dan 4P. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa interval 1P, 2M, dan 2m memiliki peranan yang sangat penting dalam membentuk dampeng.
5.2.6 Pola Kadensa
Kadensa adalah suatu rangkaian harmoni atau melodi yang menjadi penutup pada bagian akhir melodi atau di tengah kalimat, sehingga bisa menutup sempurna melodi tersebut atau setengah menutup (sementara) melodi tersebut dalam satu frasa. Dalam dampeng hanya terdapat 1 jenis pola kadensa baik pada akhir melodi maupun pertengahan melodi.
Pola pada akhir melodi
Pola pada pertengahan melodi
5.2.7 Formula Melodik
Formula melodik yang akan dibahas tulisan ini meliputi bentuk dan frasa. Bentuk adalah gabungan dari beberapa frasa yang terjalin menjadi satu pola melodi. Frasa adalah bagian-bagian kecil dari melodi. William P. Malm mengemukakan bahwa ada beberapa istilah dalam menganalisis bentuk, yaitu:
1. Repetitive adalah bentuk nyanyian dengan melodi pendek yang diulang- ulang.
2. Iterative adalah bentuk nyanyian yang memakai formula melodi yang kecil dengan kecenderungan pengulangan-pengulangan di dalam keseluruhan nyanyian.
3. Strophic adalah bentuk nyanyian yang diulang tetapi menggunakan teks nyanyian yang baru atau berbeda.
4. Reverting adalah bentuk yang apabila dalam nyanyian terjadi pengulangan pada frasa pertama setelah terjadi penyimpangan-penyimpangan melodi.
5. Progressive adalah bentuk nyanyian yang terus berubah dengan menggunakan materi melodi yang selalu baru.
Berpedoman pada apa yang dikemukakan Malm mengenai bentuk nyanyian, maka penulis menarik kesimpulan bahwa bentuk yang terdapat dalam dampeng pada upacara adat perkawinan Suku Pesisir di Kota Sibolga adalah bentuk nyanyian dengan kategori strophic.
Dampeng dalam upacara adat perkawinan Suku Pesisir di Sibolga terdiri dari 2 bentuk, yaitu bentuk A dan B. Namun dalam penyajiannya, bentuk A akan diulangi pada bagian akhir. Dengan demikian, dampeng memiliki bentuk A-B-A. Bentuk A merupakan bagian dampeng yang dinyanyikan pada bagian response. Sedangkan bentuk B merupakan bagian dampeng yang dinyanyikan pada bagian call .
Dampeng merupakan nyanyian yang terdiri dari 8 frasa. 8 frasa tersebut adalah sebagai berikut:
Frasa 1
Frasa 2
Frasa 3
Frasa 4
Frasa 5
Kontur adalah garis melodi dalam sebuah nyanyian. Malm membedakan kontur ke dalam beberapa jenis, sebagai berikut:
1. Ascending yaitu garis melodi yang bergerak dengan bentuk naik dari nada yang lebih rendah ke nada yang lebih tinggi.
2. Descending yaitu garis melodi yang bergerak dengan bentuk turun dari nada yang lebih tinggi ke nada yang lebih rendah.
3. Pendulous yaitu garis melodi yang bentuk gerakannya melengkung dari nada yang lebih tinggi ke nada yang lebih rendah, kemudian kembali lagi ke nada yang lebih tinggi atau sebaliknya.
4. Conjuct yaitu garis melodi yang sifatnya bergerak melangkah dari satu nada ke nada yang lain baik naik maupun turun.
5. Terraced yaitu garis melodi yang bergerak berjenjang baik dari nada yang lebih tinggi ke nada yang lebih rendah atau dimulai dari nada yang lebih rendah ke nada yang lebih tinggi.
6. Disjuct yaitu garis melodi yang bergerak melompat dari satu nada ke nada yang lainnya, dan biasanya intervalnya di atas sekonde baik mayor maupun minor.
7. Static yaitu garis melodi yang bentuknya tetap yang jaraknya mempunyai batas-batasan.
Garis kontur yang terdapat pada melodi dampeng pada umumnya adalah ascending, descending, conjuct , dan juga static. Untuk lebih jelasnya lihat gambar di bawah ini:
Kontur Ascending dan Descending
Kontur Static
Kontur Conjuct