obat dapat dikurangi; peningkatan terapi sebagai hasil pengurangan dari efek yang tidak diinginkan.
Kekurangan dari tablet ODT diantaranya adalah: a. Tablet biasanya tidak mempunyai kekuatan mekanik yang cukup. Oleh
karena itu penanganan yang hati-hati sangat dibutuhkan. b. Tablet mungkin meninggalkan rasa yang tidak enak dimulut jika tidak
diformulasi dengan baik.
2.2 Metode Pembuatan Tablet
Tablet dibuat dengan 3 cara umum, yaitu granulasi basah, granulasi kering mesin rol atau mesin slug dan kempa langsung Ditjen POM, 1995.
a. Granulasi basah Zat berkhasiat, pengisi dan penghancur dicampur homogen, lalu
dibasahi dengan larutan pengikat, bila perlu ditambahkan pewarna. Diayak menjadi granul dan dikeringkan dalam lemari pengering pada suhu 40-50°C.
Setelah kering diayak lagi untuk memperoleh granul dengan ukuran yang diperlukan dan ditambahkan bahan pelicin dan dicetak dengan mesin pencetak
tablet Anief, 1994. b. Granulasi kering
Disebut juga slugging atau prekompresi.
Metode ini digunakan pada obat yang peka terhadap pemanasan, kelembaban, atau keduanya Lachman, dkk,
1994. Setelah penimbangan dan pencampuran bahan, serbuk di slagging atau
dikompresi menjadi tablet. Kempaan harus cukup keras agar ketika dipecahkan
Universitas Sumatera Utara
tidak menimbulkan banyak serbuk. Tablet kempaan ini dipecahkan dengan tangan atau alat dan diayak dengan ayakan yang sesuai, lalu ditambahkan
pelicin kemudian dicetak menjadi tablet Ansel, 1989. c. Kompresi Langsung
Cetak langsung adalah pencetakan bahan obat atau campuran bahan obat bahan pembantu tanpa proses pengolahan awal. Cara ini hanya dilakukan untuk
bahan-bahan tertentu saja yang berbentuk kristalbutir-butir granul yang mempunyai sifat-sifat yang diperlukan untuk membuat tablet yang baik dan
memungkinkan untuk dikompresi langsung Voigt, 1994.
Metode kempa langsung memberikan beberapa keuntungan diantaranya tahapan produksinya sangat singkat hanya pencampuran dan pengempaan,
peralatan yang dibutuhkan tidak banyak, ruangan yang dibutuhkan kecil dan tenaga yang dibutuhkan juga tidak banyak karena prosesnya singkat Ansel,
1989.
2.3 Komposisi tablet
Komposisi umum dari tablet adalah zat berkhasiat, bahan pengisi, bahan pengikat, bahan pengembang dan bahan pelicin. Kadang-kadang dapat
ditambahkan bahan pewangi flavoring agent, bahan pewarna coloring agent dan pemanis Ansel, 1989.
a. Pengisi Diperlukan dalam formulasi tablet agar tablet memiliki ukuran
untuk menambah massa tablet yang mengandung bahan aktif dengan jumlah kecil
. Sifatnya harus netral secara kimia, selain itu juga dapat dicernakan dengan baik
Universitas Sumatera Utara
Voigt, 1995. Pengisi dapat juga ditambahkan karena alasan kedua yaitu memperbaiki daya alir sehingga dapat dikempa langsung. Contoh bahan-bahan
pengisi yaitu: laktosa, sukrosa, manitol, sorbitol, amilum, bolus alba, kalsium sulfat, natrium sulfat, natrium klorida, magnesium karbonat Soekemi, dkk.,
1987. b. Pengikat
Ditambahkan untuk memberikan kekompakan dan daya tahan tablet, juga untuk menjamin penyatuan beberapa partikel serbuk dalam butir granul
Voigt, 1994. Pengikat yang umum digunakan yaitu: amilum, gelatin, glukosa, gom arab, natrium alginat, cmc, polivinilpirolidon, dan veegum Soekemi,
dkk., 1987. c. Penghancur
Ditambahkan untuk memudahkan pecahnya tablet ketika berkontak dengan cairan saluran pencernaan dan mempermudah absorpsi Lachman, dkk.,
1994. Bahan yang digunakan sebagai pengembang yaitu: amilum, gom, derivat selulosa, dan alginat Soekemi, dkk., 1987.
d. Pelicin Ditambahkan untuk meningkatkan daya alir granul-granul pada corong
pengisi, mencegah melekatnya massa pada punch dan die, mengurangi pergesekan antara butir-butir granul, dan mempermudah pengeluaran tablet
dari die. Bahan pelicin yaitu : Mg-stearat, talk, asam stearat, senyawa lilin dengan titik lebur tinggi, amilum maydis Soekemi, dkk., 1987.
Universitas Sumatera Utara
2.4 Uji Preformulasi