20
b. Penelitian Lapangan Field Research
Yaitu melakukan penelitian secara langsung ke lapangan, dalam hal ini penelitian dilakukan di PT. Telkom CDSA Community Development Sub Area
Medan dan usaha kecil Ita Mode.
4. Analisis Data
Data primer dan data sekunder yang telah disusun secara sistematis kemudian dianalisa dengan menggunakan metode deduktif dan induktif. Metode
deduktif dilakukan dengan membaca, menafsirkan dan membandingkan. Sedangkan metode induktif dilakukan dengan menterjemahkan berbagai sumber
yang berhubungan dengan topik di dalam skripsi ini, sehingga diperoleh kesimpulan yang sesuai dengan tujuan penelitian yang telah dirumuskan.
G. Sistematika Penulisan
Setelah data-data diperoleh, untuk dapat menjelaskan lebih rinci maka penulisan ini dibuat ke dalam beberapa bab yang saling berkaitan satu sama lain.
Adapun sistematika penulisan skripsi ini adalah BAB I :
Bab ini merupakan bab pendahuluan yang isinya antara lain memuat latar latar belakang, pokok permasalahan, tujuan dan
manfaat penulisan, keaslian penulisan, tinjauan kepustakaan, metode penelitian dan sistematika penulisan.
BAB II : Bab ini akan membahas mengenai pelaksanaan kemitraan Telkom
CDSA Mesan sebagai Badan Usaha Milik Negara terhadap Usaha Kecil sebagai mitra binaannya.
Universitas Sumatera Utara
21
BAB III : Bab ini akan membahas tentang peranan kemitraan Telkom CDSA
Mesan terhadap usaha kecil “Ita Mode” sebagai mitra binaan, yang memuat tentang visi misi Program Kemitraan PT. Telkom, tujuan
pemberian pinjaman kepada usaha kecil dan peran kemitraan Telkom CDSA Medan terhadap usaha kecil Ita Mode.
BAB IV : Bab ini akan membahas hambatan-hambatan yang ditemukan
dalam pelaksanaan Program Kemitraan Telkom CDSA Medan dengan mitra binaannya yang memuat tentang hambatan pemberian
pinjaman oleh Telkom CDSA kepada Ita Mode sebagai usaha kecil yang menjadi mitra binaannya dan tata cara penyelesaian
pembayaran pada mitra yang bermasalah. BAB V :
Bab ini akan membahas mengenai kesimpulan serta saran dari peran kemitraan. Bagian kesimpulan berisi jawaban atas rumusan
masalah yang dikemukakan. Pemecahan masalah dinyatakan dalam bentuk saran.
Universitas Sumatera Utara
22
BAB II PELAKSANAAN KEMITRAAN BADAN USAHA MILIK NEGARA PT.
TELKOM CDSA MEDAN TERHADAP USAHA KECIL SEBAGAI MITRA BINAAN
A. Pengertian Mengenai Kemitraan, Badan Usaha Milik Negara dan Usaha
Kecil 1.
Kemitraan
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia , arti kata mitra adalah teman,
kawan kerja, pasangan kerja, rekan. Kemitraan artinya, perihal hubungan atau jalinan kerjasama sebagai mitra. Sedangkan menurut
Dr. Muhammad Jafar Hafsah ,
kemitraan adalah suatu strategi bisnis yang dilakukan oleh dua pihak atau lebih dalam jangka waktu tertentu untuk meraih keuntungan bersama dengan prinsip
saling membutuhkan dan saling membesarkan. Karena merupakan strategi bisnis maka keberhasilan kemitraan sangat ditentukan oleh adanya kepatuhan
diantara yang bermitra dalam menjalankan etika bisnis. Dua pendapat tersebut apabila dipadukan akan menghasilkan definisi yang lebih sempurna, bahwa
kemitraan merupakan jalinan kerja sama usaha yang merupakan strategi bisnis yang dilakukan antara dua pihak atau lebih dengan prinsip saling membutuhkan, saling
memperbesar, dan
saling menguntungkan.
Pada dasarnya
kemitraan itu merupakan suatu kegiatan saling menguntungkan dengan pelbagai macam
Universitas Sumatera Utara
23
bentuk kerja sama dalam menghadapi dan memperkuat satu sama lainnya.
22
Henry R. Cheeseman memberikan istilah Kemitraan sebagai berikut : “Voluntary Association of two or more person for carrying on a
busineesas co-owner for profit. The formation of a partnership creates certain right and duties among partners and with third parties. These
right and duties are estabilished in the partnership agreement and by law”.
Kemitraan atau yang dikenal dengan istilah persekutuan adalah asosiasi secara sukarela dari dua atau lebih orang untuk bersama-sama dalam
kegiatan usaha dan menjadi mitra untuk memperoleh keuntungan. Bentuk-bentuk Kemitraan menimbulkan adanya hak dan kewajiban
diantara keduanya. Hak dan kewajiban para pihak dinyatakan dalam perjanjian Kemitraan ataupun ditentukan oleh Undang-undang..
23
Kemitraan adalah suatu strategi bisnis yang dilakukan oleh dua pihak atau lebih dalam jangka waktu tertentu untuk meraih keuntungan bersama dengan
prinsip saling membutuhkan dan saling membesarkan. Dalam konteks ini pelaku- pelaku yang terlibat langsung dalam kemitraan tersebut harus memiliki dasar-
dasar etika bisnis yang dipahami bersama dan dianut bersama sebagai titik tolak dalam menjalankan kemitraan. Hal ini erat kaitannya dengan peletakan dasar-
dasar moral berbisnis bagi pelaku-pelaku kemitraan. Pemahaman etika bisnis sebagai landasan moral dalam melaksanakan kemitraan merupakan suatu solusi
dalam mengatasi kurang berhasilnya kemitraan yang ada selama ini. Tersirat dalam uraian ini bahwa peletakan dan pemahaman etika bisnis bagi pelaku
kemitraan merupakan suatu hal yang sangat penting untuk dipahami sebagai
22
http:andrianjati.blogspot.com201101kemitraan-usaha.html, diakses pada tanggal 07 Januari 2013.
23
Johannes Ibrahim, Hukum Organisasi Perusahaan, Bandung : PT. Refika Aditama, 2006, hlm. 26
Universitas Sumatera Utara
24
fondasi untuk meletakkan pilar-pilar kemitraan yang melekat di atasnya dan sangat berperan strategis dalam memacu keberhasilan kemitraan.
24
Sejalan dengan program pemerintah dalam meningkatkan kualitas sumber daya manusia, maka sangat tepat bila upaya-upaya yang dilakukan dalam
kaitannya dengan memasyarakatkan kemitraan sebagai alternatif pemerataan dalam mengahadapi era globalisasi ini adalah dengan cara memasyarakatkan etika
bisnis bagi pelaku bisnis. Karena pada dasarnya semakin kuat pemahaman serta penerapan etika bisnis bagi pelaku kemitraan maka semakin kokoh fondasi
kemitraan yang dibangunnya dan pada gilirannya akan memudahkan pelaksanaan kemitraan itu sendiri. Disamping itu dengan adanya fondasi yang kuat tersebut,
maka akan memudahkan mengahadapi persoalan-persoalan yang timbul dalam pelaksanaan kemitraan.
Kemitraan selain memberikan keuntungan bersama, dalam pengertian yang lebih luas, keberadaan kemitraan akan selalu memberikan nilai tambah bagi
pihak yang bermitra dari berbagai aspek seperti ; manajemen, pemasaran, teknologi, permodalan, dan keuntungan. Besaran nilai tambah akan tergantung
sejauh mana kemampuan untuk menyiasati strategi yang disusun secara bersama dan target sasaran yang ingin dicapai.
25
Dengan demikian kemitraan adalah suatu proses. Proses yang dimulai dengan perencanaan, kemudian rencana itu diimplementasikan dan selanjutnya
dimonitor serta dievaluasi terus menerus oleh pihak yang bermitra. Dengan demikian terjadi alur tahapan pekerjaan yang jelas dan teratur sesuai dengan
24
Mohammad Jafar Hafsah, Op.Cit., hlm. 43
25
Ibid., hlm. 46
Universitas Sumatera Utara
25
sasaran yang ingin dicapai. Karena kemitraan merupakan suatu proses maka keberhasilannya secara optimal tentu tidak selalu dapat dicapai dengan
pencapaian nilai tambah yang didapat oleh pihak yang bermitra baik dari segi material maupun non-material. Nilai tambah ini akan berkembang terus sesuai
dengan meningkatnya tuntutan untuk mengadaptasi berbagai perubahan yang terjadi. Singkatnya, nilai tambah yang didapat merupakan fungsi dari kebutuhan
yang ingin dicapai.
26
Kemitraan berlangsung antara semua pelaku dalam perekonomian baik dalam arti asal usul atau kepemilikannya, yang meliputi BUMN, badan usaha
swasta, dan koperasi; maupun dalam arti ukuran usaha yang meliputi usaha besar, usaha menengah, dan usaha kecil. Selain aspek pelaku, dalam aspek objeknya,
kemitraan bersifat terbuka dan menjangkau segala sektor kegiatan ekonomi. Konsep kemitraan usaha dalam pembangunan UKM di Indonesia setidaknya mulai
dicanangkan oleh pemerintah setelah berlakunya UU No. 9 Tahun 1995
tentang Usaha Kecil dan
Inpres No. 10
Tahun 1998
tentang Usaha Menengah. Kemitraan usaha dalam lingkungan pelaku UKM sudah tidak asing lagi. Kemitraan usaha
dianggap menjadi salah satu alternatif upaya untuk mengatasi berbagai problem internal yang dihadapi. Kemitraan usaha dimaknai sebagai bentuk hubungan
bisnis antara usaha kecil dan menengah dengan usaha besar dengan tetap memperhatikan prinsip saling memerlukan, saling memperkuat, dan saling
menguntungkan. Secara ideal, kemitraan usaha diorintasikan untuk menghindari kesenjangan gap antara usaha kecil menengah dengan usaha besar guna
26
Ibid.
Universitas Sumatera Utara
26
membangun keseimbangan dunia usaha ekonomi, terciptanya ketahanan usaha yang berkelanjutan bagi UKM dan usaha besar dalam menghadapi
persaingan bisnis global, terwujudnya solidaritas dan saling melindungi sesama dalam kerangka penguatan basis ekonomi nasional, lebih dari itu kemitraan
usaha menjadi alat perekat kemandirian ekonomi bangsa guna mewujudkan keadilan dan kesejahteraan ekonomi masyarakat.
27
Pada dasarnya maksud dan tujuan dari kemitraan adalah “Win-Win Solution Partnership
”. Kesadaran dan saling menguntungkan disini tidak berarti para partisipan dalam kemitraan tersebut harus memiliki kemampuan dan
kekuatan yang sama, tetapi yang lebih dipentingkan adalah posisi tawar yang setara berdasarkan peran masing-masing. Ciri dari kemitraan usaha terhadap
hubungan timbal-balik bukan sebagai buruh-majikan atau atasan-bawahan sebagai adanya pembagian resiko dan keuntungan yang proporsional, di sinilah kekuatan
dan karakter kemitraan usaha.
28
Kemitraan merupakan suatu jawaban untuk meningkatkan kesempatan berkiprahnya pengusaha kecil dalam percaturan perekonomian nasional sekaligus
meningkatkan kesejahteraan rakyat serta mengurangi kesenjangan sosial. Kemitraan seperti tercantum dalam UU N. 20 Tahun 2008 tentang UMKM adalah
kerjasama dalam keterkaitan usaha, baik langsung maupun tidak langsung, atas dasar prinsip saling memerlukan, mempercayai, memperkuat, dan menguntungkan
yang melibatkan pelaku Usaha Mikro, Kecil dan Menengah. Defenisi kemitraan tersebut mengandung makna sebagai tanggung jawab moral. Pengusaha
27
http:andrianjati.blogspot.com201101kemitraan-usaha.html, diakses pada tanggal 07 Januari 2013.
28
Mohammad Jafar Hafsah, Op.Cit., hlm. 63
Universitas Sumatera Utara
27
menengahbesar untuk membimbing dan membina pengusaha kecil mitranya agar mampu mengembangkan usahanya sehingga mampu menjadi mitra yang handal
untuk meraih keuntungan dan kesejahteraan bersama. Ini berarti masing-masing pihak yang bermitra harus menyadari bahwa mereka memiliki perbedaan, masing-
masing memiliki keterbatasan, baik di bidang manajemen, pengusasaan iptek maupun penguasaan sumber daya, mereka harus mempu saling mengisi dan
melengkapi kekurangan masing-masing.
29
2. Badan Usaha Milik Negara
Sesuai dengan namanya yaitu Badan Usaha Milik Negara, dapat diketahui bahwa pemilik badan usaha atau perusahaan itu kepunyaan negara atau
pemerintah. Negara dapat melakukan usaha, dasar hukumnya adalah Pasal 33 ayat 2 dan ayat 3 UUD 1945, “Semua cabang produksi yang menguasai hajat hidup
orang banyak dikuasai Negara dan dipergunakan sebesar-besarnya untuk kemakmuran rakyat.”
Untuk mencapai tujuan kemakmuran rakyat ini, negara melakukan usaha tetapi tidak dengan cara melaksanakan pemerintahan, melainkan dengan cara
mendirikan perusahaan BUMN. Modal BUMN baik seluruhnya atau sebagian berasal dari kekayaan negara yang dipisahkan. Dalam menjalankan kegiatan
usahanya, mempunyai kewajiban untuk melayani kepentingan umum, dan mengejar keuntungan.
29
Ibid., hlm.65
Universitas Sumatera Utara
28
Sebelum lahirnya Undang-Undang No. 19 Tahun 2003 Tentang Badan Usaha Milik Negara, terdapat tiga bentuk perusahaan milik negara yaitu
Perusahaan Jawatan Perjan yang tunduk pada ketentuan Indonesische Bedrijvenwet
Stb. 1927:419, Perusahaan Umum Perum yang sepenuhnya tunduk pada ketentuan Undang-Undang No. 19 Prp, Tahun 1960, dan Perusahaan
Perseroan Persero yang tunduk pada ketentuan KUHD Stb. 1847:43 khususnya tentang PT yang sekarang berlaku ketentuan Undang-Undang No. 1 Tahun 1995
tentang Perseroan Terbatas. Ketiga bentuk perusahaan tersebut tertuang dalam Undang-Undang No. 9 Tahun 1969 tentang Penetapan Peraturan Pemerintah
Pengganti Undang-Undang No. 1 Tahun 1969 tentang Bentuk-bentuk Usaha Negara menjadi Undang-undang.
Secara umum suatu perusahaan itu didirikan adalah tidak lebih suatu wadah untuk menjalankan suatu usaha. Sedangkan tujuan mendirikan perusahaan,
pada prinsipnya yaitu untuk mencari keuntungan. Dengan mendapat keuntungan, maka perusahaan dapat menghidupi dirinya sendiri. Untuk BUMN pada
prinsipnya sama, hanya bedanya terletak pada hubungannya dengan kepentingan negara yang hendak memberikan kemakmuran kepada rakyatnya.
30
Dalam Pasal 2 UU No. 19 Tahun 2003 Tentang BUMN telah ditentukan maksud dan tujuan
pendirian BUMN adalah sebagai berikut : a.
Memberikan sumbangan bagi perkembangan perekonomian nasional pada umumnya dan penerimaan negara pada khususnya.
b. Mengejar keuntungan.
30
Gatot Supramono, Kedudukan Perusahaan Sebagai Subjek Dalam Gugatan Perdata di Pengadilan
, PT. Rineka Cipta : Jakarta, 2007, hlm. 84-85
Universitas Sumatera Utara
29
c. Menyelenggarakan kemanfaatan umum berupa penyediaan barangatau
jasa yang bermutu tinggi dan memadai bagi pemenuhan hajat hidup orang banyak.
d. Menjadi perintis kegiatan-kegiatan usaha yang belum dapat dilaksanakan
oleh sektor swasta dan koperasi. e.
Turut aktif memberikan bimbingan dan bantuan kepada pengusaha golongan ekonomi lemah, koperasi, dan masyarakat.
31
Dari maksud dan tujuan tersebut, dapat dilihat bahwa tidak hanya semata- mata mencari keuntungan, tetapi keberadaannya dimaksudkan untuk berperan
dalam mengembangkan perekonomian nasional, dan merintis usaha baru yang belum terjangkau oleh pihak swasta walaupun tidak mendapatkan keuntungan.
Berdasarkan Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1969 tentang Bentuk- Bentuk Usaha Negara jo. Peraturan Pemerintah RI Nomor 3 Tahun 1983, adapun
sifat BUMN di Indonesia terbagi atas :
32
a. Perusahaan Jawatan Perjan, berusaha di bidang penyediaan jasa-jasa bagi
masyarakat termasuk pelayanan kepada masyarakat. b.
Perusahaan Umum Perum, berusaha di bidang penyediaan pelayanan bagi kemanfaatan umum disamping mendapatkan keuntungan.
c. Persero, bertujuan untuk memupuk keuntungan dan berusaha di bidang-
bidang yang mendorong perkembangan sektor swasta dan koperasi di luar bidang usaha Perjan dan Perum.
31
Pasal 2, Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2003 Tentang Badan Usaha Milik Negara.
32
Indra Bastian, Privatisasi di Indonesia : Teori dan Implementasi, Empat Salemba : Jakarta, 2002, hlm. 15
Universitas Sumatera Utara
30
Setelah dikeluarkannya Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2003 tetang Badan Usaha Milik Negara, bentuk BUMN terbagi atas 2, yaitu :
33
a. Perusahaan Perseroan, yang selanjutnya disebut Persero, adalah BUMN
yang berbentuk Perseroan Terbatas yang modalnya terbagi dalam saham yang seluruh atau paling sedikit 51 lima puluh satu persen sahamnya
dimiliki oleh Negara Republik Indonesia yang tujuan utamanya mengejar keuntungan.
b. Perusahaan Umum, yang selanjutnya disebut Perum adalah BUMN yang
seluruh modalnya dimiliki negara dan tidak terbagi atas saham, yang bertujuan untuk kemanfaatan umum berupa penyediaan barang danatau
jasa yang bermutu tinggi dan sekaligus mengejar keuntungan berdasarkan prinsip pengelolaan perusahaan.
Dalam sistem
perekonomian nasional,
BUMN ikut
berperan mengahasilkan barang danatau jasa yang diperlukan dalam rangka mewujudkan
sebesar-besarnya kemakmuran masyarakat. Peran BUMN dirasakan semakin penting sebagai pelopor danatau perintis dalam sektor-sektor usaha yang belum
diminati usaha swasta. Di samping itu, BUMN juga mempunyai peran strategis sebagai pelaksana pelayanan publik, penyeimbang kekuatan-kekuatan swasta
besar, dan turut membantu pengembangan usaha kecilkoperasi, BUMN juga merupakan salah satu sumber penerimaan negara signifikan dalam bentuk
berbagai jenis pajak, deviden, dan hasil privatisasi.
34
33
Pasal 1 Undang Undang Nomor 19 Tahun 2003 Tentang Badan Usaha Milik Negara.
34
Ibrahim, BUMN dan Kepentingan Umum, PT. Citra Karya Aditya Bakti : Jakarta, 1997, hlm. 135
Universitas Sumatera Utara
31
Selain sebagai salah satu sumber penerimaan Negara, BUMN selaku badan usaha memiliki kewajiban untuk berkontribusi dalam pembinaan usaha
kecilkoperasi serta pembinaan masyarakat sekitarnya, seperti yang tercantum di dalam Pasal 88 ayat 1 Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2003 yang berbunyi :
“BUMN dapat menyisihkan sebagian laba bersihnya untuk keperluan pembinaan usaha kecilkoperasi serta pembinaan masyarakat sekitar BUMN”.
35
Dari pengertian tersebut, dapat diketahui bahwa BUMN mempunyai kewajiban untuk
meyisihkan laba usahanya dalam rangka pengimplementasi CSR perusahaan. Pada BUMN terdapat sebuah program khusus dalam pengimplementasian CSR
perusahaan yaitu Program Kemitraan dan Bina Lingkungan yang disingkat dengan PKBL. Pada Program PKBL inilah perusahaan yang khusus berbentuk
BUMN menyalurkan laba usahanya untuk menjalankan CSR perusahaannya. Khusus di dalam Program Kemitraan, BUMN melakukan hubungan
kemitraan dengan usaha kecil dalam rangka meningkatkan usaha kecil agar mandiri dan tanggung melalui pemanfaatan dana dari bagian laba BUMN itu
sendiri. Hal ini sesuai dengan yang diamanatkan dalam Peraturan Menteri Negara Badan Usaha Milik Negara Nomor Per-05MBU2007 Tentang Program
Kemitraan Badan Usaha Milik Negara Dengan Usaha Kecil Dan Program Bina Lingkungan.
3. Usaha Kecil
Indonesia sebagai negara yang kaya akan sumber daya alam dan manusia perlu memanfaatkan potensi yang ada dengan sebaik-baiknya. Tanpa pengelolaan
35
Pasal 88 ayat 1 Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2003 Tentang Badan Usaha Milik Negara.
Universitas Sumatera Utara
32
yang efektif dan efisien, potensi yang ada hanya akan menjadi sia-sia. Potensi tersebut bisa membawa kita kepada kemakmuran bersama jika kita bisa
mengolahnya dengan benar. Untuk mencapai kemakmuran bersama, maka dibutuhkan ketahanan ekonomi yang kuat di negara Indonesia.
Ketahanan ekonomi dapat dicapai dengan meningkatkan pertumbuhan dan pembangunan
ekonomi yang berkesinambungan. Dengan itu semua, kita mampu mencapai kemakmuran dan kesejahteraan masyarakat bersama.
Salah satu usaha menciptakan ketahanan ekonomi adalah dengan mengembangkan Usaha Kecil
Menengah UKM di kalangan masyarakat luas. Dengan adanya UKM ini diharapkan masyarakat mampu mengembangkan usahanya agar tercipta lapangan
kerja yang mampu menekan tingkat pengangguran yang ada di Indonesia.
36
Usaha Kecil dan Menengah disingkat UKM adalah sebuah istilah yang mengacu ke jenis usaha kecil yang memiliki kekayaan bersih paling banyak Rp
200.000.000 tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha. Dan usaha yang berdiri sendiri. Menurut UU No. 20 Tahun 2008 tentang Usaha Mikro, Kecil dan
Menengah yang dimaksud dengan Usaha Kecil adalah : “Usaha ekonomi produktif yang berdiri sendiri, yang dilakukan oleh orang perorangan atau badan
usaha yang bukan merupakan anak perusahaan atau bukan cabang perusahaan yang dimiliki, dikuasai, atau menjadi bagian baik langsung maupun tidak
langsung dari usaha menengah atau usaha besar yang memenuhi kriteria Usaha Kecil sebagimana dimaksud dalam Undang-Undang ini”.
37
36
http:fearlessmey.wordpress.com20120102pengembangan-ukm-dalam-menciptakan- ketahanan-ekonomi-di-indonesia,
diakses pada tanggal 07 Januari 2013.
37
Pasal 1 Undang-Undang No. 20 Tahun 2008 tentang Usaha Mikro, Kecil dan Menengah.
Universitas Sumatera Utara
33
Usaha kecil yang benar-benar kecil dan mikro dapat dikelompokkan atas pengertian.
38
a. Usaha kecil mandiri, yaitu tanpa menggunakan tenaga kerja lain ;
b. Usaha kecil yang menggunakan tenaga kerja anggota keluarga sendiri ;
c. Usaha kecil yang memiliki tenaga kerja upahan secara tetap.
Menurut UU No. 20 Tahun 2008 tentang UMKM yang menjadi kriteria Usaha Kecil adalah sebagai berikut :
39
a. Memiliki kekayaan bersih lebih dari Rp50.000.000,00 lima puluh juta
rupiah sampai dengan paling banyak Rp500.000.000,00 lima ratus juta rupiah tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha; atau
b. Memiliki hasil penjualan tahunan lebih dari Rp300.000.000,00 tiga ratus
juta rupiah sampai dengan paling banyak Rp2.500.000.000,00 dua milyar lima ratus juta rupiah.
Pada umumnya, Usaha kecil dikelompokkan ke dalam 4 empat kategori, yaitu :
40
a. Sektor Informal
Sektor informal adalah usaha kecil yang tidak memiliki tempat operasi atau kegiatan secara permanen menetap. Misalnya, penjual makanan
keliling, penjual barang dagangan atau jasa tertentu yang berpindah tempat dan hanya pada waktu tertentu saja dalam sehari. Usaha kecil
semacam ini biasanya hanya dijalankan atau dioperasikan oleh seseorang
38
Musa Hubeis, Op.Cit., hlm. 18
39
Pasal 6, Undang-Undang No. 20 Tahun 2008 tentang Usaha Mikro, Kecil dan Menengah.
40
RD. Jatmiko, Pengantar Bisnis, Universitas Muhammadiyah Malang : Malang, 2004, hlm. 63- 67
Universitas Sumatera Utara
34
secara individual. Usaha kecil dalam sektor informal biasanya juga tidak memiliki badan hukum.
b. Usaha Marginal
Usaha marginal adalah usaha yang bersifat individual yang tidak mengaharapkan tumbuh menjadi usaha besar. Misalnya, usaha cuci
pakaian laundry shops, penjahit, usaha jasa potong rambut, salon kecantikan, rental komputer, toko obat tradisional, dan sebagainya.
Walaupun usaha-usaha tersebut memberikan layanan yang sangat penting bagi masyarakat.
c. Usaha Profesional
Usaha atau bisnis yang beroperasi secara perorangan seperti dokter, dokter gigi, pijat saraf, penasehat hukum, konsultan manajemen, akuntan,
arsitek dan sebagainya. d.
Usaha Potensi Tumbuh Perusahaan kecil yang memiliki potensi untuk tumbuh, seperti usaha
bidang teknologi tinggi atau bisnis pengembangan software computer. Usaha kecil berbeda dengan jenis-jenis usaha lainnya. Usaha kecil
memilik beberapa karakteristik, yaitu : a.
Dikelola oleh Pemilik Perusahaan atau usaha kecil biasanya dikelola dan dikendalikan oleh
pemiliknya sendiri. Karena kecilnya ukuran perusahaan, hubungan diantara pemilik-manajer dan pekerjanya, seperti diantara para pekerja
itu sendiri, biasanya tidak formal dibanding dengan perusahaan besar
Universitas Sumatera Utara
35
yang umumnya sangat formal. Bahkan sering terjadi, pemilik perusahaan kecil dan karyawannya makan dan bekerja bersama-sama. Pemilik
perusahaan atau majikan harus memainkan peran tambahan sebagai seeorang teman, sebagai konsultan keluargaperkawinan, dan terkadang
menjadi penengah. Bahkan dalam beberapa usaha kecil, pemilik-manajer dan para pekerjanya saling mengenal satu dengan lainnya dengan baik
seperti layaknya seorang teman, dan bukannya layaknya hubungan majikan dan pekerja.
b. Modal Terbatas
Usaha kecil dibiayai atau dimodali baik oleh tabungan individu maupun pinjaman dari sanak keluarga atau teman-temannya. Sulit bagi usaha-
usaha kecil untuk memperoleh sumber dana dari bank-bank komersial dan lembaga-lembaga keuangan lainnya, karena mereka tidak memiliki
jaminan yang cukup. Kebanyakan para pengusaha kecil mengklaim bahwa sumber pembiayaan atau permodalan merupakan masalah utama
dalam menjalankan usahanya. Pada saat memulai suatu usaha, salah satu pelajaran yang diperoleh adalah sulitnya memperoleh modal. Namun,
apabila perusahaan sudah berjalan baik dan lancar, pinjaman akan lebih mudah diperoleh.
c. Jumlah Tenaga Kerja Terbatas
Kebanyakan usaha kecil mempekerjakan kurang dari 10 orang tenaga kerja. Dalam beberapa usaha kecil, para pekerjanya adalah anggota
keluarganya atau orang yang masih mempunyai hubungan atau ikatan
Universitas Sumatera Utara
36
keluarga dari pemilik yang sekaligus sebagai manajer perusahaan. Diektur pelaksana suatu perusahaan kecil biasanya memainkan peran
sebagai manajer produksioperasi , manajer personalia, manajer pemasaran, bagian pembelian, dan manajer keuangan.
d. Barbasis Rumah Tangga
Usaha-usaha kecil seperti toko roti, klinik, tokok eceran biasanya melayani para tetangga disekitarnya. Usaha-usaha kecil tersebut pada
umumnya memiliki hubungan pertemanan dan sangat erat dengan para pelanggannya.
e. Lemah Dalam Pembukuan
Kebanyak usaha atau perusahana kecil tidak melakukan pembukuan dengan tepat atas transaksi yang dilakukan. Misalnya, jika anda
menanyakan kepada pengusaha kecil berapa keuntungan yang diperoleh dalam sehari, maka ia akan menjawab kepada anda uang kas ia
kumpulkan dalam
sehari tanpa
memperhitungkan unsur-unsur
penggunaan fasilitas, sewa atas peralatan yang digunakan, dan upahnya. Pengusaha kecil tersebut memahami bahwa ia telah mampu memenuhi
kebutuhan makannya, pakaiannya, dan pengeluaran-pengeluaran lainnya, tetapi mungkin ia tidak mampu mengatakan berapa keuntungan riil yang
ia peroleh dari usahanya. f.
Diperlukan Manajemen Pemilik Kebanyakan perusahaan-perusahaan kecil, pemilik-pemilik manajer
hanyalah person yang memahami detail-detail operasi perusahaan.
Universitas Sumatera Utara
37
Apabila ia tidak berpikir, tidak ada yang dapat dilakukan. Semua kontak bisnis dan transaksi-transaksi ada di kepalanya. Apabila ia jatuh sakit
atau pergi ke suatu daerah atau luar negri, usahanya akan mengalami kemunduran atau hanya berjalan di tempat. Bukan hal yang biasa kita
menemukan perusahaan kecil berpindah keemilikan kepada orang lain. Dalam dunia bisnis secara universal kompetisi bisnis adalah hal yang
tidak bisa dipungkiri. Dalam prakteknya, kompetisi bisnis tersebut akan diwarnai dengan perubahan kompleks dari berbagai aspek, seperti faktor politik, ekonomi,
teknologi, sosial dan budaya, disamping pengaruh dari pelaku bisnis bersangkutan. Jika hal tersebut terjadi, usaha kecil akan sulit memposisikan
dirinya dengan pesaing lain yang berbasis usaha yang lebih besar dalam rangka memperebutkan konsumen. Maka dari itu harus dilakukan upaya-upaya seperti
identifikasi masalah atau klasifikasi pengenalan apa usahanya, bagaimana membangunnya, dan kemana arahnya.
Perusahaan-perusahaan usaha kecil dapat bertahan hidup ataupun berkembang apabila mengusahakan produk-produk unggulan yang memenuhi
keseluruhan ataupun sebagian faktor berikut ini :
41
a. Produk dengan permintaan terbatas atau bersifat khusus, permintaan
terbatas, variasi produk tinggi sesuai keinginan konsumen atau trend mode
.
41
Musa Hubeis, Op.Cit., hlm. 16
Universitas Sumatera Utara
38
b. Produk dengan karakteristik bahan yang khusus. Bahan sulit diperoleh
kerena adanya keterbatasan tertentu pasokan, lokasi, dan ongkos atau perlu proses tambahan sebelum diproses lebih lanjut.
c. Produkjasa dengan struktur ongkos tertentu. Ongkos produkunit yang
tetap dan rendah karena sifat proses atau bahan. d.
Produkjasa dengan ambang teknologi cukup tinggi. Produkjasa memerlukan tingkat teknologi yang cukup tinggi sehingga tidak ditiru
oleh masyarakat awam. e.
Produkjasa yang menuntut hubungan erat aspek manusia dengan produk. Produkjasa memerlukan keistimewaan keterampilan, ketelitian, dan
desain inovasi, yang memberikan nilai tambah pada produk. Usaha Kecil sesungguhnya memiliki ciri-ciri yang unik atau memiliki
sifat-sifat khusus yang menyebabkan tidak tepat untuk menjalankan kegiatan- kegiatan usaha tertentu, tetapi cirri-ciri yang khas itu pula yang menyebabkannya
menjadi unggul, apabila usaha kecil mengambil posisi tertentu dalam dunia usaha. Oleh karena itu, hal tersebut hendaknya menjadi catatan penting dalam upaya
pengembangan usaha kecil dalam memperkokoh perekonomian nasional khususnya pembardayaan eknomi rakyat, serta sekaligus katup pengaman dari
timbulnya kerawanan dari konflik sosial. Hal lain yang tidak kalah pentingnya adalah adanya faktor pertambahan penduduk, sosial dan kultural, disamping
tingkat harga yang umumnya lebih murah dibandingkan dengan harga yang ditawarkan usaha lain yang lebih besar dan sifat kerja sebagai kegiatan ekonomi
Universitas Sumatera Utara
39
tradisional yang dominan. Dengan kata lain, dalam jangka panjang dapat dijadikan basis pencapaian kemandirian pembangunan ekonomi karena
kandungan impor bahan bakunya rendah, disamping relevansinya dengan proses otonomi daerah yang mengintegrasikannya dengan sektor ekonomi yang lain
dalam menciptakan pola dan akselerasi pertumbuhan ekonomi.
42
B. Kemitraan PT.Telkom CDSA Medan Terhadap Usaha Kecil
Badan Usaha Milik Negara BUMN yang seluruh atau sebagian besar modalnya berasal dari kekayaan negara yang dipisahkan, merupakan salah satu
pelaku ekonomi dalam sistem perekonomian nasional disamping swasta dan koperasi. Dalam menjalankan kegiatan usahanya, BUMN, swasta dan koperasi
melaksanakan peran saling mendukung berdasarkan demokrasi ekonomi. Disamping menghasilkan barang dan jasa untuk memakmurkan masyarakat,
BUMN dipandang memilik peran yang strategis dalam membantu pembinaan dan pengembangan usaha kecil dan koperasi. Oleh karena itu, pemerintah melalui
Peraturan Pemerintah PP Nomor 3 Tahun 1983 telah mengamanatkan BUMN untuk turut serta membantu pengembangan usaha kecil. Sebagai tindak lanjut dari
Peraturan Pemerintah tersebut, telah diterbitkan kebijakan turunan sebagai pedoman pelaksanaan pembinaan usaha kecil, yaitu Keputusan Menteri
Pendayagunaan BUMN Nomor 199M-PBUN1997. Seiring dengan pertumbuhan dan perkembangan ekonomi masyarakat yang sangat dinamis, pedoman yan telah
diterbitkan tersebut belum dapat memenuhi harapan masayarakat pelaku usaha kecil dan kebutuhan pelaksanaan dan pengelolaan program. Atas dasar
42
Ibid.
Universitas Sumatera Utara
40
pertimbangan tersebut maka Kementrian BUMN memandang perlu menerbitkan Keputusan Menteri BUMN Nomor 236MBU2003 tanggal 17 Juni 2003 tentang
Program Kemitraan dan Program Bina Lingkungan PKBL yang salah satu aspek utamanya mengatur oprasionalisasi program kemitraan BUMN dengan usaha
kecil yang lebih komprehensif sesuai dengan perkembangan ekonomi dan kondisi lingkungan sosial masyarakat. Program kemitraan BUMN adalah program untuk
meningkatkan kemampuan usaha kecil agar menjadi tangguh dan mandiri melalui pemanfaatan dana dari bagian laba BUMN.
PT. Telekomunikasi Indonesia, Tbk. Merupakan perusahaan negara yang beregerak dalam bidang penyediaan dan pelayanan infrastruktur teknologi
informasi dan komunikasi Infokom dan merupakan perusahaan telekomunikasi terbesar di Indonesia. Pada tahun 2005, Pemerintah Republik Indonesia
melakukan swastanisasi PT. Telkom dengan membuka kepemilikan saham perusahaan kepada masyarakat dengan menetapkan kepemilikan mayoritas bagi
negara sebesar 51. Telkom memiliki komitmen bisnis untuk melakukan praktek- praktek terbaik dengan mengoptimalisasikan sumber daya yang unggul,
penggunaan teknologi yang kompetitif serta membangun kemitraan yang saling menguntungkan dan saling mendukung secara sinergis.
43
Sebagai perusahaan nasional berskala besar, PT. Telkom menjalankan tanggung jawab sosial perusahaannya dengan tema “Telkom Peduli” sebagai
kegiatan mendorong pertumubuhan ekonomi untuk menciptakan pemerataan pembangunan dengan perluasan tenaga kerja dan kesempatan berusaha melalui
43
Dadang Tahyu, “Pengaruh Implementasi Program Kemitraan PT Telkom Terhadap Pemberdayaan Usaha Kecil Di Kota Bandung”,Volume VIII No. 1, April 2011, hlm. 21
Universitas Sumatera Utara
41
pengembangan usaha kecil dan koperasi agar menjadi tangguh mandiri sehingga dapat menngkatkan taraf hidup masyarakat serta mendorong kemitraan antara
perusahaan besar BUMN dengan usaha kecil dan koperasi diseluruh Indonesia.
44
Untuk merealisasikan “Telkom Peduli”, PT. Telkom membentuk sebuah badan khusus yang disebut dengan Community Development Center CDC secara
khusus untuk mengelola Program Kemitraan dan Bina Lingkungan PKBL sesuai dengan Keputusan Meneteri Nomor 236MBU2003 tentang PKBL. Tujuan
pembentukan Telkom CDC adalah untuk menyelenggarakan aktifitas pengelolaan Program Kemitraan dan Bina Lingkungan secara sistematis, efektif dan efisien di
lingkungan Telkom melalui optimalisasi pembagian aktivitas,penetapan ukuran unit bisnis serta pendelegasian kewenangan, sehingga memberikan kualitas
hubungan yang sinergik antara Telkom dengan usaha kecil serta masyarakat sekitar perusahaan dalam rangka penetapan Good Corporate Citizenship,
memberikan transparansi proses pengalokasian dana serta memberikan multiplier effect
bagi bisnis Telkom serta industri telekomunikasi pada umumnya. Dengan itu, pembentukan CDC Telkom dimaksudkan untuk memberikan kerangka
pengorganisasian yang definitif bagi penyelenggaraan aktivitas pengelolaan.
45
Khusus untuk wilayah medan, unit pelaksananya adalah CDSA Medan Community Development Sub Area Medan yang berkedudukan di Kandatel
Medan. Wilayah cakupan Telkom CDSA Medan tidak hanya meliputi Kota Medan saja, namun juga mencakup Kabupaten Langkat, Kabupaten Deli Serdang
dan sebagian Kabupaten Serdang Bedagai.
44
Ibid.
45
Ibid.
Universitas Sumatera Utara
42
Tabel 2.1 Jumlah Mitra Binaan Dan Jumlah Dana Pinjaman Tahun 2008 - 2012
Tahun Jumlah Mitra Binaan
Total Jumlah Dana Pinjaman
2008 217 Mitra Binaan
Rp 3.939.038.000,- 2009
218 Mitra Binaan Rp 4.841.000.000,-
2010 248 Mitra Binaan
Rp 6.830.248.000,- 2011
253 Mitra Binaan Rp 7.828.000.000,-
2012 276 Mitra Binaan
Rp 8.205.919.000,- Sumber : Telkom CDSA Medan, tahun 2013.
Dana Program Kemitraan dan dana Program Bina Lingkungan ini dibukukan
secara terpisah
dari pembukuan
Perusahaan dan
dipertanggungjawabkan oleh Telkom CDSA Medan kepada Direksi. Dana Program Kemitraan diberikan dalam bentuk :
46
1 Pinjaman untuk membiayai modal kerja dan atau pembelian aktiva tetap
dalam rangka meningkatkan produksi dan penjualan; 2
Pinjaman khusus untuk membiayai kebutuhan dana pelaksanaan kegiatan usaha Mitra Binaan yang bersifat pinjaman tambahan dan berjangka
46
Pasal 11, Peraturan Menteri Negara Badan Usaha Milik Negara Nomor PER-05MBU2007 Tentang Program Kemitraan Badan Usaha Milik Negara Dengan Usaha Kecil Dan Program Bina
Lingkungan.
Universitas Sumatera Utara
43
pendek dalam rangka memenuhi peranan dari rekanan usaha Mitra Binaan;
3 Beban pembinaan :
a. Untuk membiayai pendidikan, pelatihan, pemagangan, pemasaran,
promosi, dan hal-hal lain yang menyangkut peningkatan produktivitas Mitra Binaan serta untuk pengkajianpenelitian yang berkaitan dengan
Program Kemitraan; b.
Beban pembinaan bersfat hibah dan besarnya maksimal 20 dua puluh persen dari dana Program Kemitraan yang disalurkan pada tahun
berjalan; c.
Beban pembinaan hanya dapat diberikan kepada atau untuk kepentingan Mitra Binaan.
Program Kemitraan Telkom CDC memiliki Standart Operational Procedure
SOP yang detail mulai dari tingkat CDC pusat, wilayah; Divisi Regional sampai pada tingkat daerah; Kandatel Medan. Secara umum, SOP
Program Kemitraan menginduk pada SOP PKBL Program Kemitraan dan Bina Lingkungan yang ditetapkan dengan Keputusan Direksi No.61PS150CTG-
102003 tentang Pembentukan Organisasi Pengelola PKBL dan Keputusan Direksi No.51KU200PUK-002003 tentang PKBL.
47
Struktur birokrasi Program Kemitraan dibentuk struktur birokrasi yang ramping sehingga melahirkan lapisan
birokrasi yang pendek. Struktur yang ramping pada CDSA Medan memiliki
47
Dadang Tahyu, “Pengaruh Implementasi Program Kemitraan PT Telkom Terhadap Pemberdayaan Usaha Kecil Di Kota Bandung”,Volume VIII No. 1, April 2011, hlm. 23
Universitas Sumatera Utara
44
beberapa konsekwensi yaitu setiap staff dituntut untuk memiliki multiskill , dengan begitu setia staf dituntut untuk memiliki kemampuan dalam melakukan
berbagai bidang pekerjaan yang berbeda, seperti staf adminsitrasi yang tanggung jawab formalnya hanya bertugas untuk melakukan input data informasi, selain
itu dituntut juga untuk dapat melakukan penilaian evaluasi calon mitra binaan dengan melakukan wawancara terhadap calon mitra binaannya. Begitu juga
dengan staf-staf lainnya. Hal ini berkaitan dengan masih dirasakannya kekurangan staf khususnya pada saat kerjaan menumpuk.
Pelaksanaan Program Kemitraan Telkom CDSA Medan dalam satu tahun dibagi kedalam empat triwulan penyerahan dana pinjaman kepada Mitra Binaan.
Dalam satu tahun dilaksanakan empat kali penyaluran dana kemitraan. Sebelum waktu penyaluran dana, Calon Mitra Binaan akan mengajukan permohonan
pengajuan pinjaman kepada Telkom CDSA Medan. Kemudian oleh Telkom CDSA Medan dilakukan penyeleksian terhadap Calon Mitra Binaan dimulai
dengan menyeleksi prospek dan jenis usaha dari data-data yang diberikan oleh Calon Mitra Binaan. Calon Mitra Binaan yang lulus seleksi berkas akan diseleksi
lagi dengan melakukan survey langsung ke lokasi usaha masing-masing Calon Mitra Binaan. Survey dilakukan oleh staf Telkom CDSA Medan, namun tidak
semua Calon Mitra Binaan disurvey secara langsung ke lokasi usahanya, hal ini dikarenakan kurangnya sumber daya manusia Telkom CDSA Medan.
Selain survey, Telkom CDSA Medan juga melakukan koordinasi Koordinator BUMN Pembina. Koordinator BUMN Pembina adalah BUMN yang
ditunjuk oleh Menteri untuk mengkoordinasikan BUMN Pembina di dalam suatu
Universitas Sumatera Utara
45
provinsi tertentu. Jadi Calon Mitra Binaan yang mengajukan permohonan menjadi mitra binaan Telkom, tidak dapat menjadi mitra binaan BUMN lain. Fungsi dari
koordinasi yang dilakukan antara Telkom CDSA Medan dengan Koordinator BUMN Pembina wilayah Sumatera Utara adalah untuk menghindari duplikasi
pemberian pinjaman dana Program Kemitraan. Jika diketahui Calon Mitra Binaan adalah mitra binaan BUMN lain, maka yang bersangkutan tidak berhak
mengajukan permohonan pinjaman kepada pihak Telkom. Di dalam pelaksanaan survey, akan dinilai objek usaha, prospek usaha
dan kondisi ekonomi keluarga Calon Mitra Binaan. Kemudian Calon Mitra Binaan yang telah diseleksi melalui survey dan juga telah layak bina akan
melaksanakan dan menandatangani Perjanjian Kerja Sama antara Telkom CDSA Medan sebagai pihak pemberi pinjaman . Di dalam PKS Perjanjian Kerja Sama
tersebut dimuat semua hal yang mengatur tentang hak dan kewajiban masing- masing pihak dimana pihak pertama adalah Telkom CDSA Medan dan pihak
kedua adalah Mitra Binaan. Mitra Binaan harus benar-benar memahami isi PKS tersebut, dan sebelum penandatangan, Telkom CDSA Medan juga telah
melakukan sosialisasi PKS tersebut kepada seluruh Mitra Binaan. Program Kemitraan ini berlangsung selama dua tahun. Artinya setiap
Mitra Binaan diberikan batasan waktu selama dua tahun untuk mengembalikan pinjaman kepada Telkom CDSA Medan. Namun jika ada Mitra Binaan yang ingin
meneruskan atau memperpanjang hubungan kemitraannya dengan Telkom CDSA Medan, maka yang bersangkutan dapat mengajukan kembali permohonan
pengajuan pinjaman kepada Telkom CDSA Medan.
Universitas Sumatera Utara
46
Di dalam Program Kemitraan, Telkom CDSA Medan tidak semata-mata hanya memberikan pinjaman kepada Mitra Binaannya saja. Tapi lebih dari itu
juga melakukan pembinaan kepada masing-masing Mitra Binaan. Pembinaan yang dilakukan oleh Telkom CDSA Medan berupa pelatihan dan promosi usaha
Mitra Binaan guna meningkatkan produktivitas Mitra Binaan. Hubungan yang dibangun dalam Program Kemitraan antara Telkom
CDSA Medan dengan para Mitra Binaannya tidak monoton hanya sebatas kreditur dan debitur. Tapi juga melahirkan hubungan emosional yang lebih bersifat
kekeluargaan dan kebersamaan selayaknya antara Mitra Binaan dan Pembina. Pelayanan yang ramah dan profesional yang dilakukan oleh staf CDSA Medan
dalam pelaksanaan Program Kemitraan menimbulkan kenyamanan bagi para pengusaha kecil yang menjadi Mitra Binaannnya sehingga menimbulkan
semangat bangi Mitra Binaan untuk terus berusaha meningkatkan taraf kesuksesan usaha kecil yang dimilikinya. Dalam hal ini Telkom CDSA Medan
telah melakukan pemberdayaan usaha kecil dengan memberikan pinjaman untuk meningkatkan produktivitas usaha-usaha kecil sehingga menjadi tangguh dan
mandiri.
C. Syarat-Syarat Permohonan Pengajuan Pinjaman