27
menengahbesar untuk membimbing dan membina pengusaha kecil mitranya agar mampu mengembangkan usahanya sehingga mampu menjadi mitra yang handal
untuk meraih keuntungan dan kesejahteraan bersama. Ini berarti masing-masing pihak yang bermitra harus menyadari bahwa mereka memiliki perbedaan, masing-
masing memiliki keterbatasan, baik di bidang manajemen, pengusasaan iptek maupun penguasaan sumber daya, mereka harus mempu saling mengisi dan
melengkapi kekurangan masing-masing.
29
2. Badan Usaha Milik Negara
Sesuai dengan namanya yaitu Badan Usaha Milik Negara, dapat diketahui bahwa pemilik badan usaha atau perusahaan itu kepunyaan negara atau
pemerintah. Negara dapat melakukan usaha, dasar hukumnya adalah Pasal 33 ayat 2 dan ayat 3 UUD 1945, “Semua cabang produksi yang menguasai hajat hidup
orang banyak dikuasai Negara dan dipergunakan sebesar-besarnya untuk kemakmuran rakyat.”
Untuk mencapai tujuan kemakmuran rakyat ini, negara melakukan usaha tetapi tidak dengan cara melaksanakan pemerintahan, melainkan dengan cara
mendirikan perusahaan BUMN. Modal BUMN baik seluruhnya atau sebagian berasal dari kekayaan negara yang dipisahkan. Dalam menjalankan kegiatan
usahanya, mempunyai kewajiban untuk melayani kepentingan umum, dan mengejar keuntungan.
29
Ibid., hlm.65
Universitas Sumatera Utara
28
Sebelum lahirnya Undang-Undang No. 19 Tahun 2003 Tentang Badan Usaha Milik Negara, terdapat tiga bentuk perusahaan milik negara yaitu
Perusahaan Jawatan Perjan yang tunduk pada ketentuan Indonesische Bedrijvenwet
Stb. 1927:419, Perusahaan Umum Perum yang sepenuhnya tunduk pada ketentuan Undang-Undang No. 19 Prp, Tahun 1960, dan Perusahaan
Perseroan Persero yang tunduk pada ketentuan KUHD Stb. 1847:43 khususnya tentang PT yang sekarang berlaku ketentuan Undang-Undang No. 1 Tahun 1995
tentang Perseroan Terbatas. Ketiga bentuk perusahaan tersebut tertuang dalam Undang-Undang No. 9 Tahun 1969 tentang Penetapan Peraturan Pemerintah
Pengganti Undang-Undang No. 1 Tahun 1969 tentang Bentuk-bentuk Usaha Negara menjadi Undang-undang.
Secara umum suatu perusahaan itu didirikan adalah tidak lebih suatu wadah untuk menjalankan suatu usaha. Sedangkan tujuan mendirikan perusahaan,
pada prinsipnya yaitu untuk mencari keuntungan. Dengan mendapat keuntungan, maka perusahaan dapat menghidupi dirinya sendiri. Untuk BUMN pada
prinsipnya sama, hanya bedanya terletak pada hubungannya dengan kepentingan negara yang hendak memberikan kemakmuran kepada rakyatnya.
30
Dalam Pasal 2 UU No. 19 Tahun 2003 Tentang BUMN telah ditentukan maksud dan tujuan
pendirian BUMN adalah sebagai berikut : a.
Memberikan sumbangan bagi perkembangan perekonomian nasional pada umumnya dan penerimaan negara pada khususnya.
b. Mengejar keuntungan.
30
Gatot Supramono, Kedudukan Perusahaan Sebagai Subjek Dalam Gugatan Perdata di Pengadilan
, PT. Rineka Cipta : Jakarta, 2007, hlm. 84-85
Universitas Sumatera Utara
29
c. Menyelenggarakan kemanfaatan umum berupa penyediaan barangatau
jasa yang bermutu tinggi dan memadai bagi pemenuhan hajat hidup orang banyak.
d. Menjadi perintis kegiatan-kegiatan usaha yang belum dapat dilaksanakan
oleh sektor swasta dan koperasi. e.
Turut aktif memberikan bimbingan dan bantuan kepada pengusaha golongan ekonomi lemah, koperasi, dan masyarakat.
31
Dari maksud dan tujuan tersebut, dapat dilihat bahwa tidak hanya semata- mata mencari keuntungan, tetapi keberadaannya dimaksudkan untuk berperan
dalam mengembangkan perekonomian nasional, dan merintis usaha baru yang belum terjangkau oleh pihak swasta walaupun tidak mendapatkan keuntungan.
Berdasarkan Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1969 tentang Bentuk- Bentuk Usaha Negara jo. Peraturan Pemerintah RI Nomor 3 Tahun 1983, adapun
sifat BUMN di Indonesia terbagi atas :
32
a. Perusahaan Jawatan Perjan, berusaha di bidang penyediaan jasa-jasa bagi
masyarakat termasuk pelayanan kepada masyarakat. b.
Perusahaan Umum Perum, berusaha di bidang penyediaan pelayanan bagi kemanfaatan umum disamping mendapatkan keuntungan.
c. Persero, bertujuan untuk memupuk keuntungan dan berusaha di bidang-
bidang yang mendorong perkembangan sektor swasta dan koperasi di luar bidang usaha Perjan dan Perum.
31
Pasal 2, Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2003 Tentang Badan Usaha Milik Negara.
32
Indra Bastian, Privatisasi di Indonesia : Teori dan Implementasi, Empat Salemba : Jakarta, 2002, hlm. 15
Universitas Sumatera Utara
30
Setelah dikeluarkannya Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2003 tetang Badan Usaha Milik Negara, bentuk BUMN terbagi atas 2, yaitu :
33
a. Perusahaan Perseroan, yang selanjutnya disebut Persero, adalah BUMN
yang berbentuk Perseroan Terbatas yang modalnya terbagi dalam saham yang seluruh atau paling sedikit 51 lima puluh satu persen sahamnya
dimiliki oleh Negara Republik Indonesia yang tujuan utamanya mengejar keuntungan.
b. Perusahaan Umum, yang selanjutnya disebut Perum adalah BUMN yang
seluruh modalnya dimiliki negara dan tidak terbagi atas saham, yang bertujuan untuk kemanfaatan umum berupa penyediaan barang danatau
jasa yang bermutu tinggi dan sekaligus mengejar keuntungan berdasarkan prinsip pengelolaan perusahaan.
Dalam sistem
perekonomian nasional,
BUMN ikut
berperan mengahasilkan barang danatau jasa yang diperlukan dalam rangka mewujudkan
sebesar-besarnya kemakmuran masyarakat. Peran BUMN dirasakan semakin penting sebagai pelopor danatau perintis dalam sektor-sektor usaha yang belum
diminati usaha swasta. Di samping itu, BUMN juga mempunyai peran strategis sebagai pelaksana pelayanan publik, penyeimbang kekuatan-kekuatan swasta
besar, dan turut membantu pengembangan usaha kecilkoperasi, BUMN juga merupakan salah satu sumber penerimaan negara signifikan dalam bentuk
berbagai jenis pajak, deviden, dan hasil privatisasi.
34
33
Pasal 1 Undang Undang Nomor 19 Tahun 2003 Tentang Badan Usaha Milik Negara.
34
Ibrahim, BUMN dan Kepentingan Umum, PT. Citra Karya Aditya Bakti : Jakarta, 1997, hlm. 135
Universitas Sumatera Utara
31
Selain sebagai salah satu sumber penerimaan Negara, BUMN selaku badan usaha memiliki kewajiban untuk berkontribusi dalam pembinaan usaha
kecilkoperasi serta pembinaan masyarakat sekitarnya, seperti yang tercantum di dalam Pasal 88 ayat 1 Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2003 yang berbunyi :
“BUMN dapat menyisihkan sebagian laba bersihnya untuk keperluan pembinaan usaha kecilkoperasi serta pembinaan masyarakat sekitar BUMN”.
35
Dari pengertian tersebut, dapat diketahui bahwa BUMN mempunyai kewajiban untuk
meyisihkan laba usahanya dalam rangka pengimplementasi CSR perusahaan. Pada BUMN terdapat sebuah program khusus dalam pengimplementasian CSR
perusahaan yaitu Program Kemitraan dan Bina Lingkungan yang disingkat dengan PKBL. Pada Program PKBL inilah perusahaan yang khusus berbentuk
BUMN menyalurkan laba usahanya untuk menjalankan CSR perusahaannya. Khusus di dalam Program Kemitraan, BUMN melakukan hubungan
kemitraan dengan usaha kecil dalam rangka meningkatkan usaha kecil agar mandiri dan tanggung melalui pemanfaatan dana dari bagian laba BUMN itu
sendiri. Hal ini sesuai dengan yang diamanatkan dalam Peraturan Menteri Negara Badan Usaha Milik Negara Nomor Per-05MBU2007 Tentang Program
Kemitraan Badan Usaha Milik Negara Dengan Usaha Kecil Dan Program Bina Lingkungan.