NKT 2.1 Kawasan Bentang Alam Luas yang Memiliki Kapasitas untuk Menjaga Proses dan Dinamika Ekologi Secara Alami

8.2.1 NKT 2.1 Kawasan Bentang Alam Luas yang Memiliki Kapasitas untuk Menjaga Proses dan Dinamika Ekologi Secara Alami

NKT 2. 1 bert uj uan unt uk mengident if ikasi dan mel indungi f ungsi-f ungsi ekol ogi al ami didal am suat u bent ang al am ( nat ur al l andscape) dimana proses ekosist em alami berpot ensi unt uk t erus berlangsung dalam j angka l ama di masa mendat ang. Kunci ut ama dar i pendekat an i ni adal ah unt uk mengi dent i f i kasi dan melindungi daerah int i ( cor e ar eas) dari lansekap, yang didef inisikan sebagai areal yang dicadangkan/ diperlukan unt uk menj amin bahwa NKT 2. 1 bert uj uan unt uk mengident if ikasi dan mel indungi f ungsi-f ungsi ekol ogi al ami didal am suat u bent ang al am ( nat ur al l andscape) dimana proses ekosist em alami berpot ensi unt uk t erus berlangsung dalam j angka l ama di masa mendat ang. Kunci ut ama dar i pendekat an i ni adal ah unt uk mengi dent i f i kasi dan melindungi daerah int i ( cor e ar eas) dari lansekap, yang didef inisikan sebagai areal yang dicadangkan/ diperlukan unt uk menj amin bahwa

Kr i t er i a Bent ang Al am dal am NKT 2. 1

Bent ang alam yang ut uh f ungsinya dan memiliki kemampuan unt uk mempert ahankan proses-proses ekologis alamiahnya secara j angka panj ang, didef inisikan sebagai mosaik beraneka ekosist em hut an alami yang meliput i (i) zona int i 20. 000 hekt ar, di mana di dalamnya t erdapat hanya sedikit

f ragment asi at au t idak ada sama sekali, dan (ii) zona penyangga veget asi dengan luas sedikit nya 3 kilomet er dari bat as hut an yang mengepung zona int i t ersebut . Kedua krit eria baru ini berbeda dengan HCVF Toolkit unt uk Indonesia (ver 2003) yang semula di bawah HCV 2. 1 mendef enisikan ‘ hut an besar di t at aran lanskap’ ( l ar ge l andscape l evel f or est ) sebagai hut an manapun yang berukuran lebih luas dari 50. 000 hekt ar.

Cakupan di masa l ampau dan akan dat ang

Selain memet akan cakupan dan t ut upan veget asi yang ada sekarang di lansekap yang meliput i UP, sangat dianj urkan membuat pula pet a t ut upan veget asi di masa lalu dan masa yang akan dat ang. Pemet aan ini memberikan pemahaman yang lebih mendalam mengenai nilai kehat i dan hut an saat ini, sert a ancaman t erhadap keberlanj ut annya. Misalnya lahan yang sampai wakt u yang belum lama berselang masih luas, sangat mungkin mengandung sisa-sisa t ingkat kehat i yang t inggi dibandingkan dengan lahan yang kecil dan lama t erisolasi. Pemahaman t ut upan veget asi di masa lalu j uga mengident if ikasikan daerah- daerah di mana banyak t erj adi penghilangan veget asi.

Menget ahui t ut upan veget asi di masa yang akan dat ang berdasarkan rencana t at aguna lahan, memungkinkan melakukan penilaian yang lebih cermat t erhadap skenario-skenario alt ernat if guna mempert ahankan NKT 2. 1 di bawah perencanaan t at aruang yang ada.

Kodisi t ut upan veget asi di masa lalu dalam sebuah lansekap dapat dipet akan menggunakan Pet a Wilayah Lahan dan Hut an (GOI 1990) yang dit erangkan lebih rinci di bawah dalam Bab ini. Tut upan veget asi alami di masa yang akan dat ang dapat dinilai dengan mengumpulkan pet a-pet a t at aguna lahan dari pemerint ah t ingkat pusat (TGHK), provinsi (RTRWP) dan kabupat en (RTRWK), Kodisi t ut upan veget asi di masa lalu dalam sebuah lansekap dapat dipet akan menggunakan Pet a Wilayah Lahan dan Hut an (GOI 1990) yang dit erangkan lebih rinci di bawah dalam Bab ini. Tut upan veget asi alami di masa yang akan dat ang dapat dinilai dengan mengumpulkan pet a-pet a t at aguna lahan dari pemerint ah t ingkat pusat (TGHK), provinsi (RTRWP) dan kabupat en (RTRWK),

Sebuah cont oh penent uan dan pemet aan kawasan bent ang alam sebagaimana didef inisikan dalam NKT 2. 1 dapat dibaca dalam Lampiran Digit al 3.

8.2.1.1 Metoda Pengumpulan Data Sekunder

Penent uan bent ang alam luas dalam NKT 2. 1 menunt ut disusunnya dat a ruang dari sumber-sumber dat a sekunder, disusul dengan pengumpulan dat a primer di lapangan guna meyakinkan sumber dat a sekunder it u dengan kenyat aan.

Sumber-sumber dat a sekunder yang dibut uhkan berupa dat a komplit unt uk mengenali adanya bent ang alam luas di dalam, dekat at aupun mungkin t erpengaruh oleh kegiat an-kegiat an UP. Ini mencakup :

1. pet a hut an at au t ut upan veget asi lain pada t ahun 1985

2. pet a hut an sekarang dan t ut upan veget asi lain sert a keadaannya berdasarkan int erpret asi cit ra sat elit dan analisa

3. pet a rencana t at aguna ruang saat ini dari pemerint ah t ingkat pusat , provinsi, dan kabupat en

4. sist em pemet aan lahan (RePPProT) unt uk membant u memet akan kedalaman lahan gambut (sepert i di dalam mengenali adanya bent uk kubah) dan ekosist em lain yang bukan hut an layaknya daerah rawa- rawa at au wet lands

5. pet a ekosist em lain (lihat NKT 3)

6. pet a-pet a daerah sumber air (DAS).

Lapisan-lapisan dat a geograf is ini harus disusun menggunakan perangkat lunak GIS dan dipet akan dengan skala set idaknya 1: 100. 0000 guna melukiskan elemen-elemen lansekap yang ada, hubungan-hubungan pot ensial di ant ara elemen-elemen t ersebut (misalnya aliran-aliran air) dan pot ensi adanya zona int i besert a zona penyangganya. Secara umum pemet aan veget asi penut up ‘ sekarang’ dan keadaannya harus dilakukan menggunakan cit ra sat elit yang berusia t ak lebih dari 12 bulan, namun di daerah-daerah yang perubahan- perubahan wilayah hut an penut up lebih pesat (sepert i di Propinsi Riau di Sumat ra), hendaknya cit ra sat elit it u berusia t ak lebih 6 bulan.

8.2.1.2 Metoda Pengumpulan Data Primer

Penilaian NKT 2. 1 j uga mensyarat kan pengumpulan beberapa dat a primer di lapangan, t erut ama penegasan pemet aan veget asi berdasarkan dat a sekunder, t ermasuk kawasan yang diperkirakan merupakan zona int i dan bat as-bat asnya. Konsult asi langsung dengan pemerint ah, LSM, dan pihak-pihak yang Penilaian NKT 2. 1 j uga mensyarat kan pengumpulan beberapa dat a primer di lapangan, t erut ama penegasan pemet aan veget asi berdasarkan dat a sekunder, t ermasuk kawasan yang diperkirakan merupakan zona int i dan bat as-bat asnya. Konsult asi langsung dengan pemerint ah, LSM, dan pihak-pihak yang

8.2.1.3 Analisis Data

1. Pet akanlah cakupan veget asi penut up ( veget at i on cover ) pada lansekap yang mencakupi wilaya UP

2. Pet akanlah cakupan veget asi penut up dewasa ( mat ur e f or est cover ) dalam UP sert a diseluruh lansekap yang UP menj adi bagain darinya, dengan memberi perhat ian khusus pada penet apan t epi-t epinya, sebagai cont oh pemast ian bat as-bat as ant ara hut an (at au veget asi alami lainnya) dengan areal-areal yang t erdegradasi akibat ulah manusia.

3. Tent ukan pot ensi keberadaan zona int i (20. 000 ha) dan zona penyangga (3 km) yang ada pada lansekap di dalam MU at au diluar yang berpot ensi t erpengaruh kegiat an pemanf aat an UP

4. Pert imbangkan kemungkinan-kemungkinan skenario-skenario perubahan yang t erj adi pada zona int i dan zona-zona pembat asnya berdasarkan rencana t at a guna lahan yang sah

8.2.1.4 Pemetaan

Unt uk set iap bent ang alam luas yang berada di dalam UP at au yang berpot ensi t erpengaruh oleh kegiat annya, pet akanlah wilayah int i besert a zona penyangganya. Areal ini merupakan KBKT berdasarkan NKT 2. 1. Pelaporan hasil dari penilaian NKT 2. 1 harus j uga mempresent asikan mat arant ai ekologis ant ara elemen-elemen lansekap t ersebut (t ipe ekosist em, hubungan hidrologi, arus bahan at au energi dll) sert a deskripsi t ent ang bagaimana pelaksanaan kegiat an UP dan pihak lain yang didekat nya diperkirakan unt uk mempengaruhi zona int i dan penyangga KBKT ini.

8.2.1.5 Tantangan dan Peluang di Masa Depan

Rencana Tat a Guna Lahan pada t ingkat propinsi (RTRWP) at au kabupat en (RTRWK) yang cenderung kepada t at a guna konversi non-hut an merupakan t ant angan ut ama dalam pengelolaan unt uk memilihara at au meningkat kan NKT

2 dalam sebuah lansekap. Karena it u pada saat menilai kont ribusi wilayah dari suat u UP kepada bent ang alam yang berkesinambungan dengannya maka harus mempert imbangkan pemanf aat an lahan disekit arnya dengan asumsi bahwa kawasan yang berst at us lahan konversi dalam masa depan akan menj adi non- 2 dalam sebuah lansekap. Karena it u pada saat menilai kont ribusi wilayah dari suat u UP kepada bent ang alam yang berkesinambungan dengannya maka harus mempert imbangkan pemanf aat an lahan disekit arnya dengan asumsi bahwa kawasan yang berst at us lahan konversi dalam masa depan akan menj adi non-

8.2.1.6 Saran Tindak Pengelolaan

Tuj uan pengelolaan bagi NKT 2. 1 sederhana: zona int i dan penyangganya harus dipert ahankan at au diperluas.

Unt uk mencapai ini, UP harus menj auhi semua bent uk pelanggaran bat as di zona int i dan bat as-bat asnya baik langsung maupun t idak langsung. Cont oh dari pelanggaran bat as langsung oleh UP mencakup penebangan hut an, konversi hut an menj adi perkebunan, dan pembangunan inf rast rukt ur sepert i j alan, kanal, at au perkampungan di dalam zona int i dan bat as-bat asnya.

Pelanggaran bat as secara t idak langsung meruj uk pada t ransf ormasi ekosist em- ekosist em alami melalui pembangunan inf rast rukt ur yang mungkin mengurangi

f ungsi alami zona int i at au menambah resiko pelanggaran bat as oleh pihak- pihak lain karena peningkat an akses. Dua cont oh yang lazim dari pelanggaran bat as secara t idak langsung adalah (i) penggalian saluran air unt uk mengeringkan lahan gambut di t epi suat u bent ang alam yang mengacaukan sist em hidrologi zona int i at au penyangganya, dan (ii) pembangunan j alan unt uk mengakses hut an produksi unt uk t ebang pilih, yang pada gilirannya meningkat kan resiko penebangan hut an illegal at aupun pembukaan pert anian di bat as-bat asnya.

Pelanggaran bat as yang langsung masuk didalam zona int i sert a penyangganya, berada di bawah kekuasaan langsung UP dan seharusnya dilarang. Pelanggaran bat as secara t idak langsung melalui pembangunan inf rast rukt ur lebih rumit . Di sat u sisi sebagian besar lansekap ut uh yang masih t ersisa di Kalimant an dan Sumat ra, masih ut uh j ust ru karena t erpencil dengan akses yang sangat t erbat as. Di sisi lain UP harus membangun inf rast rukt ur sepert i j alan unt uk mengakses wilayah-wilayah kelolaanya, bahkan j ika perbuat an t ersebut meningkat an kemudahan akses ke daerah-daerah t erpencil yang mungkin merupakan bent ang alam yang luas. Karena secara sosial dan polit ik perusahaan sulit melarang penduduk set empat mengakses j alan-j alan perusahaan, perusahaan harus bekerj a proakt if dengan pemerint ah set empat dan penegak hukum unt uk mengant isipasi dampak pembangunan inf rasrt ukt ur t erhadap NKT 2. 1 sert a merancang st rat egi-st rat egi unt uk meminimalkan resiko.