Komponen produk pelaksanaan program SWALIBA di SMA N 2 Klaten

95

4. Komponen produk pelaksanaan program SWALIBA di SMA N 2 Klaten

a. Pengaruh pelaksanaan program terhadap sikap siswa, guru, dan karyawan terkait dengan lingkungan hidup Dilihat dari sikap dan perilaku keseharian para guru dan karyawan, rata-rata semua guru sudah menaati peraturan sekolah seperti tidak membuang sampah ditempatnya, tidak merokok di dalam lingkungan, membudayakan untuk datang tepat waktu. Untuk beberapa guru sikap peduli lingkungan yang sering diaplikasikan di sekolah, sering terbawa sampai aktivitas diluar sebagai guru penanggung jawab kegiatan komposing sekolah seperti yang diungkapan oleh ibu DN “Kalau saya sebagai guru diluar sekolah jadi terbawa kebiasannya sampai keluar jika ada sampah yang tidak digunakan nanti sama-sama kita olah. Jadi terbawa ke perilaku sehari- hari.” 31 Juli 2015 Beberapa siswa mengaku setelah SMA N 2 Klaten memiliki predikat SWALIBA. Mereka menjadi mengganggap penting untuk tetap menjaga kelestarian lingkungan sekitarnya seperti yang diungkapkan siswa DK “manfaat yang dia rasakan yaitu menjadi tahu bagaimana pentingnya menjaga lingkungan disekitar kita karena dengan keadaan lingkungan yang terawat menjadi lebih nyaman untuk beraktivitas” 29 Juli 2015 SMA N 2 Klaten sebagai sekolah SWALIBA jelas memberi rasa bangga pada diri siswa yang berpengaruh pada sikapnya sehari-hari seperti yang diungkapkan bapak YP selaku kepala sekolah: “....yang jelas merasa bangga, siswa memang harus tertib harus bertanggung jawab. Bertanggung jawab terhadap semua yang berkaitan dengan SWALIBA misalnya membuang sampah tidak sembarang tempat. Jadi tertib diri, displin diri, tanggung jawab atas itu. Tanggung jawab tidak sembarangan membuang apa yang ada dilingkungan misalnya sampah itu. Makanya kan disini tidak bececeran” 31 Juli 2015 96 Namun beberapa guru melihat bahwa sikap sedikit sulit untuk menyadarkan siswa tetang pentingnya menjaga lingkungan seperti yang diutarakan oleh ibu HJ selaku TIM SWALIBA “Menumbuhkan kesadaran dalam menjaga kebersihannya juga masih kurang seperti anak harus membuang sampah sesuai jenisnya kan sulit, anak melihat kran menyala lalu mempunyai kesadaran untuk mematikan, Angel to. ” 28 Juli 2015 Siswa belum terlihat memiliki kepedulian tentang pemanfaatan air dan energi. Hal tersebut telihat bahwa jika ada lampu yang masih menyala pada siang hari atau air kamar mandi yang menyala padahal bak kamar mandi sudah penuh belum ada siswa yang mempunyai kesadaran untuk mematikan lampu maupun air. Hal tersebut tidak hanya terjadi sehari tapi sudah sering kali terjadi. Banyak siswa yang menaati peraturan seperti tidak membuang sampah sembarangan, membuang sampah pada tempatnya, menggunakan energi seperlunya hanya saat akan dilakukan penilaian atau akreditasi. Selepas dari itu lambat laun mereka akan kembali acuh tak acuh pada lingkungan sekolah. Hal tesebut sesuai dengan yang disampaikan oleh ibu DN “Siswa juga kadang kala taat dengan aturan membuang sampah sesuai jenisnya jadi sifatnya frekuentif. Kalau nanti sedang ada tamu atau akreditasi jadi rajin cuma hanya beberapa anak saja yang konsisten” 31 Juli 2015 b. Pengaruh pelaksanaan program terhadap sikap siswa, guru, dan karyawan tekait sikap tanggap bencana Diberikannya predikat SWALIBA terhadap SMA N 2 Klaten mendapat banyak tanggapan positif oleh siswa dan guru. Mereka menggangap sangat 97 banyak keuntungan yang didapatkan bersekolah dengan predikat sekolah siaga bencana. Dengan diadakannya simulasi bencana alam, seluruh warga menjadi tahu bagaimana langkah-langkah dalam penyelamatan diri jika terjadi bencana alam Disampaikan oleh bapak JK pengaruh dari program SWALIBA di SMA N 2 Klaten tehadap sikap tanggap bencana sebagai berikut, “minimal pengenalan, penyadaran. Mengenalkan macam-macam bencana kemudian menyadarkan pentingnya tentang kebencanaan pada akhirnya ya kalau sudah menyadari bahayanya begitu kita sampaikan tentang mitigasi nya jadi kita meminimalisir resiko akibat bencana.” 27 Juli 2015 Berikut beberapa tanggapan siswa tetang beberapa perubahan sifat dan pola fikir setelah dilaksanakan beberapa program terkait SWALIBA: “Dengan diberikannya SWALIBA sangat bagus dan memberikan rasa aman karena telah diberi penyuluhan bagaimana cara penyelamatan diri jika terjadi bencana. Hal tersebut sangat membantu karena murid menjadi tidak was-was jika terjadi bencana atau dengan kata lain murid menjadi lebih siap menyelamatkan diri” 27 Juli 2015 “....dengan adaanya kegiatan simulasi gempa kita menjadi tau bagaimana cara melindungi diri jika terjadi gempa.” 28 Juli 2015 “...nantinya bisa menerapkan cara-cara mitigasi bencana apabila suatu saat terjadi bencana alam sehingga bis menjadi contoh masyarakat yang bisa tanggap bencana” 28 Juli 2015 Rata-rata siswa di SMA N 2 Klaten merasa dengan adanya simulasi bencana yang diadakan secara rutin oleh sekolah dapat menambah pengetahuan mereka tentang bagaimana cara penyelamatan diri jika terjadi bencana. Mereka juga menghindari hal-hal yang bisa menimbulkan bencana seperti kebakaran dan banjir. 98 Namun masih ada beberapa juga siswa yang acuh tak acuh, mereka tetap membuang sampah sembarangan. Ada juga siswa yang mengikuti workshop tapi tidak memperhatikan. Menurut pernyataan bapak JK ada juga beberapa murid yang tidak mengikuti kegiatan simulasi yang dirasa penting untuk diikuti seluruh warga sekolah sebagai sekolah siaga bencana.

C. Pembahasan Hasil Penelitian