23
Manajemen laba adalah campur tangan dalam proses pelaporan keuangan eksternal dengan tujuan untuk menguntungkan diri sendiri. Manajemen laba
merupakan salah satu faktor yang yang dapat mengurangi kredibilitas laporan keuangan, manajemen laba menambah bias dalam laporan keuangan dan dapat
mengganggu pemakai laporan keuangan yang mempercayai angka laba hasil rekayasa sebagai angka laba tanpa rekayasa Setiawati dan Na’im, 2000.
Dari beberapa definisi diatas dapat dikatakan bahwa manajemen laba merupakan usaha pihak manajemen yang disengaja untuk memanipulasi laporan
keuangan dengan menaikkan atau menurunkan laba yang akan dilaporkan dalam batasan yang diperbolehkan oleh prinsip-prinsip akuntansi dengan tujuan untuk
memberi informasi yang menyesatkan para pemakai laporan keuangan demi keuntungan pihak manajer.
2.3.2 Positive Accounting Theory PAT
Perilaku manajemen laba dapat dijelaskan melalui positive accounting theory. Ada tiga hipotesis utama dalam PAT yang biasanya digunakan untuk
mendeteksi adanya praktik manajemen laba seperti yang dirumuskan Watts dan Zimmerman 1986 dalam Halim, dkk 2005:119 yaitu:
a. The Bonus Plan Hypothesis
Pada perusahaan yang memiliki rencana pemberian bonus, manajer perusahaan akan lebih memilih metode akuntansi yang dapat menggeser laba
dari masa depan ke masa kini sehingga dapat menaikkan laba saat ini. Hal ini dikarenakan manajer lebih menyukai pemberian upah yang lebih tinggi di
24
masa kini. Dalam kontrak bonus dikenal dua istilah yaitu bogey tingkat laba terendah untuk mendapatkan bonus dan cap tingkat laba tertinggi. Jika laba
berada dibawah bogey, tidak ada bonus yang diperoleh manajer sedangkan jika berada diatas cap, manajer tidak akan mendapatkan bonus tambahan. Jika
laba bersih berada dibawah bogey, manajer cenderung memperkecil laba dengan harapan memperoleh bonus lebih besar pada periode berikutnya,
demikian juga bila laba berada diatas cap. Jadi jika hanya laba berada diantara bogey dan cap, manajer akan berusaha menaikkan laba bersih perusahaan.
b. The Debt to Equity Hypothesis Debt Covenant Hypothesis
Pada perusahaan yang mempunyai debt to equity tinggi, manajer perusahaan cenderung menggunakan metode akuntansi yang dapat
meningkatkan pendapatan atau laba. Perusahaan dengan debt to equity tinggi akan mengalami kesulitan dalam memperoleh dana tambahan dari pihak
kreditor bahkan perusahaan terancam melanggar perjanjian utang. c.
The Political Cost Hypothesis Pada perusahaan besar yang memiliki biaya politik tinggi, manajer
akan lebih memilih metode akuntansi yang menangguhkan laba yang dilaporkan dari periode sekarang ke periode masa mendatang sehingga dapat
memperkecil laba yang dilaporkan. Biaya politik muncul dikarenakan profitabilitas perusahaan yang tinggi dapat menarik perhatian media dan
konsumen.
25
2.3.3 Motivasi Manajemen Laba
Scott 2000:302 dalam Rahmawati, dkk 2006 mengemukakan beberapa motivasi yang mendasari pihak manajemen dalam perusahaan melakukan
tindakan manajemen laba, antara lain: a.
Bonus Purposes Rencana Bonus Manajer yang memiliki informasi atas laba bersih perusahaan akan
bertindak secara oportunistik untuk memaksimalkan bonus yang diterimanya. Melakukan manajemen laba dengan memaksimalkan laba saat ini.
b. Debt Covenant kontrak hutang jangka panjang
Kontrak hutang jangka panjang debt covenant merupakan perjanjian untuk melindungi pemberi pinjaman kreditur dari tindakan-tindakan manajer
terhadap kepentingan kreditur, seperti dividen yang berlebihan, pinjaman tambahan, atau membiarkan modal kerja dan kekayaan pemilik berada di
bawah tingkat yang telah ditentukan, yang semuanya menurunkan keamanan menaikkan resiko bagi kreditur yang telah ada.
Motivasi ini sejalan dengan hipotesis debt covenant dalam teori akuntansi positif yaitu semakin dekat suatu perusahaan ke pelanggaran
perjanjian hutang maka manajer akan cenderung memilih metode akuntansi yang dapat ”memindahkan” laba periode mendatang ke periode berjalan
sehingga dapat mengurangi kemungkinan perusahaan mengalami pelanggaran kontrak.
26
c. Political Motivations Motivasi Politik
Perusahaan-perusahaan kontrak dan industri strategis cenderung menurunkan laba untuk mengurangi visibilitasnya, khususnya selama periode
kemakmuran tinggi. Tindakan ini dilakukan untuk memperoleh kemudahan dan fasilitas dari pemerintah khususnya subsidi.
d. Taxation Motivations Motivasi Pajak
Pajak merupakan salah satu alasan utama mengapa perusahaan mengurangi laba yang dilaporkan. Dengan mengurangi laba yang dilaporkan,
dan memilih berbagai metode akuntansi maka perusahaan dapat meminimalkan besar pajak yang harus dibayarkan kepada pemerintah.
e. Pergantian Chief Executive Officer CEO
Beragam motivasi timbul di sekitar waktu pergantian CEO. Sebagai contoh, CEO yang akan habis masa tugasnya atau mendekati masa pensiun
akan melakukan strategi memaksimalkan laba untuk meningkatkan bonusnya. Demikian pula dengan CEO yang kinerjanya kurang baik akan cenderung
memaksimalkan laba untuk mencegah atau membatalkan pemecatannya. f.
Initial Public Offering Penawaran saham perdana Saat Perusahaan go public, informasi keuangan yang ada dalam
prospektus merupakan sumber informasi yang penting. Informasi ini dapat dipakai sebagai sinyal kepada calon investor tentang nilai perusahaan. Untuk
mempengaruhi keputusan calon investor maka manajer berusaha manaikkan laba yang dilaporkan.
27
g. Pentingnya Memberi Informasi Kepada Investor
Informasi mengenai kinerja perusahaan harus disampaikan kepada investor sehingga pelaporan laba perlu disajikan agar investor tetap menilai
bahwa perusahaan tersebut dalam kinerja yang baik. Ayres 1994 dalam Gumanti 2000, mengemukakan ada tiga faktor yang
bisa dikaitkan dengan munculnya praktek manajemen laba, yaitu: a.
Manajemen akrual accruals management Biasanya dikaitkan dengan segala aktivitas yang dapat mempengaruhi
aliran kas dan juga keuntungan secara pribadi merupakan wewenang dari para manajer managers’ discretion. Contoh: mempercepat atau menunda
pengakuan akan pendapatan revenues, menganggap sebagai ongkos beban biaya atau menganggap sebagai suatu tambahan investasi atas suatu biaya
amortize or capitalize of an investment, misalnya biaya perawatan aktiva tidak lancar, kerugian atau keuntungan atas penjualan akiva, dan perkiraan-
perkiraan akuntansi lainnya seperti beban piutang ragu- ragu dan perubahan metode- akuntansi.
b. Penerapan suatu kebijakan akuntansi yang wajib adoption of mandatory
accounting changes Penerapan suatu kebijakan akuntansi yang wajib yaitu antara
menerapkannya atau menundanya lebih awal sampai saat belakunya kebijakan tersebut.
28
c. Penerapan akuntansi secara sukarela voluntary accounting changes
Biasanya berkaitan dengan upaya manajer untuk mengganti atau merubah suatu metode akuntansi tertentu diantara sekian banyak metode yang
dapat dipilih yang tersedia dan diakui oleh badan akuntansi yang ada GAAP. Contoh merubah penilaian persediaan dari FIFO ke LIFO atau sebaliknya.
2.3.4 Tehnik Manajemen Laba