1
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Tujuan pendidikan adalah membentuk sumber daya manusia yang berkualitas tinggi yaitu manusia yang mampu menghadapi perkembangan
zaman. Tujuan pendidikan memuat gambaran tentang nilai-nilai yang baik, luhur, pantas, benar, dan indah untuk kehidupan. Karena itu tujuan pendidikan
memiliki dua fungsi yaitu memberikan arah kepada segenap kegiatan pendidikan dan merupakan sesuatu yang ingin dicapai oleh segenap kegiatan
pendidikan Tirtarahardja dan Sulo 2005:37. Melalui kegiatan pembelajaran, guru akan menyampaikan bahasan-
bahasan yang harus dikuasai oleh peserta didik, oleh karena itu kegiatan pembelajaran dapat dikatakan sebagai suatu proses yang kompleks. Dikatakan
kompleks karena kegiatan pembelajaran melibatkan berbagai aspek yang saling mempengaruhi satu dengan yang lainnya misalnya pokok bahasan dan peserta
didik. Pokok bahasan dan peserta didik merupakan bagian yang tidak dapat dipisahkan karena keduanya memilki hubungan yang erat dalam kesuksesan
pembelajaran. Oleh karena itu, untuk mencapai suatu pembelajaran yang tuntas maka keduanya perlu mendapat perhatian khusus. Terdapat berbagai perilaku
dan karakteristik peserta didik yang unik, yang akan dijumpai oleh guru dalam melaksanakan proses pembelajaran, sebagaimana dikemukakan oleh Irham M
dan Wiyani N.A 2013:260:
2 Ada siswa yang sangat aktif, rajin mencatat dan mengerjakan tugas,
sering bertanya, dan sebagainya. Namun, guru juga kadang menemui siswa yang sangat pasif, tidak pernah mengumpulkan tugas, membolos dan bentuk
perilaku lainnya seperti diam saja ketika ditanya oleh guru dan nilainya selalu rendah. Gejala-gejala siswa yang cenderung kurang baik dan kurang
mendukung proses belajar dan pembelajaran perlu mendapatkan perhatian khusus dari guru. Hal ini disebabkan, gejala-gejala yang dianggap kurang
baik dan tidak selayaknya dilakukan atau dialami oleh siswa, tetapi dilakukan atau dialaminya serta pencapaian prestasi belajar yang rendah
pada dasarnya menunjukkan adanya hambatan atau kesulitan belajar pada siswa yang bersangkutan. Misalnya, siswa tidak selayaknya takut mengikuti
proses pembelajaran, tetapi merasa takut maka hal ini menunjukkan kesulitan belajar.
Menurut Biggs dalam Sugihartono dkk 2007:81 pembelajaran dalam pengertian kualitatif berarti upaya guru untuk memudahkan kegiatan belajar
peserta didik. Dalam pengertian ini peran guru dalam pembelajaran tidak hanya menjejalkan pengetahuan kepada peserta didik, tetapi juga melibatkan peserta
didik dalam aktivitas belajar yang efektif dan efisien. Keberhasilan atau kegagalan peserta didik dalam belajar salah satunya ditentukan oleh prestasi
belajarnya. Hal ini dapat dilihat pada tingginya perolehan nilai ujian atau hasil evaluasi yang dicapai. Sebaliknya, peserta didik yang belum berhasil dan
mengalami kesulitan dalam belajar akan ditandai dengan rendahnya nilai ujian yang diperoleh.
Pelajaran Ekonomi di tingkat Sekolah Menengah Atas SMA bukanlah mata pelajaran yang asing di kalangan peserta didik. Pelajaran Ekonomi sendiri
telah diberikan kepada peserta didik di Sekolah Menengah Pertama SMP walaupun masih dalam lingkup yang sederhana. Pelajaran ekonomi kelas X
sebagian besar merupakan pengulangan materi pelajaran IPS di SMP sehingga dalam pemahamannya peserta didik tidak terlalu kesulitan.
3 Pelajaran ekonomi bukanlah mata pelajaran hafalan, namun pelajaran
yang menuntut kemampuan peserta didik untuk mengaitkan antara teori dengan realitas kehidupan, sehingga mereka dapat menerapkan pengetahuan
ekonomi secara kritis untuk mengatasi masalah-masalah ekonomi yang dihadapi sehari-hari. Berdasarkan Permendikbud No. 21 Tahun 2016 Tentang
Standart Isi Pendidikan Dasar dan Menengah, maka dapat diketahui dalam pembelajaran ekonomi di tingkat SMAMA program peminatan Ilmu
Pengetahuan Sosial IPS peserta didik akan dikenalkan dengan ruang lingkup mata pelajaran ekonomi, yakni :
1. Konsep dasar ilmu ekonomi, permasalahan ekonomi, pelaku ekonomi, permintaan dan penawaran , bank dan lembaga keuangan bukan bank,
konsep manajemen, badan usaha dan koperasi 2. Pembangunan ekonomi, pertumbuhan ekonomi, ketenagakerjaan,
pendapatan nasional, apbn dan apbd, pajak, inflasi, kebijakan moneter dan fiskal, perdagangan internasional dan kerjasama internasional.
3. Sistem informasi akuntansi, persamaan dasar akuntansi, siklus akuntansi perusahaan jasa dan perusahaan dagang.
Keseluruhan dari ruang lingkup di atas diberikan mulai jenjang kelas X hingga kelas XII dan setiap ruang lingkup memiliki ciri tersendiri dilihat dari
banyaknya materi yang harus di tuntaskan dan hubungan pokok bahasan terhadap kehidupan sehari-hari dari peserta didik. Belajar di sekolah tidak
senantiasa berhasil. Tidak sedikit peserta didik yang mengalami kegagalan dalam mencapai tujuan dalam belajar, di karenakan setiap ruang lingkup
memiliki tingkat kesukaran yang berbeda-beda bagi peserta didik.
4 Salah satu parameter yang digunakan untuk mengukur tingkat
penguasaan pengetahuan dan keterampilan peserta didik terhadap mata pelajaran adalah prestasi belajar yang umumnya ditunjukkan dalam bentuk
nilai. Prestasi belajar peserta didik yang terutama dinilai ialah aspek kognitifnya, karena berhubungan dengan tingkat pemahaman peserta didik
dalam proses kegiatan pembelajaran. Pada jenjang kelas X IPS semester gasal peserta didik diharapkan dapat menuntaskan beberapa pokok bahasan ekonomi,
yakni konsep dasar ilmu ekonomi, permasalahan ekonomi, pelaku ekonomi, permintaan dan penawaran. Prestasi belajar ekonomi ini dapat diperoleh
melalui pelaksanaan post test dengan tujuan guru memperoleh informasi seberapa banyak peserta didik dapat menguasai pelajaran. Dengan cara
evaluasi dapat diketahui seberapa banyak tingkat pemahaman peserta didik, dan dapat juga diketahui kesulitan belajar yang dialami peserta didik.
Berdasarkan data yang diperoleh dari SMA N 1 Sleman, perolehan nilai rata-rata ujian akhir semester UAS Ekonomi semester gasal di sekolah
tersebut sebesar 64,00, sedangkan perolehan nilai rata-rata SMA N 1 Godean sebesar 62,00. Dari 52 peserta didik SMA N 1 Sleman, perolehan nilai UAS
Ekonomi yang memenuhi kriteria ketuntasan minimal KKM hanya 4 peserta didik, begitupun dengan SMA N 1 Godean dari 63 peserta didik hanya 6
peserta didik yang nilai UAS Ekonominya memenuhi KKM.
5 Pengukuran hasil belajar dapat dilakukan melalui serangkaian evaluasi,
salah satunya melalui pelaksanaan ujian tengah semester UTS ataupun ujian akhir semester UAS. Berdasarkan data dokumentasi hasil pelaksanaan UAS
di atas, banyak peserta didik yang belum mencapai nilai KKM. Banyaknya peserta didik yang belum mencapai nilai KKM dapat disebabkan karena
peserta didik kurang konsentrasi, kurang memahami materi yang diajarkan atau menemui kesulitan-kesulitan yang lain selama mempelajari pelajaran ekonomi.
Menurut Suryabrata 2007:232 bahwa belajar itu membawa perubahan aktual maupun potensial, perubahan yang terjadi pada pokoknya didapatkannya
kecakapan baru dan perubahan tersebut terjadi karena usaha. Perolehan sesuatu yang baru merupakan hasil konstruksi pengalaman lamanya dengan
pengalaman baru, kemudian memodifikasi pengetahuan baru menjadi susunan baru yang lebih luas dan lebih dalam. Kegiatan belajar tidak selamanya
berhasil, didalamnya seringkali terdapat hal-hal yang mengakibatkan timbulnya kegagalan atau kesulitan belajar yang dialami oleh peserta didik dalam
memahami materi yang disampaikan, penyebabnya bisa berasal dari peserta didik itu sendiri, berasal dari guru, ataupun berasal dari bahan pelajaran. Tidak
semua kesulitan belajar disebabkan oleh oleh ketiga hal tersebut, terkadang penyebab utamanya bisa berasal hanya dari peserta didik atau hanya berasal
guru, bahkan hanya berasal dari materi pelajarannya. Tetapi tidak menutup kemungkinan kesulitan belajar yang dihadapi peserta didik merupakan
manifestasi dari ketiga faktor di atas.
6 Dalam hal ini peserta didik yang mengalami kesulitan belajar akan
mudah di ketahui melalui hasil prestasi belajar yang tidak sesuai harapan yang telah ditentukan oleh pihak sekolah. Masalah belajar merupakan masalah yang
sangat penting bagi peserta didik, kesulitan yang dialami peserta didik memerlukan bantuan dari berbagai pihak terutama dari guru. ACALD
Association for Children and Adulth with Learning Disabilities Abdurrahman 1996:6 menyatakan bahwa kesulitan belajar khusus adalah
suatu kondisi kronis yang diduga bersumber dari neurologis yang secara selektif mengganggu perkembangan, integrasi, danatau kemampuan
verbalnon-verbal. Di Indonesia belum ada definisi yang baku tentang kesulitan belajar. Para
guru umumnya memandang semua peserta didik yang memperoleh prestasi belajar rendah disebut peserta didik berkesulitan belajar. Dalam kondisi seperti
ini, kiranya dapat dipertimbangkan untuk mengadopsi definisi yang dikemukakan oleh ACALD untuk digunakan dalam dunia pendidikan di
Indonesia. Menurut Slameto 1994:54 bahwa dalam proses belajar mengajar ada banyak faktor yang mempengaruhi pencapaian nilai hasil belajar siswa,
baik yang berasal dari dalam diri siswa internal maupun dari lingkungan luar eksternal. Faktor internal terkait dengan kesehatan siswa, inteligensi,
perhatian, minat, bakat, motif, kematangan, kesiapan, dan faktor kelelahan, sementara faktor eksternal adalah faktor orang tua, faktor sekolah, faktor
masyarakat.
7 Mengingat bahwa peserta didik berkedudukan sebagai objek dalam
kegiatan pembelajaran, maka perlu diketahui faktor yang melatarbelakangi kesulitan belajar yang dialami peserta didik dalam mempelajari ekonomi. Oleh
karena itu, penulis tertarik untuk mengetahui seberapa besar faktor internal dan eksternal menjadi penyebab kesulitan belajar ekonomi peserta didik, sehingga
penulis memberi judul penelitian ini “Analisis Faktor Atas Faktor-Faktor Penyebab Kesulitan Belajar Ekonomi Peserta Didik Sekolah Menengah
Atas Negeri SMA N Kelas X IPS Semester Gasal di Kabupaten Sleman Tahun Ajaran 20162017”.
B. Identifikasi Masalah