Sumando Unsur-Unsur Kesenian Sikambang A. Bahasa Pesisir

Dua sajak diatas menceritakan suatu derita yang dialami oleh seseorang. Jika diperhatikan dengan seksama betapa kuatnya makna dari kedua pantun. Lihat pada pantun pertama baris 3 dan 4, menceritakan kesedihan seseorang karena kehilangan yang seorang yang dikasihi. Begitu juga pada pantun kedua baris 3 dan 4dimana dikatakan kalau sakit hati denga tawa saja diobati

E. Sumando

Sumando merupakan salah satu kesatuan ruang lingkup kebudayaan masyarakat pesisir di Kota Sibolga dan Kabupaten Tapanuli Tengah, sumando pesisir juga merupakan rangakaian dalam kebudayaan sikambang. Dalam hal ini menyangkut masalah adat penikahan yang ada pada masyarakat pesisir Kota Sibolga dan Kabupaten Tapanuli Tengah. Sumando ini banyak sedikitnya memang berbeda dengan adat masyarakat Batak Toba pada umumnya dimana terdapat ikatan kekeluargaan Dalihan Na Tolu sehingga dalam sebuah kumpulan masyarakat terkecil suku batak toba haruslah sekurang – kurangnya terdiri dari tinga marga, sehingga setiap marga ada yang berperan sebagai Dongan Tubu, ada yang berperan sebagai Hula-Hula dan ada yang berperan sebagai Boru. Anggota keluarga yang berasal dari satu keturunan marga yang terikat dengan satu keluarga besar disebut sebagai dongan tubu, golongan pria dari marga itu ketika sudah menikah dengan wanita yang bermarga lain sehingga terjalin hubungan dengan keluarga marga lain tersebut maka akan disebut sebagai hula-hula dan begitu juga sebaliknya jika golongan wanita dari marga itu menikah dengan pria dengan marga lain sehingga tarjalin hubungan keluarga marag ketiga ini maka akan dia akan disebut boru. Setiap marga secara simultan dalam masyarakat toba akan berperan sebagai dongan tubu, hula-hula dan boru. Universitas Sumatera Utara Bagi masyarakat batak yang masih memegang teguh dalihan na tolu menjadikannya suatu aturan dalam tatanan adat, sehingga baik sengaja maupun tidak sengaja akan dihadapkan pada sanksi adat. Hal ini karena, dalihan na tolu merupakan inti dasar kebudayaan batak yang menjadi acuan bagi kehidupan masyarakat batak. Bahkan terdapat suatu ungkapan bahwa apabila sekelompok orang batak meninggalkan dalihan na tolu, mereka dianggap hidup dalam lingkungan pinahan. Sistem dalihan na tolu ini masih dipengang teguh oleh masyarakat batak terutama masyarakat batao toba-silindung. Suku-suku batak lainnya seperti angkola, mandailing, dairi, karo simalungun dan pesisir, masih memegang sistem kekeluargaan ini dalam kadar yang berbeda-beda. Di pesisir misalnya, hubungan dongan tubu, hula-hula dan boru masih tetap dipertahankan, namun tidak lagi terlalu terikat pada sistem marga hal inilah yang disebut dalam masyarakat Pesisir Kota Sibolga dan Kabupaten Tapanuli Tengah sebagai sumando. Sumando pesisir merupakan suatu kesatuan dalam hal ini pertambahan dan pencampuranstu keluarga dengan keluarga lain yang seiman dengan ikatan tali pernikahan menurut hukum islam dan disahkan dengan memakai upacara adat pesisir. Orang sumando adalah seorang menantu atau abang ipar maupun adik ipar yang telah menjadi keluarga sendiri sehingga segala urusan kekeluargaan yang menyangkut baik dan buruk menjadi tanggung jawab bersama. Pandangan hidup dan ikatan adat istiadat masyarakat pesisir Kota Sibolga dan Kabupaten Tapanuli Tengah sangat kuat dan kekerabatan sumando merupakan jalur dalam menjembatani persaudaraan. Masyarakat pesisir sangat menghargai ikatan kekeluargaan. Itulah sebabnya, tidak ada satu keputusan adat pun yang ditempuh tampa melibatkan musyawarah semua anggota keluarga. Hal ini Universitas Sumatera Utara karena, orang sumando mempunyai motto: “ bulek ai dek di pambuluh, bulek kato dek mufakat. Dek saiyo mako sakato, dek sakato mangko sepakat” bulat air karena wadah, bulat kata karena mufakat. Karena se iya maka sekata, kerana sekata maka sepakat . Asal mulanya adat sumando berasal dari pulau poncan, karena permukiman masyarakat pesisir awalnya terebar di pulau-pulau sekitar teluk Sibolga. Selain Pulau Mursalah, Pulau Poncan juga ramai penduduknya. Dikisahkan oleh seorang pemuda Melayu Minangkabau mencintai seorang gadis boru batak yang tinggal di Pulau Poncan. Keduanya mempunyai adat yang berbeda, walau sama-sama menganut agama islam. Sang pemuda berhari-hari menunggu jemputan dari si pemudi karena menganut sistem matriniel, sedangkan si pemudi setiap waktu menanti pinangan dari sang pujaan karena menganut sitem adat yang bersifat patrineal. Ada penantian yang melelahkan dari masing- masing pihak yang tak kunjung tiba. Bahkan ketika langkah-langkah hendak melakukan pernikahan tidak dapat dilangsungkan, hai ini karena pemuda menganut adat Minangkabau. Akhirnya untuk mengatasi permasalahan adat ini diadakanlah musyawarah diantara orang tua kedua belah pihak guna mencari jalan keluar dari kesulitan teknis yang ada. Dikarenakan kedua belah pihak menganut sistem adat yang ketat dan tentu sulit bagi seseorang untuk mengalah penuh. Toleransi tercapai dengan mengendurkan beberapa ketegangan teknis adat dari kedua belah pihak. Atas permufakatan keluarga kedua belah pihak melahirkan ketentuan-ketentuan baru dengan melahirkan sebuah adat baru yang dikenal dengan sebutan sumando. Sumando merupakan campuran dari hukum islam, adat Universitas Sumatera Utara minangkabau dan adat batak. Hal-hal yang baik diterima dan yang tak sesuai dengan tata krama dan sikap hidup sehari-hari diabaikan. Adapun ketentuan-ketentuan sumando dari hasil permufakan tersebut antara lain: 1.Pernikahan dapat terjadi apabila pria meminang wanita terlebih dahulu dengan menyerahkan sejumlah uang atau barang. Uang atau barang disebut jinamu sebagai tanda pengikat, bahwa pada waktu tertentu akan dilangsungkan penikahan nantinya dengan melakukan ijab qabul di hadapan wali saksi. Adat sumado tidak mengenal tuhor atau jujuran seperti dalam pernikahan adat batak. 2.Tanggung jawab rumah tangga dan keluarga berada pada pihak pria. Anak yang dilahirkan memakai marga dari suku orang tua laki-laki. 3.Mengenai pembagian harta pusaka berlaku pribahasa berjenjang naik, bertanggaturun yang artinya jumlah pembagian harta pusaka yang diterima tergantung pada jauh dekatnya hubungan kekeluargaan, namun demikian harta pusaka tempat tinggal rumah di utamakan menjadi bagian hak wanita. 4.Apabila terjadi perceraian diantara suami istri maka suami meninggalkan rumah kediaman sedangkan istri tetap tinggal menempati rumah itu. Mengenai harta bawaan yang diperoleh selama pernikahan harta gono-gini ditentukan kemudian. Dengan perpindahan penduduk poncan ke Sibolga pada tahun 1880 23 23 A. Hamid Panggabean, op. Cit., hlm. 193 turut juga ikut pindah Raja Poncan , belanda memberikan jabatan kepada raja poncan sebagai datu pasar di Sibolga. Sebelumnya di Sibolga sudah terdapat peerintahan yang dibuat oleh Belanda, dimana suatu dearah dikepalai oleh seorang kuria. Maka untuk mempererat Universitas Sumatera Utara hubungan di Sibolga Putra Datuk Pasar dinikahkan dengan Putri Kuria Sibolga. Kepala kuria Sibolga menganut adat Batak, sedangkan Datuk Pasar menganut adat Minangkabau. Untuk melangsungkan pernikahan sebagaimana sebelumnya adat yang digunakan adalah adat sumando. Bukan adat Batak atau adat Minngakabau. Peraturan dalam adat pernikahan yang menyatukan masyarakat pesisir yaitu adat sumando, yang memiliki arti data besan berbesan dan telah disahkan oleh Resuden Conprus Belanda pada tanggal 1 Meret 1851 24 Suatu budaya yang tercipta atau yang terlahir jelas memiliki suatu tujuan, baik itu tujuannya berupa moral, aturan, hukum dan adat. Hal itu tidak terlepas dari pengertian budaya itu sendiri yakni merupakan suatu cara hidup yang berkembang dan dimiliki bersama oleh sebuah kelompok orang dan diwarikan dari generasi ke generasi. Budaya adalah suatu pola hidup yang menyeluruh dan bersifat kompleks, abstrak dan luas. Tujuan orang melakukan kegiatan seni sebagai langsung maupun antara. Dikatakan sasaran . Inilah yang kemudian berkembang ke seluruh daerah tapanuli tengah termasuk sibolga yang menjadi pusat pemerintahan saat itu. Istilah kata sumando berasal dari kata batak yakni kata suman yang berarti serupa atau sama, yang kemudian dalam pemakaian bahasa batak dipasuman-suman atau nadi pasuman-suman yang berarti disama-samakan atau yang disamakan. Kemudian kata suman ini menjadi sumando yang artinya hampir serupa atau hampir sama tetapi tidak sama dengan adat minangkabau dan adat batak.

2.5. Tujuan dari Budaya Sikambang