Kondisi Sosial, Budaya dan Agama

Barat Tapanuli. Sistem perdagangan yang digunakan dengan melakukan barter dengan hasil hutan dan pertanian orang-orang dari Silindung. Para etnik tersebut datang ke Pesisir Barat Tapanuli awalnya sebagai berdagang, akan tetapi mulai menetap. Bahkan ada yang telah melakukan perkawinan dengan penduduk yang ada di pesisir Barat Tapanuli. Inilah yang kemudian mempengaruhi budaya yang terdapat di pesisir Barat Tapanuli. Etnik – etnik yang terdapat di pesisir Barat Tapanuli antara lain: Minangkabau, Aceh, Batak, Cina, Tamil dan Melayu. Etnik minangkabau dan Batak sangat dominan di pesisir Barat Tapanuli, akan tetapi pengaruh Minangkabau lebih besar dari pengaruh Batak. Makanya tidak mengherankan bila bahasa sehari-hari yang dipergunakan di pesisir Barat Tapanuli hampir mirip dengan bahasa yang digunakan oleh etnik Minangkabau. Tabel 3.1 Jumlah Penduduk Pesisir Barat Tapanuli 16 Tahun 1990 2000 Kota Sibolga 71. 895 82. 310 Tapanuli Tengah 323. 563 244. 679

2.3 Kondisi Sosial, Budaya dan Agama

Penduduk yang ada di pesisir barat tapanuli, khususnya kota sibolga dan kabupaten tapanuli tengah adalah etnik pesisir. Etnik sibolga tapanuli tengah merupakan salah satu kelompok masyarakat yang awal keberadaanya sebagai suatu etnik di pesisir pantai barat sumatera utara, dimana kelompok masyarakatnya memiliki sejarah yang 16 Http:www.sumut.bps.go.id.html Universitas Sumatera Utara panjanga sebagai suatu etnik tersendiri yaitu etnik pesisir. Sejarah yang panjang sebagai suatu etnik adalah dimana awal keberadaan dan terbentuknya etnik ini tidaklah terjadi begitu saja, melainkan telah melalui beberapa situasi dan kejadian tertentu seperti : kelahiran, kematian, penjajahan, perang, kejadian bencana alam dan perpindahan penduduk. Salah satunya terjadinya peperangan antara aceh dengan kelompok masyarakat batak pada tahun 1523 sehingga banyak penduduk yang membuka permukiman baru kewilayah barat pesisir tapanuli. Hal tersebut menyebkan masyarakat batak dari silindung menyebar kewilayah barat sumatera utara. Salah satunya dari marga hutagalung yakni ompu Datu harimjom hutagalung. Marga ini membuka perkampungan disekitar aek doras yang mana kemudian berkembang dan membentuk kelompok masyarakat yang terstruktur dan di pimpin oleh kepala kampung Raja. Lambat laun keadaan daerah terus menerus berkembang, terdapat juga kelompok masyarakat dari luar daerah seperti etnik mandailing, angkola dan minang. Tiga kelompok masyarakat tersebut menyebar kepesisir barat tapanuli selain dari factor perdagangan juga karena peperangan bonjol yang terjadi pada tahun 1700 yang dipimpin oleh tuanku Iman bonjol. Dalam perkembangannya kelompok masyarakat tersebut kemudian menyesuaikan kebudayaannya masing-masing yang memiliki persamaan dan perbedaan yang telah dibandingkan untuk membentuk suatu etnik dan pemeliharaan batas-batas kesamaan yang ada pada dua atau lebih dari kelompok masyarakat tersebut, kemudian atas kesepakatan Universitas Sumatera Utara bersama disatukan yang kemudian menjadi etnik, inilah kemudian yang menjadi etnik pesisir sampai sekarang. Beberapa kelompok masyarakat yang terdapat di pesisir barat tapanuli masih tetap mempertahankan etniknya sendiri, karena tidak ingin disebut sebagai etnik pesisir. Masing-masing etnik memiliki budaya, bahasa, serta adatistiadat yang berbeda. Untuk menjaga keharmonisan hubungan antar etnik dan antar tradisi yang berbeda-beda itu maka dibentukalah Forum Komunikasi Lembaga Antar Adat FORKALA. Lembaga ini yang menjadi mediasi bila terjadi permasalahan-permasalahan etnik yang terdapat di Pesisir Barat Tapanuli. Selain lembaga tersebut juga terdapat lembaga-lembaga lain yang besifat kesukuan, seperti : Pagaruyuban Masyarakat Minangkabau Sibolga Tapanuli Tengah, Himpunan Masyarakat Aceh Singkil Sibolga Tapanuli Tengah, Himpunan Masyarakat Tionghoa Kota Sibolga dan Pujakusuma Kota Sibolga. Selain kesenian Sikambang juga terdapat budaya-budaya lain. Kebudayaan itu merupakan budaya asli yang dibawa oleh etnik-etnik yang terdapat di Pesisir Barat Tapanuli. Salah satu contohnya kesenian wayang dan kuda lumping yang dimiliki Pujakusuma Kota Sibolga, tari piring dari etnik Minangkabau dan kesenian naga dari etnik Tionghoa Kota Sibolga Tapanuli Tengah yang kadang ditampilkan pada hari besar etnik Tionghoa. Karena banyaknya budaya dan bahasa yang terdapat di Pesisir Barat Sumatera sehingga disebut dengan Negeri Berbilang Kaum. Sistem kepercayaan yang terdapat di Pasisir Barat Tapanuli tidak jauh berbedah dengan sistem kepercayaan yang terdapat pada wilayah Sumatera Utara. Sebelum agama Islam menyebar di Pesisir Barat Tapanuli, masyarakat Tapanuli telah mengenal sistem Universitas Sumatera Utara kepercayaan dinamisme. Kepercayaan dinamisme yaitu suatu kepercayaan pada roh nenek monyang yang telah meninggal dan masih kekal bersama-sama di bumi ini untuk memperhatikan anak cucu keturunan mereka yang masih hidup. Roh nenek monyang ini perlu dijaga dan dijamu diberi makan dan persembahan agar mereka gembira dan membantu keturunan mereka ketika ditimpa kesusahan. Akan tetapi untuk sekarang agama Islam lebih dominan kita jumpai diikuti agama Kristen Protestan, Kristen Katolik dan Budha. Walaupun zaman sudah moderen kepercayaan pada roh nenek monyang masih ada kita jumpai salah satunya masih ada masyarakat Pesisir Barat Tapanuli yang percaya pada tarsapo 17 Kesenian Sikambang berasal dari nama seorang dayang Putri Rundu yang bernama Sikambang Bandahari. Secara umum masyarakat Pesisir Sibolga Tapanuli