Perkembangan musik telah menjamur bagaikan kacang goreng yang laris manis di pasaran. Demam bermusik juga melanda Kota Sibolga dan Tapanuli Tengah. Dipesisir
barat tapanuli ini sebagaimana telah disinggung diatas, juga terdapat mode dan aliran musik yang berkembang yang mengikuti arus globalisasi. Hal itu, disesuaikan dengan
kostum yang digunakan saat pegelaran festival musik di Tapanuli Tengah maupun di Kota Sibolga. Maraknya aliran musik yang berkembang di Pesisir Barat Tapanuli
semakin menjauhkan kita akan musik dan budaya sendiri. Betapa hal ini, tragis akan perkembangan budaya tradisional kit sendiri. Disini saya ingin membahas sedikit tentang
band-band yang berkembang di Kota Sibolga dan Tapanuli Tengah. Adapun nama-nama band yang ada di Kota Sibolga dan Tapanuli Tengah antara lain:ZENITH, GHOST
BUSTER, PANCA NADA , AREA 16, KHATULISTIWA, DEWI 5, GARUDA, WHITE DEVIL, ATHREEJE, DIMENSI, NORMAL 180, SAKAI, TERITORY,
LASKAR 14, GEMBEL BERDASI, TRISTAN dan LITTLE WARRIOR
26
3.2.3 Berkurangnya Minat Masyarakat
.
Dalam kehidupan sehari-hari, kita mengartikan kebudayaan sebagai peninggalan sejarah yang bersifat tradisional. Paninggalan sejarah kebudayaanseperti tarian daerah,
alat musik daerah, senjata tradisional, bahasa daerah, dan lain sebagainya. Di negara kita, hampir setiap propinsi memilki kebudayaan tradisionalnya sendiri. Oleh sebab itu negara
kita dijuluki negara yang kaya akan budaya. Akan tetapi, bila tidak dijaga dan dilestarikan serta dipelajari keberadaan budaya itu sendiri lambat laun akan hilang dari
26
Lihat http:www.band-band sibolga.html
Universitas Sumatera Utara
ingatan generasi-generasi penerus. Derasnya arus globalisasi telah merasuk pada sendi- sendi budaya kita sendiri. Masyarakat kita sendiri lebih menyukai apa yang disajikan oleh
budaya barat.
Di era globalisasi ini kita tidak mengenal lagi perang dunia, akan tetapi perang budaya dan teknologi. Kondisi ini akan sangat mempengaruhi pada perkembangan musik
dan budaya tradisional khususnya di pesisir barat Tapanuli. Perkembangan musik modern pada mesyarakat pesisir Tapanuli tidak terlepas dari globalisasi budaya yang sudah
dikomsumsi oleh remaja dan pemuda di Sibolga dan Tapanuli tengah. Keberadaan budaya sikambang hanya beberapa yang mengetahuinya. Kebanyakan masyarakat pesisir
Tapanuli lebih tertarik pada musik modern, hal ini karena masyarakat pesisir menganggap musik modern lebih efisien dan lebih maju. Musik sikambang untuk
sekarang keberadaannya sudah kritis diingatan para remaja dan pemuda di Sibolga dan Tapanuli Tengah. Hal itu karena, minimnya selera masyarakat untuk mempelajari dan
melestarikan kesenian sikambang.
Melihat kondisi yang seperti ini menjadi tanggung jawab bersama, pemerintah, pemimpin adat pesisir dan masyarakat Sibolga dan Tapanuli Tengah untuk menjaga dan
melestarikan budaya sikambang. Sebagaimana kasus-kasus sebelumnya, dimana budaya kita secara terang-terangan dicuri dan diklem sebagai budaya mereka. Seperti kasus yang
baru ini dimana malaysia mengklem alat musik gondang sembilan Mandailing Natal dan tarian tor-tor Tapanuli Utara adalah budaya yang dimiliki malaysia. Hal yang
Universitas Sumatera Utara
serupa jangan sampai lagi terjadi bangsa asing mengklem sikambang itu adalah milik mereka. Sikambang adalah milik masyarakat pesisir barat Tapanuli yang telah diturunkan
dari generasi terdahulu.
3.2.4 Efisiensi