Aspek Sosial Pada Self-Regulated Learning Social Aspect of

54 mengembangkan self-regulated learning SRL untuk mencapai tujuan akdemik, yaitu hasil belajar yang baik dan prestasi yang tinggi di sekolah.

7. Aspek Sosial Pada Self-Regulated Learning Social Aspect of

SRL Kemampuan mengatur diri dalam belajar atau self-regulated learning SRL awalnya berkembang pada sumber-sumber sosial dan bergeser pada sumber-sumber diri individu secra bertahap. Perkembangan kemampuan SRL siswa berdasarkan sumber- sumber sosial lebih ditekankan pada pembelajaran observasional melalui pemodelan Schunk dan Zimmerman, 1997. Pendapat ditersebut ditambahkan bahwa, perkembangan individu dimulai dari sistem lingkungan yang terdekat hingga sistem lingkungan yang cukup jauh dari individu. Kondisi individu berinteraksi secara lebih intensif dengan lingkungan yang terdekat adalah berasal dari keluarga, teman sekolah, tetangga dan guru sekolah Bronfenbrenner, dalam Santrock, 2006. Dengan demikian, pada interaksi sosial atau lingkungan, individu akan melakukan pengamatan observational langsung melalui model. Banyak siswa yang menjadi imbas tentang strategi mengatur diri dengan memperhatikan model observational level, sebagian besar dari mereka akan merasakan diuntungkan dari penerapan strategi nyata yang membantu menngabungkannya ke dalam diri mereka. 55 Contohnya, jika model guru melakukan penyesuain dalam tugas mengajarnya dan menyediakan bimbingan, umpan balik dan dukungan sosial, maka hal itu dapat meningkatkan ketepatan para siswa dalam menirukan tingkah laku baik kognitif, motorik dan sosial. Zimmerman dan Schunk, dalam Muhammad Nur Wangid, 2013: 265. Dalam penelitian ini, metode peer tutoring digunakan untuk upaya meningkatkan self-regulated learning SRL. Menurut Udin S. Winaputra 1999: 38 peer tutoring merupakan kerangka kegiatan belajar siswa dengan memanfaatkan teman sekelasnya yang memiliki kemampuan lebih untuk membantu temannya dalam melakukan sesuatu kegiatan atau memahami suatu konsep. Proses peer tutoring ini berdasarkan instruksi dan pengamatan langsung yang dilakukan oleh guru mata pelajaran dalam menggunakan metode pembelajarn yang lebih fariative. Guru model menunjuk sebagian siswa untuk untuk menjadi tutor, tutor tersebut diberikan arahan atau dilatih tentang cara menyampaikan materi pada siswa lain. Setelah paham akan intruksi dari guru dan menguasai materi, siswa sebagi tutor model selanjutnya menampilkan keterampilan yang telah dikuasai kepada teman anggota kelompok. Dengan mengamati siswa yang berperan sebagai tutor model, siswa yang menjadi anggota termotivasi 56 menirukan tingkah laku tersebut. Dengan demikian SRL pada siswa dapat meningkat.

D. KAJIAN REMAJA

1. Pengertian Remaja

Remaja atau adolescene berasal dari kata Latin adolescere kata bendanya, adolescentia yang berarti remaja yang berarti‖tumbuh‖ atau kembang menjadi dewasa. Awal remaja berlangsung kira-kira dari 13 tahun sampai 16 tahun atau 17 tahun samapi 18 tahun dan akhir masa remaja bermula dari usia 16 atau 17 tahun sampai 18 tahun, yaitu usia matang secara hokum Hurlock, 1991: 206. Sedangkan menurut Santrock 2007: 20 masa remaja adolescene sebagai periode transisi perkembangan antara masa kanak-kanak dengan masa dewasa, yang melibatkan perubahan-perubahan biologis, kognitif, dan sosioemosional. Menurut Papalia dan Olds dalam Yudrik Jahja, 2011 masa remaja adalah masa masa transisi perkembangan antara masa anak-anak dan dewasa yang pada umumnya dimulai pada usia 12 atau 13 tahun dan berakhir pada usia akhir belasan tahun atau awal dua puluhan tahun. Dari beberapa pengertian remaja, dapat disimpulkan bahwa remaja adalah individu yang berada pada masa transisi perkembangan antara masa anak-anak dan dewasa yang melibatkan perubahan biologis,