139 melibatkan diri dalam klub-klub dan berbagai aktivitas ekstrakurikuler.
TT dan NA tidak mengikuti klub-klub dan ekstrakurikuler, sehingga dapat dinyatakan pada hal ini TT dan NA memiliki kecerdasan
interpersonal yang dominan. TT dan NA hanya mengikuti ekstrakurikuler wajib yaitu pramuka, namun juga keduanya jarang
mengikuti ekstrakurikuler tersebut.
b. Bertanggungjawab dalam kelompok
Berdasarkan hasil observasi, wawancara dan studi dokumentasi TT dan NA sejak kelas 1 belum pernah menjadi ketua kelas ataupun ketua
kelompok. Postur TT yang besar tidak menjadi nilai tambah bagi untuk menjadikannya sebagai ketua kelas. Berdasarkan penuturan guru TT
dan NA merasa takut jika dicalonkan menjadi seorang pemimpin dengan alasan menjadi ketua kelas itu harus seperti ini dan harus seperti
itu. TT dan NA masih tergantung kepada orang lain sehingga tidak berani untuk menjadi ketua kelas maupun ketua kelompok. Hal ini
sesuai dengan pendapat G. Lokanadha Reddy, dkk 2006: 64-66 yang menjelaskan bahwa siswa lamban belajar slow learner memiliki
masalah emosional mereka lebih tergantung pada orang lain dan memiliki tanggungjawab yang lebih sedikit. TT dan NA masih
tergantung kepada orang lain sehingga tidak berani untuk menjadi ketua kelas maupun ketua kelompok. Hasil dari wawancara menambahkan TT
dan NA takut ketika sudah menjadi ketua kelas nanti, sehingga dapat dinyatakan tanggung jawab yang dimiliki kurang. Lebih lanjut
140 ketakutan TT dan NA untuk menjadi ketua kelas ataupun ketua
kelompok tidak sejalan dengan pendapat di atas Munif Chatib 2011: 137 menyatakan bahwa kompetensi yang ingin dicapai dalam
kecerdasan interpersonal salah satunya adalah kompetensi untuk memimpin. TT dan NA tidak pernah dipilih atau bahkan mencalonkan
diri. Alasan TT dan NA yang takut apabila menjadi ketua kelas memiliki tanggung jawab yang besar karena harus melakukan hal ini
dan itu, sehingga dapat dinyatakan bahwa TT dan NA tidak memiliki kecerdasan interpersonal pada indikator bertanggung jawab dalam
kelompok.
c. Mampu Berkompromi
Pada indikator mampu berkompromi, peneliti melihat dari beberapa sub indikator yaitu mempunyai dua atau lebih teman yang
akrab, senang bermain games interaktif dengan orang lain, mengingatkan teman yang berbuat gaduh, memiliki banyak teman dan
terkenal di kalangan teman-temannya. TT dan NA tampak tidak memiliki teman yang akrab. TT lebih
sering terlihat bersama dengan NA begitu pula dengan NA lebih sering terlihat bersama dengan TT. Walaupun terkadang terdapat beberapa
teman lain yang dekat dengan NA. TT sering sekali berinteraksi dengan teman, tetapi tidak semua teman dapat menerima TT dengan alasan TT
nakal. Selain itu TT pernah ditertawakan karena terlalu banyak bertanya kepada guru. Ketika pelajaran seni musik tidak ada yang mau
141 berpasangan dengan TT. Hal ini sesuai dengan pendapat G. Lokanadha
Reddy, dkk 2006: 64-66 yang menjelaskan kebanyakan siswa lamban belajar slow learner tidak punya teman atau dikucilkan karena mereka
tidak memiliki keterampilan untuk berbaur dengan yang lain. Siswa yang dikucilkan dapat menggunakan cara-cara yang tidak baik untuk
menarik perhatian dan untuk mendapatkan penerimaan dari teman lainnya. TT memang menggunakan cara-cara yang tidak baik untuk
mendapatkan perhatian dari teman-temannya sehingga TT nakal dan terkadang dijauhi. Berbeda dengan NA yang diam dan cenderung
pemalu. Senada dengan Nani Triani dan Amir 2013:13 yang menjelaskan bahwa permasalahan yang berkaitan dengan siswa slow
learner salah satunya peserta didik tersebut cenderung pemalu kemudian menarik diri dari lingkungan sosial.
Walaupun TT cenderung nakal dan NA cenderung pendiam, karakteristik anak sekolah dasar pada usia tersebut tentu tidak jauh dari
bermain. TT memang dijauhi tetapi tidak menjadi halangan bagi TT untuk bermain, justru TT yang mengajak teman yang lain. TT juga
pernah membuat lelucon sehingga ditertawakan oleh teman yang lain. Senada dengan Nani Triani dan Amir 2013:13 menjelaskan bahwa
karakteristik siswa slow learner pada aspek sosial terlihat menunjukkan sifat humor. Sifat humor yang ada biasanya hanya sebagai penghibur
diri ketika muncul perasaan terasingkan. TT membuat teman yang lain tertawa dengan lelucon yang dibuatnya. Berbeda dengan NA yang
142 cenderung diam, NA memang ada dekat dengan tempat bermain,
namun NA hanya melihat tidak terlibat secara aktif. Hal ini sesuai dengan pendapat Nani Triani dan Amir 2013:13 menjelaskan bahwa
siswa slow learner cenderung pemalu kemudian menarik diri dari lingkungan sosial.
Walaupun TT cenderung nakal dan NA cenderung pendiam, karakteristik anak sekolah dasar pada usia tersebut tentu tidak jauh dari
bermain. TT memang dijauhi tetapi tidak menjadi halangan bagi TT untuk bermain, TT yang mengajak teman yang lain. TT pernah
membuat lelucon sehingga ditertawakan oleh teman yang lain. Sifat humor yang ada biasanya hanya sebagai penghibur diri ketika muncul
perasaan terasingkan. TT membuat teman yang lain tertawa dengan lelucon yang dibuatnya. Hal ini sesuai dengan pendapat Nani Triani dan
Amir 2013:10 menyatakan karakteristik siswa slow learner terlihat menunjukkan sifat humor. Sifat humor yang ada biasanya hanya
sebagai penghibur diri ketika muncul perasaan terasingkan. Berbeda dengan NA yang cenderung diam, NA memang ada dekat dengan
tempat bermain, namun NA hanya melihat tidak terlibat secara aktif. Hal ini sesuai dengan pendapat Nani Triani dan Amir 2013:10
menyatakan karakteristik siswa slow learner dalam bersosialisasi kurang baik. Peran yang sering dilakukan cenderung menjadi pemain
pasif, penonton atau bahkan sampai menarik diri.
143 TT berdasarkan hasil observasi, wawancara dan studi dokumentasi
menjadi siswa yang berbuat gaduh. Ketika pembelajaran sedang berlangsung, TT berbicara dengan temannya terkadang apabila ada
tugas yang harus dikerjakan TT berjalan-jalan di kelas mengganggu teman lain yang sedang mengerjakan. Seringkali TT yang diingatkan
baik oleh guru maupun teman. Hal ini sesuai dengan pendapat Nani Triani dan Amir 2013:10 menyatakan bahwa karena perkembangan
kognitif yang terbatas, siswa slow learner mengetahui aturan yang berlaku namun tidak memahami tujuan dari peraturan tersebut sehingga
terkadang terlihat tidak patuh atau melanggar peraturan. Hal ini dikarenakan kemampuan memori yang terbatas. Tidak jauh berbeda
dengan TT, NA sering diingatkan, tetapi bukan karena NA yang berbuat gaduh, biasanya NA diajak oleh TT untuk berbicara atau
mengikuti apa yang TT mau, sehingga diingatkan guru. NA terlihat mudah terpengaruh oleh TT. Sejalan dengan Slamet Anantaputro dan
Usa Sutisna 1984: 51-52 menjelaskan karakteristik anak lamban belajar slow learner salah satunya, tidak mempunyai pendirian yang
kuat sehingga mudah dipengaruhi orang lain atau lingkungannya. Seperti yang telah tertulis sebelumnya, TT lebih sering terlihat
bersama dengan NA. Sedangkan dengan teman yang lain hanya sebatas teman permainan. TT dan NA tentu memiliki banyak teman, setiap
istirahat TT dan NA terlihat bermain bersama, walaupun hanya TT yang aktif dan NA menjadi pasif.
144 Teman-teman TT dan NA tidak mengetahui bahwa teman
sekelasnya adalah ABK dengan kategori slow learner. Teman yang lain hanya menyebut TT dan NA termasuk siswa yang kurang pintar di
kelas. Berdasarkan observasi, wawancara dan studi dokumentasi TT lebih terkenal dibandingkan dengan NA. Namun TT terkenal karena
sikap jahil, nakal dan sikap lain yang buruk.
d. Mengatasi Konflik