b
3
b = Dosis salah
4
Konstanta sebesar 0,306 menyatakan bahwa jika tidak ada kejadian DRP kategori obat tanpa indikasi, dosis salah, dan interaksi obat, maka kematian pasien
meningkat sebesar 0,306. = Interaksi obat
Koefisien regresi b
1
sebesar 0,694 menyatakan bahwa setiap penambahan karena tanda + satu kejadian indikasi tanpa obat maka kematian pasien akan
meningkat sebesar 0,694. Koefisien regresi b
2
sebesar 0,389 menyatakan bahwa setiap penambahan karena tanda + satu kejadian obat tanpa indikasi maka
kematian pasien akan meningkat sebesar 0,389. Koefisien regresi b
3
sebesar 0,194 menyatakan bahwa setiap penambahan karena tanda + satu kejadian dosis salah
maka akan meningkatkan kematian pasien sebesar 0,194. Koefisien regresi b
4
Berdasarkan uraian di atas semakin besar nilai koefisien variabel bebas maka semakin besar korelasinya terhadap peningkatan kematian pasien. Semakin kecil
nilai koefisien variabel bebas maka semakin besar korelasinya terhadap peningkatan kematian pasien. Nilai koefisien indikasi tanpa obat 0,694
merupakan nilai koefisien yang paling besar, sehingga DRP yang berkorelasi paling besar terhadap kematian pasien pada periode Oktober-Desember 2010
berturut-turut adalah indikasi tanpa obat, dosis salah, obat tanpa indikasi, dan interaksi obat.
sebesar -0,083 menyatakan bahwa setiap pengurangan karena tanda - satu kejadian interaksi obat maka akan terjadi penurunan kematian pasien sebesar -
0,083.
4.5.2 Korelasi DRP Terhadap Lama Rawat Pasien Periode Oktober- Desember 2010
Universitas Sumatera Utara
Berdasarkan hasil analisis Regression Linier dengan program SPSS versi 17.0 menunjukkan bahwa kejadian DRP kategori indikasi tanpa obat, obat tanpa
indikasi, dosis salah, dan interaksi obat mempunyai korelasi yang lemah R square = 0,313 terhadap lama rawat pasien. R square dapat disebut koefisien
determinasi, yang dalam hal ini berarti hanya 31,30 lama rawat pasien dapat dijelaskan oleh DRP yang terjadi. Sedangkan sisanya 100 - 31,30 = 69,70
dijelaskan oleh sebab-sebab yang lain. R square berkisar antara 0 sampai 1, dengan catatan semakin kecil nilai R square semakin lemah hubungan antar
variabel Santoso, 2001.
Tabel 3.12 Hasil analisis regresi linier DRP terhadap lama rawat pasien periode
Oktober-Desember 2010 dengan program SPSS versi 17.0
Model Summary
b
Model R
R Square Adjusted R
Square Std. Error of the Estimate
1 .560
a
.313 .203
5.165 a. Predictors: Constant, interaksi obat, obat tanpa indikasi, indikasi tanpa obat,
dosis salah b. Dependent Variable: Lama rawat
Coefficients
a
Model Unstandardized
Coefficients Standardize
d Coefficients
t Sig.
B Std. Error
Beta 1
Constant 4.833
1.610 3.001
.006 Indikasi Tanpa
Obat 6.167
5.410 .195
1.140 .265
Obat Tanpa Indikasi
-1.542 3.221
-.081 -.479
.636 Dosis Salah
-2.333 3.991
-.102 -.585
.564 Interaksi Obat
5.125 1.826
.503 2.807
.010 a. Dependent Variable: Lama rawat
Universitas Sumatera Utara
Berdasarkan Tabel 3.12 halaman 62 dapat diketahui persamaan regresinya adalah Y = 4,833 + 6,167 b
1
– 1,542b
2
– 2,333b
3
+ 5,125 b Dimana:
4
Y = Lama Rawat
b
1
b = Indikasi tanpa obat
2
b = Obat tanpa indikasi
3
b = Dosis salah
4
Konstanta sebesar 4,833 menyatakan bahwa jika tidak ada kejadian DRP kategori obat tanpa indikasi, dosis salah, dan interaksi obat, maka lama rawat
pasien akan meningkat sebesar 4,833. = Interaksi obat
Koefisien regresi b
1
sebesar 6,167 menyatakan bahwa setiap penambahan karena tanda + satu kejadian indikasi tanpa obat maka lama rawat pasien akan
meningkat sebesar 6,167. Koefisien regresi b
2
sebesar 1,542 menyatakan bahwa setiap pengurangan karena tanda - satu kejadian obat tanpa indikasi maka lama
rawat pasien akan menurun sebesar 1,542. Koefisien regresi b
3
sebesar 2,333 menyatakan bahwa setiap setiap pengurangan karena tanda - satu kejadian dosis
salah maka akan lama rawat pasien akan menurun sebesar 2,333. Koefisien regresi b
4
Berdasarkan uraian di atas semakin besar nilai koefisien variabel bebas maka semakin besar korelasinya terhadap peningkatan lama rawat pasien. Semakin kecil
nilai koefisien variabel bebas maka semakin besar korelasinya terhadap sebesar 5,125 menyatakan bahwa setiap penambahan karena tanda + satu
kejadian interaksi obat maka akan terjadi peningkatan lama rawat pasien sebesar 5,125.
Universitas Sumatera Utara
peningkatan lama rawat pasien. Nilai koefisien indikasi tanpa obat 6,167 merupakan nilai koefisien yang paling besar, sehingga DRP yang berkorelasi
paling besar terhadap kematian pasien pada periode Oktober-Desember 2010 berturut-turut adalah indikasi tanpa obat, interaksi obat, obat tanpa indikasi, dan
dosis salah.
4.5.3 Korelasi DRP Terhadap Kematian Pasien Periode Januari-Maret 2011