Korelasi DRP Terhadap Kematian Pasien Periode Oktober-Desember 2010

pasien sebanyak 6 pasien 14,29 dengan karakteristik perempuan 9,52; kelompok usia 18-65 tahun 14,29; dan mendapatkan terapi kombinasi ≥ 2 antibiotika 11,90. Sedangkan untuk lama rawat pasien laki-laki 13,05 hari; SD 8,74; kelompok usia 18-65 tahun 12,65 hari; SD 7,54; mendapatkan terapi kombinasi ≥ 2 antibiotika 13,00 hari; SD 8,71. Hal ini berbeda dengan hasil penelitian yang dilakukan Sajinadiyasa tahun 2011 dimana dari 75 pasien, yang mendapatkan monoterapi antibiotika 14,08 hari mempunyai lama perawatan yang lebih lama dibandingkan dengan yang mendapatkan dual terapi 8,58 hari. Tingkat kematian yang lebih tinggi pada pasien yang mendapatkan monoterapi 30,00 antibiotika dibandingkan dengan terapi kombinasi 20,00. Dari 75 sampel yang diteliti juga diperoleh hasil bahwa lama perawatan pasien kelompok usia 60 tahun 10,72 hari lebih lama dibandingkan dengan kelompok usia ≥ 60 tahun 9,69 hari. Tingkat kematian pasien pada kelompok usia 60 tahun 12,5 adalah lebih kecil dibandingkan dengan kelompok usia ≥ 60 tahun 34,28. 3.5 Korelasi Kejadian DRP Terhadap Outcomes Pada Periode Oktober- Desember 2010 dan Periode Januari-Maret 2011

3.5.1 Korelasi DRP Terhadap Kematian Pasien Periode Oktober-Desember 2010

Berdasarkan hasil analisis Regression Linier dengan program SPSS versi 17.0 menunjukkan bahwa kejadian DRP kategori indikasi tanpa obat, obat tanpa indikasi, dosis salah, dan interaksi obat mempunyai korelasi yang lemah R square = 0,158 terhadap kematian pasien. R square dapat disebut koefisien determinasi, yang dalam hal ini berarti hanya 15,80 kematian pasien dapat dijelaskan oleh DRP yang terjadi. Sedangkan selebihnya 100 - 15,80 = Universitas Sumatera Utara 84,20 dijelaskan oleh sebab-sebab yang lain. R square berkisar antara 0 sampai 1, dengan catatan semakin kecil nilai R square semakin lemah hubungan antara variabel Santoso, 2001. Tabel 3.11 Hasil analisis regresi linier DRP terhadap kematian pasien periode Oktober-Desember 2010 dengan program SPSS versi 17.0 Model Summary b Model R R Square Adjusted R Square Std. Error of the Estimate 1 .398 a .158 .024 .474 a. Predictors: constant, interaksi obat, obat tanpa indikasi, indikasi tanpa obat, dosis salah b. Dependent Variable: Kematian Coefficients a Model Unstandardized Coefficients Standardize d Coefficients t Sig. B Std. Error Beta 1 Constant .306 .148 2.068 .049 Indikasi Tanpa Obat .694 .496 .264 1.399 .174 Obat Tanpa Indikasi .389 .295 .247 1.316 .200 Dosis Salah .194 .366 .103 .531 .600 Interaksi Obat -.083 .167 -.099 -.498 .623 a. Dependent Variable: Kematian Berdasarkan Tabel 3.11 dapat diketahui persamaan regresinya adalah Y = 0,306 + 0,694 b 1 + 0,389 b 2 + 0,194b 3 - 0,083 b Dimana: 4 Y = Kematian b 1 b = Indikasi tanpa obat 2 = Obat tanpa indikasi Universitas Sumatera Utara b 3 b = Dosis salah 4 Konstanta sebesar 0,306 menyatakan bahwa jika tidak ada kejadian DRP kategori obat tanpa indikasi, dosis salah, dan interaksi obat, maka kematian pasien meningkat sebesar 0,306. = Interaksi obat Koefisien regresi b 1 sebesar 0,694 menyatakan bahwa setiap penambahan karena tanda + satu kejadian indikasi tanpa obat maka kematian pasien akan meningkat sebesar 0,694. Koefisien regresi b 2 sebesar 0,389 menyatakan bahwa setiap penambahan karena tanda + satu kejadian obat tanpa indikasi maka kematian pasien akan meningkat sebesar 0,389. Koefisien regresi b 3 sebesar 0,194 menyatakan bahwa setiap penambahan karena tanda + satu kejadian dosis salah maka akan meningkatkan kematian pasien sebesar 0,194. Koefisien regresi b 4 Berdasarkan uraian di atas semakin besar nilai koefisien variabel bebas maka semakin besar korelasinya terhadap peningkatan kematian pasien. Semakin kecil nilai koefisien variabel bebas maka semakin besar korelasinya terhadap peningkatan kematian pasien. Nilai koefisien indikasi tanpa obat 0,694 merupakan nilai koefisien yang paling besar, sehingga DRP yang berkorelasi paling besar terhadap kematian pasien pada periode Oktober-Desember 2010 berturut-turut adalah indikasi tanpa obat, dosis salah, obat tanpa indikasi, dan interaksi obat. sebesar -0,083 menyatakan bahwa setiap pengurangan karena tanda - satu kejadian interaksi obat maka akan terjadi penurunan kematian pasien sebesar - 0,083.

4.5.2 Korelasi DRP Terhadap Lama Rawat Pasien Periode Oktober- Desember 2010

Dokumen yang terkait

Identifikasi Drug Related Problems (DRPs) pada Pasien COPD (Chronic Pulmonary Disease) di Instalasi Rawat Inap RSUP H. Adam Malik Medan Periode Januari – Juni 2012

2 48 70

Karakteristik Penderita Demam Tifoid Rawat Inap di Rumah Sakit PT (Persero) Pelabuhan Indonesia I Medan Tahun 2000-2004

0 28 94

Evaluasi drug related problems obat antidiabetes pada pasien geriatri dengan diabetes melitus tipe 2 di ruang rawat inap rumah sakit umum pelabuhan periode januari-juni 2014

4 24 164

Identifikasi Drug Related Problems (DRPs) Diare Akut Infeksi Pada Pasien Pediatri di Instalasi Rawat Inap RS “X” Kota Tangerang Selatan Periode Januari- Desember 2015

8 22 167

Identifikasi Drug Related Problems (DRPs) Diare Akut Infeksi Pada Pasien Pediatri di Instalasi Rawat Inap RS “X” Kota Tangerang Selatan Periode Januari- Desember 2015.

0 2 167

Analisis Farmakoekonomi Penggunaan Antibiotika Pada Pasien Pneumonia Rawat Inap Di Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik

24 169 75

Analisis Farmakoekonomi Penggunaan Antibiotika Pada Pasien Pneumonia Rawat Inap Di Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik

1 1 13

Analisis Farmakoekonomi Penggunaan Antibiotika Pada Pasien Pneumonia Rawat Inap Di Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik

0 0 2

Analisis Farmakoekonomi Penggunaan Antibiotika Pada Pasien Pneumonia Rawat Inap Di Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik

0 0 7

Analisis Farmakoekonomi Penggunaan Antibiotika Pada Pasien Pneumonia Rawat Inap Di Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik

0 0 19