peningkatan lama rawat pasien. Nilai koefisien indikasi tanpa obat 6,167 merupakan nilai koefisien yang paling besar, sehingga DRP yang berkorelasi
paling besar terhadap kematian pasien pada periode Oktober-Desember 2010 berturut-turut adalah indikasi tanpa obat, interaksi obat, obat tanpa indikasi, dan
dosis salah.
4.5.3 Korelasi DRP Terhadap Kematian Pasien Periode Januari-Maret 2011
Berdasarkan hasil analisis Regression Linier dengan program SPSS versi 17.0 menunjukkan bahwa kejadian DRP kategori indikasi tanpa obat, obat tanpa
indikasi, dosis salah, dan interaksi obat mempunyai korelasi yang lemah R Square 0,116 terhadap kematian pasien. R square dapat disebut koefisien
determinasi, yang dalam hal ini berarti hanya 11,60 kematian pasien dapat dijelaskan oleh DRP yang terjadi. Sedangkan sisanya 100 - 11,60 = 88,40
dijelaskan oleh sebab-sebab yang lain. R square berkisar antara 0 sampai 1, dengan catatan semakin kecil nilai R square, semakin lemah hubungan antar
variabel Santoso, 2001.
Tabel 4.13 Hasil analisis regresi linier DRP terhadap kematian pasien periode
Januari-Maret 2011 dengan program SPSS versi 17.0
Model Summary
Model R
R Square Adjusted R
Square Std. Error of the
Estimate 1
.341
a
.116 .047
.346 a. Predictors: constant, interaksi, obat tanpa indikasi, dosis
salah
Coefficients
a
Universitas Sumatera Utara
Model Unstandardized
Coefficients Standardize
d Coefficients
t Sig.
B Std. Error
Beta 1
Constant .021
.090 .236
.815 Obat Tanpa
Indikasi -.097
.184 -.081 -.525
.603 Dosis Salah
.136 .161
.136 .847
.402 Interaksi
.151 .097
.250 1.555 .128
a. Dependent Variable: Kematian Berdasarkan Tabel 4.13 dapat diketahui persamaan regresinya adalah
Y = 0,021 – 0,097 b
1
+ 0,136 b
2
+ 0,151 b Dimana:
3
Y = Kematian pasien
b
1
b = Obat tanpa indikasi
2
b = Dosis salah
3
Variabel bebas indikasi tanpa obat dihilangkan karena hasilnya 0 sehingga tidak dapat dianalisis. Konstanta sebesar 0,021 menyatakan bahwa jika tidak ada
kejadian DRP kategori obat tanpa indikasi, dosis salah, dan interaksi obat, maka kematian pasien meningkat sebesar 0,021.
= Interaksi obat
Koefisien regresi b
1
sebesar 0,097 menyatakan bahwa setiap penurunan karena tanda - satu kejadian obat tanpa indikasi maka kematian pasien terapi
akan menurun sebesar 0,097. Koefisien regresi b
2
sebesar 0,136 menyatakan bahwa setiap penambahan karena tanda + satu kejadian dosis salah maka akan
meningkatkan kematian pasien sebesar 0,136. Koefisien regresi b
3
sebesar 0,151
Universitas Sumatera Utara
menyatakan bahwa setiap penambahan satu kejadian interaksi obat maka akan meningkatkan kematian pasien sebesar 0,151.
Berdasarkan uraian di atas semakin besar nilai koefisien variabel bebas maka semakin besar korelasinya terhadap peningkatan kematian pasien. Semakin kecil
nilai koefisien variabel bebas maka semakin besar korelasinya terhadap peningkatan kematian pasien. Nilai koefisien interaksi obat b
3
4.5.4 Korelasi DRP Terhadap Lama Rawat Pasien Periode Januari-Maret 2011