Citra perusahaan adalah citra dari suatu organisasi secara keseluruhan, jadi tidak hanya dari produk dan pelayanannya saja. Citra perusahaan ini dibentuk oleh banyak hal.
Hal-hal positif yang dapat meningkatkan citra perusahaan antara lain sejarah atau riwayat hidup perusahaan yang gemilang, keberhasilan-keberhasilan dibidang keuangan yang pernah
diraih, sukses ekspor, hubungan industri yang baik, reputasi sebagai pencipta lapangan kerja dalam jumlah yang besar, kesediaan untuk turut memikul tanggung jawab sosial, komitmen
mengadakan riset, dan lain sebagainya. Citra perusahaan yang baik tidak dapat dibeli, tetapi didapat.
II.4.1 Faktor-Faktor Citra
Menurut Sutojo 2004: 39, keberhasilan perusahaan membangun citra dipengaruhi oleh berbagai macam faktor. Dari sekian banyak faktor tersebut lima diantaranya besar
pengaruhnya. Kelima faktor tersebut adalah sebagai berikut: 1. Citra dibangun berdasarkan orientasi terhadap manfaat yang dibutuhkan dan diinginkan
kelompok sasaran. 2. Manfaat yang ditonjolkan cukup realistis.
3. Citra yang ditonjolkan sesuai dengan kemampuan perusahaan. 4. Citra yang ditonjolkan mudah dimengerti kelompok sasaran.
5. Citra yang ditonjolkan merupakan sarana, bukan tujuan usaha. Citra dapat dipopulerkan dalam 3 tahap Sutojo, 2004: 55, yaitu:
1. Pembentukan persepsi segmen sasaran. Langkah pertama upaya membentuk citra segmen sasaran tentang jati diri perusahaan,
adalah menciptakan citra yang akan dipopulerkan. Citra yang ingin dibentuk harus mencerminkan jati diri perusahaan yang sebenarnya.
2. Memelihara persepsi segmen sasaran.
Universitas Sumatera Utara
Persepsi yang baik dari pelanggan harus selalu dipertahankan. Apabila tidak dipertahankan dengan baik, citra perusahaan di masyarakat dapat menurun, bahkan
dilupakan. 3. Merubah persepsi segmen sasaran yang kurang menguntungkan.
Perusahaan yang dikelola secara profesional akan berusaha keras merubah persepsi segmen sasaran yang tidak menguntungkan. Cara yang terbaik untuk merubah persepsi
segmen sasaran yang tidak menguntungkan adalah berbenah diri dari dalam. Sebab- sebab yang menimbulkan perubahan persepsi segmen sasaran terhadap perusahaan
hendaknya dihapus, paling sedikit dieliminir. Sebab-sebab tersebut mungkin ada pada kepribadian atau kinerja manajemen. Eksekutif, dan karyawan bahkan cara perusahaan
mengiklankan citra.
II.4.2 Jenis Citra
Menurut Jefkins 2003 : 20, terdapat 5 lima jenis citra, yaitu : a. Citra bayangan mirror image, merupakan citra yang dianut oleh orang dalam atau
anggota-anggota organisasi mengenai pandangan pihak luar terhadap organisasinya. b. Citra yang berlaku current image, yaitu citra atau pandangan yang dianut oleh pihak-
pihak luar mengenai suatu organisasi. c. Citra yang diharapkan wish image, yaitu citra yang diinginkan oleh pihak manajemen.
Biasanya lebih baik atau lebih menyenangkan daripada citra yang ada. d. Citra perusahaan corporate image, yaitu citra dari suatu organisasi secara keseluruhan,
bukan sekedar citra akan produk dan pelayanan yang diberikan. e. Citra majemuk multiple image, yaitu citra yang beraneka ragam banyak yang hampir
sama banyaknya dengan jumlah pegawai yang dimiliki oleh organisasiperusahaan. Untuk mengetahui citra seseorang terhadap suatu objek, dapat diketahui dari
sikapnya terhadap objek tersebut. Solomon, dalam Rakhmat Soemirat dan Ardianto, 2004: 115, menyatakan semua sikap bersumber pada organisasi kognitif, pada informasi dan
Universitas Sumatera Utara
Stimulus Rangsang
Respon Perilaku
pengetahuan yang kita miliki. Efek kognitif dari komunikasi sangat mempengaruhi proses pembentukan citra seseorang. Citra terbentuk berdasarkan pengetahuan dan informasi-
informasi yang diterima seseorang. Komunikasi tidak secara langsung menimbulkan perilaku tertentu, tetapi cenderung mempengaruhi cara kita mengorganisasikan citra kita tentang
lingkungan. Proses pembentukan citra dalam struktur kognitif yang sesuai dengan pengertian
sistem komunikasi dijelaskan oleh John S. Nimpoene Soemirat dan Ardianto, 2004: 115, dalam laporan penelitian tentang tingkah laku masyarakat sebagai berikut:
Gambar 2: Model Pembentukan Citra
Proses intern dalam model ini adalah pembentukan citra, sedangkan input adalah stimulus yang diberikan dan output adalah tanggapan atau perilaku tertentu. Citra itu sendiri
digambarkan melalui persepsi-kognisi-motivasi-sikap. Model pembentukan citra ini menunjukkan bagaimana stimulus yang berasal dari
luar diorganisasikan dan mempengaruhi respons. Stimulus rangsang yang diberikan pada individu dapat diterima atau ditolak. Empat komponen persepsi-kognisi-motivasi-sikap
diartikan sebagai citra individu terhadap rangsang. Walter Lipman menyebut ini sebagai “picture in our head”.
Jika stimulus mendapat perhatian, individu akan berusaha untuk mengerti tentang rangsang tersebut. Persepsi diartikan sebagai hasil pengamatan terhadap unsur lingkungan
yang dikaitkan dengan suatu proses pemaknaan. Dengan kata lain, individu akan memberikan
Persepsi Motivasi
Sikap Kognisi
Universitas Sumatera Utara
makna terhadap rangsang tersebut. Kemampuan mempersepsi itulah yang dapat melanjutkan proses pembentukan citra. Persepsi individu akan positif apabila informasi yang diberikan
oleh rangsang dapat memenuhi kognisi individu. Kognisi yaitu suatu keyakinan diri dari individu terhadap stimulus. Keyakinan ini
akan timbul apabila individu telah mengerti rangsang tersebut, sehingga individu harus diberikan informasi-informasi yang cukup yang dapat mempengaruhi perkembangan
kognisinya. Afeksi adalah keinginan dari masyarakat untuk selalu dapat diberikan informasi yang berkenaan dengan ikatan emosional sehingga motivasi dan sikap yang ada akan
menggerakkan respons seperti yang diinginkan oleh pemberi rangsang. Motivasi adalah keadaan dalam pribadi seseorang yang mendorong keinginan
individu untuk melakukan kegiatan-kegiatan tertentu guna mencapai suatu tujuan. Sedangkan sikap adalah kecenderungan bertindak, berpersepsi, berpikir, dan merasa dalam menghadapi
objek, ide, situasi, atau nilai. Sikap mempunyai daya pendorong atau motivasi. Sikap menentukan apakah orang harus pro atau kontra terhadap sesuatu, menentukan apa yang
disukai, diharapkan, dan diinginkan. Sikap mengandung aspek evaluatif, artinya mengandung nilai menyenangkan atau tidak menyenangkan. Sikap juga dapat diperteguh atau diubah.
Proses pembentukan citra pada akhirnya akan menghasilkan sikap, pendapat, tanggapan, atau perilaku tertentu.
Universitas Sumatera Utara
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
III.1 Deskripsi Lokasi Penelitian III.1.1 Sejarah Berdirinya PT Angkasa Pura II Persero Bandar Udara Polonia
Medan.
Bandar Udara merupakan titik awal dan titik akhir suatu kegiatan penerbangan, karena Bandar Udara adalah suatu tempat untuk tinggal landas dan
mendaratnya pesawat udara, naik turunnya penumpang, membongkar dan memuat pos, barang, hewan dan tanaman, termasuk segala fasilitas penunjang penyelenggara
kegiatannya, fasilitas keselamatan penerbangan dan usaha penunjang penerbangan lainya.
Bandar Udara Polonia Medan sebagai pintu gerbang utama bagi angkutan udara di Sumatera Utara umumnya dan kota Medan khususnya, mempunyai
perananan strategis terutama dalam pelayanan jasa angkkutan penerbangan, baik dalam negeri Domestic maupun mancanegara Internasional.
Bandar Udara Polonia Medan yang merupakan satu Bandar Udara Internasional yang ada di Nusantara ini, Pada saat ini dikelola secara profesional oleh
PT Angkasa Pura II Persero terhitung mulai 1 januari 1994. Perkembangan Bandar Udara Polonia Medan, setiap tahun semakin meningkat baik dari segi pemakai jasa
angkutan udara, segi operasional maupun fasilitas keselamatan penerbangan yang didukung dengan peralatan modern dan canggih.
Seluruh perkembangan dan kemajuan yang dialami sekarang ini tidak terlepas dari dukungan seluruh pelaku sejarah dan para perintis yang telah banyak
Universitas Sumatera Utara
berjasa untuk membangun Bandar Udara Polonia Medan sejak zaman penjajahan sampai zaman pembangunan.
III.1.1.1 Pada Masa Penjajahan
Tahun 1872, BARON MISCHALASKY, seorang bangsa Polandia mendapatkan konsesi dari pemerintah Hindia Belanda untuk membuka perkebunan
tembakau di Sumatera Timur di daerah Medan. Kemudian dia menamakan daerahwilayah konsesinya itu dengan nama “POLONIA” yaitu nama negeri
kelahirannya. Tahun 1879, karena suatu dan lain hal, konsesi atas tanah perkebunan itu berpindah tangan kepada DELI MAATSCHAPPIJ DELI MIJ. Pada tahun itu
terdengar kabar bahwa pioneer penerbang bangsa Belanda yakni Mr. Van Der Hoop akan menerbangkan pesawat kecilnya “FOKER”dari Eropa ke wilayah Hindia
Belanda dalam jangka waktu 20 jam terbang, maka DELI MIJ yang memegang konsesi atas tanah itu menyediakan sebidang tanah untuk diserahkan sebagai
lapangan terbang pertama di Kota Medan. Tahun 1924, setelah berita pertama Tahun 1879 tentang keadaan pesawat
udara tidak terdengar lagi, maka baru tahun 1924 rencana kedatangan pesawat udara kembali terdengar. Mengingat bahwa waktu semakin pendek akhirnya persiapan
untuk lapangan terbang tidak dapat dikejar. Akhirnya pesawat kecil yang diawaki oleh MR. Van Der Hoop, VN Poelman, dan Van Der Broeke, mendarat di lapangan
pacuan kuda yakni “DELI RENVEREENIGING”. Pesawat FOKER itu mendarat darurat di Medan dan disambut oleh SULTAN SULAIMAN SARIFUL
ALAMSYAH seorang Sultan dari Kesultanan Serdang beserta seluruh rakyatnya yang menyambut dengan gembira. Kemudian SULTAN SULAIMAN SARIFUL
Universitas Sumatera Utara
ALAMSYAH dijamu sebagai orang pertama menaiki pesawat itu untuk melihat kota Medan dari udara.
Setelah pesawat yang pertama kali datang ke kota Medan tersebut mendarat, maka Asisten Residen Sumatera Timur yakni Mr. C.S. VAN KEMPEN pada waktu
itu mendesak pemerintah Hindia Belanda di Batavia Jakarta agar mempercepat dropping uang untuk menyelesaikan pembangunan lapangan terbang Polonia. Tetapi
pemerintah pusat Hindia Belanda selalu menunda-nunda saja, apalagi setelah adanya nasehat dari pujuk pimpinan bala Tentara Hindia Belanda KNIL bahwa untuk
membangun suatu lapangan terbang guna keperluan sipil dan militer diperlikan biaya sedikit FL. 70.000 Gulden. Oleh karena tidak ada kabar persetujuan dan juga tidak
ada jalan keluarnya, maka tanah yang diperuntukkan bagi pembangunan lapangan akhirnya dikembalikan kepada DELI MIJ.
Tahun 1927, Persatuan Perkebunan-perkebunan Sumatra Timur ALGEMEENE Verening Rubber Planters Oostkust Van Sumatera-AVROS dan
organisasi Perkebunan Deli Deli Planters Vereeniginng-DPV, yang merupakan golongan-golongan kuat kavitalisasi asing, secara kolektif terus mendesak pemerintah
pusat agar membuka lapangan terbang hingga dalam waktu yang singkat perhubungan udara yang teratur dapat terlaksana. Dalam musyawarah antara
pemerintah pusat dengan panglima Angkatan Udara KNIL di Bandung, terjadi kesepakatan dan dukungan untuk membangun lapangan terbang yang bersifat darurat
di beberapa daerah. Hal ini dapat dilihat dengan adanya surat Afd-VII-A dari Kepala Staf Bala Tentara Diraja Hindia Belanda dari markas besarnya di Bandung.
Tanggal 19 januari 1927, Markas Besar Hindia Belanda mengeluarkan surat No. 178 yang isinya berupa pembentukan panitiakomisi yang mengadakan
penyelidikan-penyelidikan. Komisi ini dinamakan sebagai KUPPER WALRAVEN,
Universitas Sumatera Utara
tugas dari komisi ini antara lain adalah untuk mempersiapkan pembukaan suatu jaringan perhubungan udara untuk Medan-Batavia-Singapura dengan cabang di Kuta
Raja Banda Aceh. Jaringan udara ini disiapkan guna keperluan Sipil maupun Militer.
Tanggal 12 April 1927, Direktur perusahaan-perusahaan Negara melalui telegram No. 33705TAS, mengabarkan kepada Gementee Kota Praja Medan,
bahwa perusahaan penerbangan KNILM yakni anak perusahaan penerbangan KLM Belanda, akan menerbangkan 4 empat pesawat terbang untuk hubungan dengan
Hindia Belanda melalui kota Medan, rencana kedatangan adalah pada akhir bulan Juni.
Tanggal 28 April 1927, PanitiaKomisi KUPPER WALRAVEN melaporkan hasil kegiatannya berupa “FEASIBILITY STUDY” melalui suratnya No.173VII.A.
Tanggal 6 Juni 1927, Direktur Departemen Perusahaan-perusahaan Negara meminta kesediaan pihak “DELI RENVEREENIGING” Perkumpulan Pacuan Kuda untuk
menyerahkan tanah mereka yang di Polonia untuk dijadikandigunakan sebagai Lapangan Terbang Medan.
Tanggal 27 Juni 1927, Direktur Perusahaan-perusahaan mengirimkan telegram, yang mengatakan bahwa karena kesulitan teknis, pesawat terbang yang
pertama baru akan datang di Medan pada bulan September 1927. Untuk persiapan akhir dan pemeriksaan lapangan terbang maka akan ditulis untuk datang ke Medan
adalah Kepala Biro Penerbangan yaitu Mr. WL. GROENEVELED MEYER dan Mr. H.NIEUWEN HUIS dari KNILM. Guna persiapan lapangan terbang maka AVROS
bersedia tanah konseesinya dipergunakan oleh pemerintah dalam hal ini Militer Belanda dimana statusnya akan ditentukan pada tahun 1930.
Universitas Sumatera Utara
Pihak Gemeente Medan akhirnya bersedia memasukkan tanah itu kedalam lingkungan Gemeente Medan dan mengeluarkan nilainya untuk membantu biaya
penyempurnaan lapangan terbang tersebut, sehingga ongkos pemeliharaan menjadi murah. Setelah segala sesutunya dipersiapkan dan dari pihak pekerjaan Umum sudah
mengadakan inspeksi tentang rumput dan status pengeringan air, maka dibuatlah lapanngan terbang darurat.
Tanggal 31 Juni 1927, DR. WL. GROENVELD MEYER kepala Biro Penerbangan dari Departemen Perusahaan Negara dan Mr. H. NIEWENHUIS
mengadakan Inspeksi di lapangan seluas 800x400 M tersebut. Mereka berkesimpulan bahwa lapangan tersebut sangat baik digunakan sebagai lapangan udara, namun
tempat dimana landasan akan dibuat harus di perkeras lagi. Biaya yang diperlukan biaya ekstra adalah sebesar FL. 13.500 Gulden, dan pihak Gemeente Mdan
menanggung biaya sebesar FL. 3.500 Gulden. Tahun 1928, lapangan terbang Polonia di buka dengan resmi, ditandai
dengan mendaratnya 6 enam pesawat udara milik KNILM anak perusahaan KLM, pada Landasan yang masih darurat, lapangan terbang pada saat itu masih merupakan
tanah yang keras. Tahun 1930, Perusahaan Penerbangan Belanda KLM serta anak perusahaan KNILM mulai membuka jaringan penerbangan secara berkala.
Tahun 1936, Lapangan terbang Polonia untuk pertama kalinya mengadakan perbaikan, adalah para penguasa yakni Pemerintah Hindia Belanda, nomorarah
landasan pada saat itu adalah 10-28, panjangnya 600 m. Tahun 1937, Pemerintah Hindia Belanda mengadakan pemetaan kota Medan. Pemetaan Pemetaan dari udara
dilaksanakan dengan pesawat udara milik KNILM. Tahun 1940, Lapangan Terbang Polonia serta Pelabuhan Belawan
mengalami kerusakan yang berat akibat dibom oleh tentara Jepang, seluruh kegiatan
Universitas Sumatera Utara
ekspor dari pelabuhan belawan terhenti, karena seringnya pesawat pembom jepanng menyerang ke pelabuhan tersebut.
III.1.1.2 Pada Masa Kemerdekaan
Tahun 1945, sehubungan dengan Proklamasi Kemerdekaan Republik Indonesia pada tanggal 17 Agustus 1945, maka secara otomatis seluruh tanah air
kembali milik Pemerintah Republik Indonesia,dan dikuasai sepenuhnya oleh Pemerintah Republik Indonesia. Tahun 1946, Tentara sekutu Jepang membangun
kembali Lapangan Terbang Polonia yang rusak berat akibat terjadinya perang. Letak posisi arah landasan diubah menjadi 05-223, dan landasan sepanjang 800 m yang
akan disusun menggunakan lempengan besi-besi PSP Peirces Stell Plank. Tahun 1948, pemerintah Hindia Belanda kembali menguasai lapangan
terbang Polonia, kemudian diadakan pembangunan berupa perpanjangan landasan menjadi 1000 m. Pada tahun ini tenaga-tenaga Indonesia juga sudah aktif
membangun, pada waktu itu dinamakan “Penerbangan Sipil”, yang selanjutnya berubah menjadi jawatan penerbangan sipil, dan kemudian landasan menjadi 1.200
m. Tahun 1950, pengelola Lapangan terbnag Polonia saat itu adalah Angakatan
Udara Republik Indonesia AURI, dalam hal ini Dinas Teknik dan Dinas Pekerjaan umum bagian lapangan terbang, perusahaan penerbangan yang masuk ke Polonia saat
itu adalah KLM dan Garuda. Pada tahun ini AURI melaksanakan landasan menjadi 1800 m panjang dan lebarnya 45 m.
Tahun 1951, KASAP-RI Kepala Staff-Republik Indonesia, melalui Surat Keputusan No:11951, menyatakan bahwa seluruh pangkalan udara bekas
Pemerintahan Belanda maupun Jepang diserahkan kepada Angkatan Udara Republik
Universitas Sumatera Utara
Indonesia AURI. Dengan demikian Pangkalan Udara Polonia Meda sejak saat itu berada dalam hal aset maupun pengelolaan.
Tahun 1959, berdasarkan ketentuan pemerintah Republik Indonesia keputusan 3 tiga menteri yakni Menteri dalam Negeri, Menteri Perhubungan,
Menteri HankamPanglima Angkatan Bersenjata. Maka pengelolaan lapangan terbang Polonia dikelola oleh 2 dua instansi sebagai “Enclave Militer” yakni:
1. MiliterAngkatan Udara Republik Indonesia. 2. SipilJawatan Penerbangan Sipil.
Pada tahun ini pengelolaan Lapangan Terbang di pihak sipil mulai dilaksanakan oleh para petugas yang professional. Manajemen Lapangan Terbang
Polonia saat itu adalah para petugas lulusan Akademi Penerbangan Indonesia curug, sedangkan Kegiatan Militer dilaksanakan oleh AURI beserta jajarannya.
Tahun 1963, Jawatan Penerbangan Sipil diubah menjadi Direktorat Penerbangan sipil yang berada dalam naungan Departemen Perhubungan Pekerjaan
umum dan Tenaga Listrik, selanjutnya status Pelabuhan udara dimana menjadi tempat Pangkalan Udara Militer, menjadi pelabuhan Udara bersama. Maka berdasarkan
keputusan bersama antara MenteriPanglima Angkatan Udara dengan Menteri Perhubungan No:23Thn 1963 dan C 22122-U P-II-U tanggal 15 Juli 1963, status
Pelabuhan Udara Polonia menjadi Pelabuhan Udara bersama, sedangkan aset tanah tetap dalam kekuasaan AURI.
III.1.1.3 Pada Masa Pembangunan
Tahun 1964, pada tahun ini terjadi perubahan Departemen yakni Departemen Perhubungan Pekerjaan Umum dan Tenaga Listrik, di pecah menjadi 2 dua
Departemen yakni:
Universitas Sumatera Utara
1. Departemen Perhubungan. 2. Departemen Pekerjaan Umum dan Tenaga Listrik.
Sebagai akibat dari pemisahan, maka Direktorat Pekerjaan Sipil menjadi Direktorat Jendral Perhubungan Udara dan menjadi unsur dari Departemen
Perhubungan. Pelabuhan Udara Polonia Medan selanjutnya berada dalam naungan Departemen Perhubungan kantor wilayah-1 Direktoral Jendral Perhubungan Udara.
Tahun 1975, berdasarkan keputusan bersama antara Departemen Perhubungan, Departemen Hankam dan Departemen Keuangan melalui SKB No.
Kep30IX75, No. KM.393SPhb-75 dan Kep.927.JMKVI875 tanggal 21 Agustus 1975, maka pengelolaan pelabuhan Bandar Udara Polonia menjadi hak pengelolaan
bersama antara Pangkalan Udara AURI dan Pelabuhan Udara Sipil. Tahun 1977, Pemabangunan Gedung Cargo seluas 1500 m
2
, untuk mendukung kegiatan Ekspor Impor serta pembangunan gedung operasi seluas 780
m
2
. Tahun 1980, berdasarkan KM. 50OTPhb-1978 Tanggal 8 Maret 1978, Pelabuhan Udara Polonia Medan dibagi menjadi dua instansi, yakni:
1. Pelabuhan Polonia Medan Mengelola kegiatan yang bersifat komersial, terutama kegiatan pelayanan jasa
penumpang dan cargo serta kegiatan latihan lalu lintas pesawat udara selama di darat.
2. Sentra Operasi Keselamatan SENOPEN Medan. Mengelola kegiatan operasi keselamatan penerbangan dan lalu lintas udara. Pada
tahun ini juga oleh direktorat Jendral Perhubungan Udara dalam hal ini Proyek Pengembangan fasilitas Pelabuhan Udara dan Keselamatan Penerbangan.
Penerbangan Udara Polonia mendapat proyek perpanjangan landasan dengan sistem “cakar ayam” sepanjang 445 m. Dengan demikian panjang Landasan
Universitas Sumatera Utara
Pelabuhan Udara Polonia Medan menjadi 2900 m, dengan panjang landasan sedemikian itu, maka Pelabuhan Udara Polonia Medan dapat menampung pesawat
berbadan lebar setingkat dengan DC-10 atau B-474. Pada tahun ini juga dibangun fasilitas gedung pemancar seluas 437,50 meter untuk mendukung kegiatan
keselamatan penerbangan. Tahun 1981, Pemabangunan gedung terminal dalam negeri Domestik
seluas 1526 M2 yang diresmikan oleh menteri perhubungan Republik Indonesia pada saat itu yakni Bapak Rusmin Nurjadin. Tahun 1982, Pengelolaan Pelabuhan Udara
Polonia dipisah menjadi 2 dua bagian: 1. Daerah Kekuasaan Pangkalan Udara TNI-AU.
2. Daerah Pengelolaan Pelabuhan Udara dikelola oleh Direktorat Jendral Perhubungan Udara.
Dengan batasan penguasaan dan pengelolaan adalah landasan pacu Run Way. Pada tahun ini juga dibangun fasilitas gedung terminal keberangkatan untuk
Internasional seluas 3000 m
2
. Tahun 1985, Pada tanggal 3 februari 1985, berdasarkan PP No.30 Tahun
1984 Pelabuhan Udara Polonia Medan diserahkan Pengelolaanya dari Direktorat jendral Perhubungan Udara kepada Perusahan Umum Perum Angkasa Pura untuk
dijadikan tambahan penyertaan modal Negara serta pengembalian sebagian kekayaa Perum Angkasa Pura kepada Negara. Dengan demikian secara resmi Pelabuhan
Udara Polonia Medan masuk dalam jajaran Perusahaaan Umum Perum Angkasa Pura.
Tahun 1986, Ketentuan pemerintah mengatakan bahwa sebutan “Pelabuhan Udara” diganti menjadi “BANDAR UDARA”, hal ini berdasarkan PP. No 25 tahun
1986 tanggal 19 Mei 1986. Pada tahun ini juga terjadi perubahan status dan nama
Universitas Sumatera Utara
Perum Angkasa Pura, menjadi Perum Angkasa Pura-1, dengan demikian maka namanya menjadi Perum Angkasa Pura-1 Bandar Udara Polonia Medan.
Tahun 1987, pada tanggal 19 November 1987 tanggung jawab terhadap pengawasan pengendalian lalu lintas udara didalam FIR Indonesia diatas sebagian
Sumatera pada ketinggian tertentu, yang selama ini dilimpahkan kepada Kuala Lumpur, telah diambil alih dan dilaksanakan oleh Dinas ACC Senopen Medan
didukung oleh FIC Jakarta, bahwa pendelegasian yang selama ini diberikan kepada Kuala Lumpur maupun kemudian pengambilalihan kembali oleh Medan adalah
dengan tujuan menjamin berlangsungnya arus lalu lintas udara secara aman, lancar, teratur, dan efisien.
Tahun 1996, Komandan Pangkalan Udara Medan TNI-AU Letnan Kolonel Penerbangan SJEIFULLAH beserta jajarannya mengadakan pengukuran tanah
disekitar Bandar Udara Polonia bekerja sama dengan tingkat-I Sumatera Utara dalam hal ini Badan Pertahanan Nasional Agraria, dalam rangka pensertifikasian tanah
sekitar Bandar Udara Polonia Medan. Hal ini dilakukan dengan secara “de-facto” tanah Bandar Udara Polonia saat ini dalam kepemilikan TNI-AU Lanud Medan,
sedangkan secara “de-yure” sampai saat ini masih dalam proses pensertifikasian. Tahun 1988, berdasarkan PP No. 3 Tahun 1989, maka Sentra Operasi
Keselamatan Penerbangan SENOPEN Medan dialihkan menjadi pernyataan modal near kedalam Perum Angkasa Pura-I Bandar Udara Polonia Medan. Penyerahan
SENOPEN ini ditujukkan agar dapat meningkatkan pelayanan keselamatan lalu lintas udara agar memiliki daya guna yang lebih baik. Dengan penyerahan SENOPEN
MEDAN kepada Perum Angkasa Pura-I Bandar Udara Polonia, maka seluruh kegiatan baik sisi darat telah dilaksanakan oleh Perum Angkasa Pura-I Bandar Udara
Polonia Medan.
Universitas Sumatera Utara
Tahun 1993, pada tanggal 2 Februari 1993 terjadi pengalihan status dari Perum Angkasa Pura-I menjadi PT Angkasa Pura-I Persero berdasarkan PP No. 5
Tahun 1992. Dengan demikian arah penguasaan Bandar Udara Polonia mewujudkan tercapainya tugas pokok, yaitu memupuk keuntungan melalui penyediaan dan
penggunaan jasa Bandar Udara dalam rangka memberikan perkembangan perekonomian Negara. Pada tahun ini juga diadakan renovasi Gedung terminal Dalam
Negeri diantaranya adalah pemindahan ruang keberangkatan menjadi ruang kedatangan dan sebaliknya serta perluasan ruangan Chek-In dari Lobby untuk
pengantar. Tahun 1994, berdasarkan Surat Keputusan Menteri Keuangan Republik
Indonesia No. S-33MK.0161994 tanggal 22 Januari 1994 dengan PT Angkasa Pura- I Persero menyerahkan pengoperasian dan kepemilikan Bandar Udara Polonia
Medan kepada PT Angkasa Pura II Persero terhitung mulai 1 Januari 1994 penyerahan, tersebut meliputi:
1. Pengusahaan Bandar Udara Polonia sesuai dengan tugas dan fungsi Bandar Udara dalam lingkungan Perseroan Terbatas.
2. Kepemilikan seluruh kekayaan PT. Persero Angkasa Pura-I yang berupa aktiva tetap dan barang persediaan Bandar Udara Polonia Medan.
3. Pembinaan para karyawan yang ditugaskan pada Bandar Udara Polonia Medan. 4. Semua utang piutang dan pendaftaran yang diperoleh serta biaya yang dikeluarkan
untuk pengoperasian Bandar Udara Polonia Medan, setelah tanggal 31 Desember 1993 menjadi tanggung jawab PT Angkasa Pura II Persero. Pelaksanaan serah
terima tersebut adalah pada tanggal 24 Maret 1994 di Jakarta. Dengan demikian terhitung mulai tanggal 01 Januari 1994, secara resmi Bandar Udara Polonia
Medan berada dibawah jajaran PT Angkasa Pura II Persero.
Universitas Sumatera Utara
Tahun 1995, Republik Indonesia, sedang merancang merancang pemindahan Bandar Udara Polonia Medan ke lokasi baru. Daerah yang dimaksud adalah daerah
KUALA NAMU LUBUK PAKAM DELI SERDANG SUMATERA UTARA. Selanjutnya sejarah bertahap berdasarkan surat keputusan Menteri Keuangan No.
553MK1994 Tanggal 24 Januari 1994, PT Angkasa Pura II Persero mendapat tambahan tugas untuk mengelola Bandar Udara Polonia Medan dan dilanjutkan lagi
berdasarkan keputusan Menteri Perhubungan No. 278AU.001SKJ1994 tanggal 19 April 1994 di bentuk 4 empat cabang Bandar Udara diantaranya di Bandung, Pekan
Baru, Padang dan Banda Aceh. Mulai tahun 2000 dalam jajaranya yang masuk ke PT Angkasa Pura II Persero berjumlah menjadi 12 Bandar Udara diantaranya:
1. Bandar Udara Internasional Soekarno-Hatta di Tangerang. 2. Bandar Udara Halim Perdana Kusuma di Jakarta.
3. Bandar Udara Sultan Mahmud Baharudin II di Palembang. 4. Bandar Udara Polonia Medan.
5. Bandar Udara Sultan Iskandar Muda di Banda Aceh. 6. Bandar Udara Supario Pontianak.
7. Bandar Udara Sultan Syarif Kasim di Pekan Baru. 8. Bandar Udara Internasional Padang.
9. Bandar Udara Depati Amir di Pangkal Pinang. 10. Bandar Udara Sultan Thaha di Jambi.
11. Bandar Udara Husein Sastranegara di Bandung. 12. Bandar Udara Raja Haji Fisabillah di Tanjung Pinang.
Bandar Udara Polonia Medan memiliki jumlah Maskapai Penerbangan yang berangkat melalui pemberangkatan domestik per hari sebanyak 10 Maskapai
penerbangan, yaitu:
Universitas Sumatera Utara
1. Garuda Indonesia
2. Lion Air
3. Susi Air
4. Wings Air
5. Merpati Air
6. Air Asia
7. Sriwijaya Air
8. Mandala Air
9. Batavia Air
10. Citilink
Dari keseluruhan maskapai Penerbangan tersebut terdapat 64 flight penerbangan melalui pemberangkatan domestik yang berlangsung dalam sehari di
Bandar Udara Polonia Medan dengan jumlah penumpang per hari yaitu 10.178 orang. Sedangkan untuk jumlah pesawat yang datang melalui kedatangan domestik juga
terdiri dari 10 maskapai penerbangan dan jumlah penerbangannya sebanyak 50 flight dengan jumlah rata-rata penumpangnya 7.869 orang per hari.
Untuk keberangkatan internasional, Bandar Udara Polonia Medan memiliki jumlah Maskapai Penerbangan sebanyak 8 maskapai, yaitu:
1. Air Asia
2. Lion Air
3. Malaysia Airlines
4. Fire Fly
5. Silk Air
6. Valuen Air
7. Mandala Air
Universitas Sumatera Utara
8. Sriwijaya Air
Terdapat 22 flight penerbangan internasional yang berlangsung dalam sehari di Bandar Udara Polonia Medan dengan jumlah penumpang rata-rata per hari
yaitu 2.746 orang. Sedangkan jumlah penumpang yang datang melalui kedatangan internasional perhari yaitu 2.361 orang.
Dari keseluruhan maskapai penerbangan yang hilir mudik di Bandar Udara Polonia Medan, baik penerbangan domestik maupun penerbangan internasional, tidak
terlepas dari peranan perusahaan PT Angkasa Pura II Persero sebagai pengakomodir segala rutinitas kebandarudaraan yang menyediakan berbagai fasilitas sebagai
penunjang pelayanan jasa transportasi udara bagi para penumpangnya. Pelayanan jasa yang disediakan oleh PT Angkasa Pura II Persero di Bandar
Udara Polonia Medan adalah: 1.
Ketersediaan trolley pengangkut barang-barang penumpang. 2.
Pemeriksaan X-Ray bagasi penumpang. 3.
Pemeriksaan penumpang melalui WTMD Walk Through Metal Detector yang dibantu dengan menggunakan alat HHMD Hand Held Metal
Detector. 4.
Layanan informasi jadwal keberangkatan dan perangkat umum. 5.
Layar Monitor estimasi keberangkatan atau kedatangan pesawat domestik maupun internasional.
6. AC, Ruang tunggu, mushalla, toilet, dan Parkir.
Universitas Sumatera Utara
III.1.2 Lokasi Penelitian
Penelitian ini berlokasi di PT Angkasa Pura II Persero Kantor Cabang Bandar Udara Polonia, dengan alamat Jln. Imam Bonjol Medan, Sumatera Utara atau
berjarak ± 1 km dari pusat kota Medan. Bandar Udara Polonia Medan berada pada titik KoordinatElevasi: 03
⁰33’015″ – 03⁰33’059″LU dan 098⁰40’870″ – 098
⁰40’094″BT 26.4 m MSL, dengan Jam Operasi: 06.00 WIB – 24.00 WIB. Telepon: 061 4565777 – 4557227, Faksimili: 061 4561800, E-mail:
ap2_mesangkasapura2.co.id
III.1.3 Struktur Organisasi PT Angkasa Pura II Persero Bandar Udara Polonia Medan
Dalam sebuah perusahaan struktur organisasi merupakan salah satu faktor pendukung keberhasilan untuk mencapai sebuah tujuan yang telah ditetapkan
perusahaan. Dimana struktur organisasi menggambarkan wewenang, tanggung jawab dan hubungan tiap bagian didalamnya. Di dalam kantor cabang PT Angkasa Pura II
Persero Bandar Udara Polonia Medan struktur organisasi sesuai dengan keputusan Direksi PT Angkasa Pura II Persero yang masih memberlakukan struktur
organnisasi PT. AP 1 No. KEP.58OM.00AP1994 tanggal 4 september 1998 tentang pemberlakuan organisasi, peraturan, sistem dan prosedur pada cabang PT Angkasa
Pura II Persero Bandar Udara Polonia Medan.
Universitas Sumatera Utara
III.1.4 Bagan Perusahaan PT Angkasa Pura II Persero Polonia Medan
Gambar 1: Bagan Perusahaan PT Angkasa Pura II Persero
III.1.5 Job Description Dan Kegiatan Kantor PT Angkasa Pura II Persero Bandar Udara Polonia Medan
A. General Manager Didalam PT Angkasa Pura II Persero Bandar Udara Polonia Medan,
General Manager berperan sebagai manajemen puncak dalam pengaturan kegiatan perusahaan. Adapun Fungsi General manager adalah sebagai berikut:
Universitas Sumatera Utara
1. Penyiapan, pelaksanaan dan pengendalian kegiatan pelayanan organisasi keselamatan lalu lintas udara.
2. Penyiapan, pelaksanaan dan pengendalian kegiatan operasional Bandar Udara. 3. Penyiapan, pelaksanaan dan pengendalian kegiatan komersial.
4. Penyiapan, pelaksanaan dan pengendalian kegiatan pemilihan fasilitas dan Teknik Elektronika Listrik.
5. Penyiapan, pelaksanaan dan pengendalian kegiatan administrasi. 6. Penyiapan, pelaksanaan dan pengendalian kegiatan keuangan dan perlengkapan.
B. Manager Pelayananan Operasi Lalu lintas LLU Manager Pelayananan Operasi Lalu Lintas Udara memiliki tugas:
1. Menyiapkan dan melakukan pelayanan Aerodome dan Approach ControlTerminal Control Area.
2. Menyiapkan dan melaksanakan kegiatan pelayanan area control. 3. Menyiapkan serta melaksanakan kegiatan pelayanan bantuan Operasi
penerbanganaeronautika. Sedangkan fungsi dari manager ini sesuai dengan tugas yang ditetapkan oleh perusahaan.
Untuk melaksanakan tugasnya dan fungsi tersebut Manager Pelayanan Operasi Lalu Lintas Udara LLU dibantu oleh beberapa Junior Manager yaitu:
1. Junior Manager Pelayanan Aerodome dan Approacch ControlTerminal Area ADC-APPTMA Mempunyai tugas melaksanakan kegiatan pengendalian dan
pengawasan Operasi Lalu Lintas Udara di Bandara Polonia Medan dan wilayah udara sekitar wilayah udara terminal Control Area, di wilayah udara pendekatan
termasuk Control Zone.
Universitas Sumatera Utara
2. Junior Manager Pelayanan Area Control ACC Mempunyai tugas melaksanakan kegiatan pelayanan pengendalian dan pengawasan operasi keselamatan lalu lintas
udara di wilayah yang menjadi tanggung jawabnya. 3. Junior Manager Pelayanan Bantuan Operasi PenerbanganPenerbangan
Aeronautika BOPRANGTIKA Mempunyai tugas melaksanakan kegiatan pengiriman berita-berita penerbangan, melalui hubunngan antara stasiun
komunikasi penerbangan serta melakukan kegiatan pengelolaan, pengumpulan, penyampaian dan penyebaran informasi Aeronautika.
C. Manager Pelayanan Operasi Bandar Udara Manager Pelayanan Operasi Bandar Udara mempunyai tugas sebagai berikut:
1. Menyiapkan dan melakukan kegiatan Pelayanan Bandara. 2. Menyiapkan dan melaksanakan kegiatan pertolongan kecelakaan penerbangan dan
pemadam kebakaran. 3. Menyiapkan dan melaksanakan pengamanan bandara.
Untuk menyelenggarakan tugas tersebut, Manager Pelayanan Bandara mempunyai tugas penyiapan dan pelaksanaan operasi sesuai dengan tugas yang
dimiliki. Dalam pelaksanaan dan fungsi Manager Pelayanan Bandara ini dibantu oleh beberapa Junior Manager yang bertanggung jawab kepadanya yaitu:
1. Junior Manager Pelayanan Bandara. Mempunyai tugas melaksanakan peraturan pelayanan disisi udara airside.
Pengaturan pelayanan penerangan dan komunikasi umum yang berhubungan dengan penerbangan dan pariwisata untuk pemakai jasa bandara.
2. Junior Manager Pertolongan kecelakaan Penerbangan dan Pemadam Kebakaran PKP-PK
Universitas Sumatera Utara
Mempunyai tugas melaksanakan pemberian pertolongan kecelakaan darurat medik di lingkungan kerja bandara dan sekitarnya.
3. Junior Manager Pengamanan Bandara Mempunyai tugas melaksanakan kegiatan pengamanan di lingkungan kerja
bandara.
D. Manager Teknik Umum dan Peralatan Manager Teknik Umum dan Peralatan mempunyai tugas sebagai berikut:
1. Menyiapkan dan melakukan kegiatan pengoperasian, pemeliharaan, pelaporan fasilitas bangunan.
2. Menyiapkan dan melakukan kegiatan pengoperasian, pemeliharaan, pelaporan fasilitas teknis, mekanikal dan peralatan.
3. Membantu pelaksanaan pembangunan fasilitas teknik umum dan peralatan sesuai dengan pelimpahan kewenangan yang diberikan direksi.
Untuk menyelenggarakan tugas tersebut Manager Teknik Umum dan Peralatan mempunyai tugas penyiapan dan pelaksanaan kegiatan sesuai dengan tugas
yang menjadi wewenang dan tanggung jawab. Dalam pelaksanaan tugas dan fungsinya Manager Teknik Umum dan Peralatan dibantu oleh 3 tiga Junior Manager
yaitu: 1. Junior Manager Teknik Bangunan.
Mempunyai tugas menyiapkan dan melakukan kegiatan pengoperasian, pemeliharaan, pelaporan fasilitas bangunan terminal, bangunan operasional dan
bangunan umum. 2. Junior Manager Teknik Landasan dan Tata Lingkungan
Universitas Sumatera Utara
Mempunyai tugas melaksanakan kegiatan pengoperasian, pemeliharaan, pelaporan fasilitas landasan dan lingkungan bandara.
3. Junior Manager Mekanikal Peralatan. Mempunyai tugas melaksanakan kegiatan pengoperasian, pemeliharaan, pelaporan
fasilitas mekanik dan peralatan.
E. Manager Teknik, Elektronika dan Listrik. Manager Elektonika dan Listrik mempunyai tugas sebagai berikut:
1. Menyiapkan dan melakukan kegiatan pengoperasian, pemeliharaan dan pelaporan fasilitas teknik elektronika.
2. Menyiapkan dan melakukan kegiatan pengoperasian, pemeliharaan dan pelaporan fasilitas Navigasi udara Radar.
3. Menyiapkan dan melakukan kegiatan pengoperasian, pemeliharaan dan pelaporan fasilitas teknik listik.
4. Membantu melaksanakan pembangunan fasilitas teknik elektro dan listrik sesuai dengan pelimpahan kewenangan yang diberikan direksi.
Untuk melaksanakan fungsi dan tujuannya, Manager Teknik Elektronika dan Listrik bandara dibantu oleh beberapa Junior Manager yaitu:
1. Junior Manager Telekomunikasi dan Teknik Elektronika Bandara. Mempunyai tugas untuk melaksanakan kegiatan pengoperasian, pemeliharaan dan
pelaporan fasilitas telekomunikasi penerbangan, elektronika bandara dan komputer.
2. Junior Manager Teknik Navigasi dan Udara. Mempunyai tugas melaksanakan kegiatan pengoperasian, pemeliharaan dan
pelaporan fasilitas navigasi udara dan radar.
Universitas Sumatera Utara
3. Junior Manager Teknik Listrik. Mempunyai tugas melaksanakan kegiatan pengoperasian, pemeliharaan dan
pelaporan fasilitas listrik.
F. Manager Administrasi dan Komersil. Manager Administrasi dan Komersil mempunyai tugas sebagai berikut:
1. Menyiapkan dan melakukan kegiatan pengelolahan usaha komersil. 2. Menyiapkan dan melakukan kegiatan pengelolahan keuangan.
3. Menyiapkan dan melakukan kegiatan akuntansi. 4. Menyiapkan dan melakukan kegiatan pengelolahan perlengkapan.
5. Menyiapkan dan melakukan kegiatan administrasi kepegawaian, ketatausahaan dan umum.
Dalam melaksanakan tugas dan fungsinya Manager Administrasi dan Komersil dibantu oleh beberapa Junior Manager, yaitu:
1. Junior Manager Komersial Mempunyai tugas untuk mengembangkan dan melaksanakan kegiatan komersil uang meliputi pengumpulan data produksi,
perhitungan dan pembuatan surat tagihan untuk jasa-jasa aeronoutika dan jasa non aeronoutika maupun usaha-usaha lain yang mempunyai hubungan dengan usaha
kebandaraan. 2. Junior Manager Akuntansi Mempunyai tugas melaksanakan tugas akuntansi.
3. Junior Manager Keuangan Mempunyai tugas melaksanakan kegiatan administrasi keuangan dan angsuran.
4. Junior Manager Perlengkapan Mempunyai tugas melaksanakan kegiatan pengadaan, pergudangan dan administrasi perlengkapan.
Universitas Sumatera Utara
5. Junior Manager Kepegawaian dan Umum Mempunyai tugas untuk melaksanakan administrasi kepegawaian, kesejahteraan dan pelayanan kesehatan pegawai,
kegiatan ketatausahaan, kerumahtanggaan, keprotokolan, penyelenggaraan informatika, managerial dan pengelolahan data pelaporan serta penyiapan ikatan
kerja. 6. Airport Duty Manager. Pada bagian ini terdiri sebanyak 5 lima orang, setingkat
dengan manager yang merupakan pelaksanaan struktural dalam menanggulangi permasalahan operasional tingkat pertama di bandara, bertugas bergantian
mengkoordinir kegiatan tersebut dalam melaksanakan tugas Airport Duty Manager yang bertanggung jawab kepada Manager.
III.1.6 Visi Dan Misi a. Visi