93 orang dan perempuan sebanyak 17 17 orang, responden yang menyatakan KS
responden laki-laki sebanyak 6 6 orang dan perempuan sebanyak 12 12 orang, dan responden yang menyatakan TS responden laki-laki sebanyak 25
25orang dan perempuan sebanyak 19 19 orang. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa masyarakat Desa Hutajulu lebih
banyak yang menyatakan tidak setuju tentang masyarakat yang menyetujui perubahan upacara adat perkawinan Batak Toba yaitu 48 48 orang dibandingkan
dengan Kelurahan Sidorame yaitu sebanyak 18 18 orang.
4.6. Tindakan dan sikap terhadap adanya perubahan dalam menjalankan
Tata Cara Adat perkawinan
Setelah acara adat nagok, ada lagi acara yang disebut paulak une mebat dan maningkir tangga. Acara ini dilakukan setelah penganten menjalani kehidupan
sebagai suami isteri biasanya sesudah 7-14 hari sesudah robo-roboan yang sebenarnya tidak wajib lagi dan tidak ada kaitannya dengan acara keabsahan
perkawinan adat na gok. Acara dimaksud adalah Paulak Une Suami isteri dan utusan pihak pria dengan muda mudi panaruhon mengunjungi rumah mertuorang tuanya
dengan membawa lampet lampet dari tepung beras dibungkus 2 daun bersilang. Menurut tradisi jika pihak pria tidak berkenan dengan pernikahan itu karena
perilaku atau sang wanita bukan boru ni raja lagi, si perempuan bisa ditinggalkan di rumah orang tua perempuan itu.
Maningkir Tangga. Arti harafiah “Menilik Tangga” Pihak orang tua perempuan menjenguk rumah tangga anaknya yang biasanya masih satu rumah
Universitas Sumatera Utara
94 dengan orang tuanya. Sekarang ini ada yang melaksanakan acara paulak une dan
maningkir tangga langsung setelah acara adat ditempat acara adat dilakukan, yang mereka namakan “Ulaon Sadari” . Acara ini sangat keliru, karena disamping tidak
ada maknanya seperti dijelaskan diatas, tetapi juga menambah waktu dan biaya ikan lampet dan makanan namargoar dan terkesan main-main atau melecehkan makna
adat itu. Perubahan yang terjadi dalam adat batak toba sekarang ini dimana sebuah adat
perkawinan yang dianggap sacral yang seharusnya dilakukan dengan berbagai tahap dengan waktu yang telah ditentukan seiring dengan proses adat yang harus
dilakukan.tetapi sekarang ini adat yang seharusnya harus dilakukan dengan petunjuk para petua-petua raja adat terdahulu yang seharusnya dilakukan pada generasi
berikutnya hingga sekarang ini. Seperti halnya dengan manikkir tangga dan paulak une, yang seharusnya itu dilakukan diluar pesta perkawinan tersebut. Paulak une itu
seharusnya dilakukan setelah si suami dan isteri nantinya sudah di rumah mereka. Berbagai alasan yang dilakukan oleh pihak wanita dan laki-laki sehingga
manikkir tangga dan paulak une dilakukan hanya satu hari dengan pesta perkawainan tersebut. Sebagian masyarakat menginginkan ulaon sadari. Tetapi sebagian pihak
terlebih raja-raja adat sangat tidak setuju dengan adanya ulaon sadari. Berikut pernyataan mereka tentang ketidaksetujuan adanya ulaon sadari dan mereka
mengatakan ulaon sadari itu jangan diadakan lagi dengan alasan 1.
Dari pemahaman iman, rumah tangga yang sudah diberkati tidak bisa bercerai lagi dengan alasan yang disebut dalam pengertian Paulak Une, dan
Universitas Sumatera Utara
95 pemahaman adat itu dilakukan setelah penganten mengalami kehidupan
sebagai suami isteri. 2.
Terkesan main-main, hanya tukar menukar tandok berisi makananan , sementara tempat Paulak Une dan Maningkir Tangga yang seharusnya di
rumah kedua belah pihak. Artinya saling mengunjungi rumah satu sama lain, diadakan di gedung pertemuan , pura-pura saling mengunjungi, yang tidak
sesuai dengan makna dan arti paulak une dan maningkir tangga itu. 3.
Menghemat waktu dan biaya, tidak perlu lagi harus menyediakan makanan namargoar paranak dan dengke dengan lampetnya parboru.
4. Acara itu tidak harus diadakan dan tidak ada hubungannya dengan keabsahan
acara adat nagok perkawinan saat ini. 5.
Acara Paulak Une dan Maningkir Tangga diadakan atau tidak, diserahkan saja kepada kedua suhut karena acara ini adalah acara pribadi mereka, biarlah
mereka mengatur sendiri kapan mereka saling mengunjungi rumah. Perubahan upacara peresmian perkawinan di sebabkan karena adanya
perubahan tempat, waktu peralatan perlengkapanya, serta orang-orang yang melakukan perkawinan tersebut. Terlebih mengenai waktu dan saat-saat pelaksanan
upacara adat perkawinan. Dalam hal ini kita dapat melihat perubahan dalam acara perkawinan seperti adat ulaon sadari yang biasanya menyusul seminggu kemudian,
tetapi dilangsungkan pada saat hari itu juga. Dengan adanya perubahan tersebut masyarakat ada yang menerima dan juga yang tidak menerima perubahan, seperti
dapat kita lihat respon masyarakat tentang perubahan, ada yang menyatakan
Universitas Sumatera Utara
96 dilestarikan, dan ada juga yang mengatakan disesuaikan dengan perkembangan
jaman. Seperti yang ada pada tabel berikut: Tabel 4.27
Distribusi Jawaban Responden Tentang tindakan sikap terhadap adanya perubahan dalam Pelaksaan tata cara adapt perkawinan.
Sumber Data Kuesioner tahun 2010 Dari data diatas menunjukkan bahwa responden Desa Hutajulu dari 100
100 orang responden laki-laki sebanyak 62 62 orang dan perempuan sebanyak 66 66 orang. Dari Kelurahan Sidorame sebanyak 100 100 orang, responden
laki-laki sebanyak 58 58 orang dan perempuan sebanyak 58 58 orang. Responden laki-laki dari Desa Hutajulu yang menyatakan SS responden laki-laki
sebanyak 32 32 orang dan perempuan sebesar 10 10 orang, yang menyatakan S dari Desa Hutajulu responden laki-laki sebanyak 22 22 orang dan
perempuan sebanyak 15 15 orang. Responden yang menyatakan KS, responden laki-laki sebanyak 9 9 orang dan perempuan sebanyak 7 7 orang,
dan responden yang menyatakan TS responden laki-laki sebanyak 3 3 orang dan perempuan sebanyak 2 2 orang.
Sedangkan responden dari Kelurahan Sidorame sebanyak 100 100 orang. Responden laki-laki yang menyatakan SS sebanyak 29 29 orang dan
perempuan sebanyak 13 13 orang, responden laki-laki yang menyatakan S
J K GAMBARAN RESPONDEN TENTANG TINDAKAN DAN SIKAP ADANYA PERUBAHAN DALAM MENJALANKAN ADAT
PERKAWINAN DESA HUTA JULU
KELURAHAN SIDORAME SS
S KS
TS T
SS S
KS TS
T N
f n
f n
f n
f N
F N
f n
f n
f n
f N
F LK
32 32
22 22
9 9
3 3
66 66
29 29
20 20
7 7
2 2
58 58
PR 10
10 15
15 7
7 2
2 34
34 13
13 17
17 9
9 3
3 42
42 42
42 37
37 16
16 5
5 100
100 42
42 37
37 16
16 5
5 100
100
Universitas Sumatera Utara
97 sebanyak 20 20 orang dan perempuan sebanyak 17 17 orang, responden
yang menyatakan KS responden laki-laki sebanyak 6 6 orang dan perempuan sebanyak 12 12 orang, dan responden yang menyatakan TS responden laki-laki
sebanyak 2 2 orang dan perempuan sebanyak 3 3 orang. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa masyarakat Desa Hutajulu lebih
banyak yang menyatakan tidak setuju tentang masyarakat yang menyetujui perubahan upacara adat perkawinan Batak Toba yaitu 42 42 orang sama dengan
Kelurahan Sidorame yaitu sebanyak 42 42 orang.
Universitas Sumatera Utara
98
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. Kesimpulan
Dari data yang ditemukan dari lapangan dapat disimpulkan bahwa tahapan- tahapan dalam perkawinan terdapat perbandingan yaitu:
1. Tahapan Pra Perkawinan yaitu:
Martandang, dari data di atas di temukan perbandingan dalam menjalankan tahapan perkawinan tersebut dimana responden Desa Hutajulu sebagian besar
menyatakan bahwa martandang itu masih dilakukan begitu juga dengan Kelurahan Sidorame masih ditemukan tahapan martandang tersebut.
Mangaririt, tahapan mangaririt masih ada ditemukan dilapangan, responden Desa Hutajulu sebagian besar ada yang menyatakan bahwa tahapan mangaririt
masih dilakukan begitu juga dengan responden Kelurahan Sidorame.
Tanda Hata olo responden Desa Hutajulu menyatakan sangat setuju terhadap tahapan tanda hata olo dalam acara perkawinan, begitu juga dengan Kelurahan
Sidorame menyatakan bahwa tahapan tanda hata olo masih dilakukan. Tetapi dapat kita lihat bahwa masih ada perbandingan di antara Desa Hutajulu dengan
Kelurahan Sidorame yang melakukan tahapan tersebut. sebanyak 46 46 orang menyatakan sangat setuju dari responden Desa Hutajulu, sedangkan dari
Kelurahan Sidorame yang menyatakan sangat setuju sebanyak 45 45 orang. Marhusip, dari hasil penelitian dapat ditemukan bahwa tahapan ini masih di
Desa Hutajulu begitu juga dengan Kelurahan Sidorame. Jadi dalam tahapan ini tidak ada perbandingan dalam melakukan tahapan tersebut. Yaitu sebanyak 100
Universitas Sumatera Utara