TINJAUAN PUSTAKA Komparatif Nilai Sosial Budaya Perkawinan Batak Toba Pada Masyarakat Asal dengan Perantauan (Studi Komparatif Antara Desa Hutajulu Kecamatan Pollung Kabupaten Humbang Hasundutan dengan Kelurahan Sidorame Kecamatan Medan Perjuangan)

21

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Nilai-nilai sosial meliputi berbagai pola-pola tingkah laku yang luas. Suatu nilai yang penting adalah perkawinan itu sendiri. Pada dasarnya, sikap terhadap perkawinan, seperti suatu nilai sering merupakan faktor penentu dalam keberhasilan perkawinan. Dalam kehidupan sehari-hari, perkawinan adalah nilai tunggal mereka paling penting, dan mereka akan berbuat segalanya yang dapat mereka lakukan untuk menyesuaikan secara memuaskan. Bagi yang lain, perkawinan tidaklah penting seperti kebahagian pribadi mereka, kesenangan, atau kesuksesan pribadi mereka Nilai-nilai budaya yang ada dalam masyarakat batak toba dapat dilihat dan dapat dirasakan dalam bentuk salah satu sistem kemasyarakatan atau sistem kekerabatannya. Nilai-nilai budaya ini dapat merupakan aturan-aturan yang menjadi pegangan yang diperlukan dalam kehidupan sehari-hari oleh kehidupan masyarakat batak toba yang menyangkut hubungan antara anak dengan ayah, anak dengan ibu, saudara dengan saudara, kemenakan dengan paman, menantu dengan mertua dan hubungan individu dengan individu. Oleh karena itu perkawinan pada masyarakat batak toba tidak melanggar sistem kemasyarakatan atau kekerabatannya. http:www.silaban.netdalihan-natolu-sumber-hukum-adat-batak 29 September 2010 jam 18-19.30 Dalam hal ini Etnis Batak Toba menurut adat-istiadat, pada etnis Batak Toba dalam dalihan na tolu merupakan bentuk interaksi yang mengatur hubungan diantara mereka bahkan ikatan keluarga idaman yang keturunan di ambil dari garis ayah Universitas Sumatera Utara 22 patrilineal dan diturunkan kepada keturunannya, dengan adanya marga hubungan diantara satu kumpulan marga akan semakin dekat. Etnis Batak Toba melihat garis keturunan dari pihan laki-laki atau sistem patrilineal sehingga anak laki-laki dianggap mempunyai suatu kekhususan tertentu, terutama dalam menuruskan warisan marga dan penerusan keturunan, dianggap sebagai pelindung nantinya di hari tua bagi kedua orang tua dan penolong orang tua yang tidak mampu lagi menghadapi diri sendiri. Etnis Batak Toba khususnya laki-laki diwajibkann mengetahui silsilahnya minimal nenek monyangnya yang menurunkan marga dan teman semarganya dongan sabutuha. Hal ini diperlukan agar mengetahui letak kekerabatanya partuturanya dalam suatu klan dan marga. Marga merupakan suatu identitas diri karena dengan mengetahui marganya maka dengan sendirinya akan mengatur dirinya sendiri, mengatur sikapnya, mengatur sifat sopan santunya, sikap perilakunya terhadap orang lain, apakah dia marhula-hula, apakah mardongan tubu atau marboru. http:www.silaban.netdalihan-natolu-sumber-hukum-adat-batak 29 September 2010 jam 18-19.30 Perkawinan merupakan suatu saat yang terpenting pada daur hidup dari semua manusia diseluruh dunia., karena merupakan saat peralihan dari tingkat hidup remaja ke tingkat hidup berkeluarganya. Perkawinan adalah penerimama status baru dengan sederetan hak dan kewajiban yang baru serta pengakuan status baru oleh orang lain. Perkawinan membentuk suatu tali hubungan sosial yang baru dan juga jumlah anggota keluarga bertambah, masuknya keluarga suami istri menimbulkan banyak Universitas Sumatera Utara 23 sekali peran kewajiban baru, dan juga penyesuaian dan ketengangan-ketengagan baru. Koentjaraningrat, 2002 Oleh karena itu suatu perkawinan menimbulkan berbagai macam akibat, yang juga melibatkan banyak sanak keluarga termasuk suamiistri itu sendiri. Perkawinan adalah peritah Tuhan yang melembaga dalam masyarakat untuk membentuk rumah tangga dalam ikatan kekeluargaan, sama konsepnya dengan pasal 1 ayat 1 undang- undang perkawinan No. 1 tahun 1974 mengatakan bahwa perkawinan adalah ikatan lahir batin antara seorang laki-laki dengan perempuan sebagai suami istri dengan tujuan membentuk rumah tangga yang bahagia dan kekal berdasarkan ke Tuhanan Yang Maha Esa. H.R O Salman Soemadingrat 2002 ; 173. Masyarakat Batak Toba juga menganggap bahwa perkawinan adalah suatu peristiwa yang sakral antara laki-laki dan perempuan yang telah mengikat diri dalam perkawinan akan dianggap menjadi satu. Oleh karena itu laki-laki dan perempuan yang terikart perkawinan akan saling membantu dan melengkapi kekurangan pasangan dalam membagun sebuah keluarga. Hal ini jelas terlihat sudah banyaknya perempuan Batak Toba yang telah berumah tangga ikut serta dalam mencari nafkah membantu suaminya demi kelangsungan hidup keluarga. Masalah perkawinan adalah masalah yang pokok dalam kehidupan manusia karena perkawinan mempunyai pengaruh besar terhadap roda kehidupanya malah kadang-kadang merupakan tingkat yang menentukan dalam perjalanan hidup seseorang, oleh karena itu perkawinan diataur berdasarkan aturan-aturan yang berlaku dalam adat istiadat dan kebudayaanya. Universitas Sumatera Utara 24 Kebudayan Batak Toba juga mengatur syarat-syarat yang harus dipenuhi masyarakat Batak Toba yang akan yang akan melakukan atau melangsungkan sebuah perkawinan. Salah satu unsur penting ketika terjadinya transaksi perkawinan pada masyarakat Batak Toba adalah penentuan jumlah mas kawin sinamot. Mas kawin menjadi syarat utama apakah sebuah perkawinan dapat dilaksanakan atau tidak. Mas kawin yang ditentukan dahulunya pada masyarakat Batak Toba selalu menjadi beban atau tanggungan dari pihak pengantin laki-laki tetapi dengan berlalunya waktu mas kawin sudah ditanggang bersama kedua belah pihak antara pengantin laki-laki dan pengantin perempuan berdasarkan kesepakatan bersama kedua belah pihak agar upacara perkawinan tersebut dapat dilaksanakan. Adat istiadat merupakan bagian dari tiga wujud dari kebudayaan. Kebudayaan adalah keseluruhan sistem gagasan, tindakan dan hasil karya manusia yang dibiasakan dengan belajar. Ketiga wujud dari kebudayaan itu antara lain: • Wujud kebudayaan sebagai kompleks dari ide-ide, gagasan, nilai-nilai, norma- norma, perantauan dan sebagainya. • Wujud kebuyaan sebagai suatu kompleks aktivitas kelakuan berpola dari manusia dalam masyarakat. • Wujud kebudayaan sebagai benda-benda hasil karya manusia. Wujud pertama disebut juga wujud ideal dari kebudayaan sifatnya abstrak, tidak dapat diraba dan difoto karena berada dalam alam pikiran masyarakat yang disebut juga sebagai adat-istiadat, yang mana biasanya berfungsi sebagai tata kelakuan yang mengatur, mengendalikan dan memberi arah kepada kelakuan dan Universitas Sumatera Utara 25 perbuatan manusia dalam masyarakat. Wujud kedua dari kebudayaan disebut sebagai sistem sosial yang disebut sebagai sistem sosial yang terdiri dari aktivitas-aktivitas manusia-manusia yang berinteraksi, berhubungan, serta bergaul satu sama lain dari detik ke detik, dari hari ke hari, dari tahun ke tahun, selalu menurut pola-pola tertentu yang berdasarkan adat tata kelakuan. Wujud dari ketiga budaya disebut kebudayaan fisik karena berupa seluruh total dari hasil fisik dari aktivitas, perbuatan, dan karya semua manusia dalam masyarakat dan berupa benda-benda atau hal-hal yang dapat diraba, dilihat dan difoto Koentjaraningrat 2002. Masyarakat Batak Toba menganggap perkawinan itu adalah pranata yang menghubungakan tiga kelompok klen. Bila diartikan keturunan yang disebut juga orang-orang yang saompu satu kakek moyang bersama yang dapat diidentifikasi dengan jelas garis keturunannya. Klen penerima perempuan ayah dari pengantin laki-laki disebut boru, ayah yang memberi perempuan disebut hula-hula, sedangkan klen Kecamatanil sesama marga kesuatu kelompok kekerabatan dihitung berdasarkan garis laki-laki disebut dongan sabutuha. Penghubung ketiga klen inilah yang disebut dalihan na tolu yang sebenarnya merupakan hubungan besan Ihromi, 2003:110. Dalihan na tolu memiliki beberapa unsur yaitu elek marboru, somba marhula- hula dan manat mardongan tubu. Elek marboru maksudnya adalah agar hula-hula itu selalu dalam sikap membujuk sayang terhadap boru, karena borulah sebagian penanggung jawab kegiatan. Boru itu selalu dibujuki sayang oleh hula-hula, itu bukan berarti agar boru itu menjadi manja, perbuatan hula-hula itu harus dipandang hormat oleh boru. Somba marhula-hula maksudnya adalah agar setiap boru Universitas Sumatera Utara 26 hendakalah bersikap sembah atau hormat kepada hula-hula. Manat mardongan tubu maksudnya adalah agar sesama marga hendaklah bersikap prihatin dan hati-hati. Arti hubungan itu adalah dengan keadaan demikian agar sesuatu kegiatan itu dapat dilaksanakan dengan sempurna Gultom, 1992: 53. Dalihan na tolu pada masyarakat Batak Toba ada karena sebuah perkawinan. Semua perkawinan pada masyarakat Batak Toba harus melalui pemberian mas kawin oleh pihak pengantin laki-laki. Mas kawin yang diberikan oleh pihak pengantin laki- laki biasanya berupa uang, tetapi mas kawin bukanlah sebagai harga beli untuk memperoleh istri sebagai milik. Mas kawin hanya merupakan syarat formal untuk melangsungkan perkawinan, karena sebagai sarana adat pada upacara perkawinan yang wajib dilaksanakan agar kedua belah pihak yang melangsungkan perkawinan saling berkenalan. Tidak dipungkiri, tiap kebudayaan yang ada, pasti mengalami perubahan cepat atau lambat. Perubahan itu tidak hanya terbatas pada bentuk lahirnya saja, tetapi tidak jarang terjadi pada masyarakat atau makna yang terkandung didalamnya. Perubahan-perubahan terjadi pada masyarakat pengaruhnya bisa menjalar dengan cepat kebagian dunia lain karena adanya komunikasi modern, sehingga penemuan-penemuan baru yang terjadi disuatu tempat dapat diketahui oleh masyarakat lain dengan cepat yang berada jauh dari tempat tersebut. Perubahan ini terjadi pada pelaksanaan tata cara adat perkawinan masyarakat batak toba. Semakin lama pelaksanaan tata cara adat perkawinan mulai berubah karena proses tata cara adat perkawinan tersebut sudah lebih praktis atau tidak bertele-tele lagi. Hal ini terutama bagi masyarakat batak toba yang tinggal khususnya di daerah perkotaan atau Universitas Sumatera Utara 27 di daerah perantauan. Perubahan-perubahan ini terjadi juga pada pelaksanaan tata cara adat perkawinan masyarakat Batak Toba. Semakin lama pelaksanan tata cara adat perkawinan mulai berubah karena proses tata cara adat perkawinan tersebut sudah lebih praktis atau tidak bertele-tele lagi. Hal ini terutama bagi masyarakat Batak Toba yang tinggal khususnya di daerah perkotaan atau di daerah perantauan. Bezalel dan Lontung 2007:9 juga berpendapat sesuai dengan perjalanan waktu, dimana populasi masyarakat batak semakin meningkat, dan demikian juga pemukiman baru yang semakin meluas, serta terjadinya perubahan status dan kesejahtraan masyarakat batak adat inti atau adat sebenarnya dan adat nadiadathon atau adat yang diadatkan pun mengalami perubahan. Perubahan tata cara perkawinan ini bukan hanya terjadi pada masyarakat batak toba saja, karena dengan berjalannya waktu upacara perkawinan adat sekarang ini juga mengalami perubahan yang mana pelaksanaannya upacara perkawinannya sudah tidak bertele-tele lagi dan tidak mengeluarkan banyak biaya lagi karena sudah lebih praktis. Perubahan ini juga karena adanya teknologi dan ilmu pengetahuan yang semakin canggih yang mempermudah terjadinya tukar menukar kebudayaan baik antara suku bangsa maupun dengan kebudayaan asing Moertjipto, 2002. Universitas Sumatera Utara 28

BAB III METODE PENELITIAN