74 dari pihak laki-laki kepada pihak perempuan adalah sebagai lambang diputuskannya
hubungan kekeluargaan isteri dengan orang tuanya dan juga nenek moyangnya. Dengan kata lain, diputuskan dari kerabat dan persekutuannya. Setelah perkawinan,
isteri masuk sama si lelaki dalam keluarga suaminya. Jadi perkawinan jujur dalam sistem kekeluargaan patrilinial ini, yang memberikan sinamot kepada si isteri bukan
hanya suaminya melainkan juga keluarga dari suaminya. Dengan demikian anak- anak yang dilahirkan dalam perkawinan masuk menjadi keluarga suaminya dan
memakai marga keluarga suami. Hubungan anak dengan keluarga ayahnya dianggap lebih penting derajatnya.
4.3.1. Pandangan Responden Pada Masa Pra Perkawinan
Secara ringkas dapat dijelaskan bagaimana suatu proses perkawinan dalam masyarakat Batak Toba yang dianggap ideal. Hal ini sangat di perlukan untuk
nantinya dapat dilihat perbandingan antara proses yang ideal dan perubahan yang ada pada tata cara adat perkawinan seperti martandang , mangaririt, dan yang lainya
yang terjadi pada masyarakat Batak Toba yang ada di pada masyarakat Desa Hutajulu dengan Kelurahan Sidorame.
4.3.1.1. Martandang Martandang adalah merupakan suatu kegiatan muda-mudi, dimana pemuda
Desa tertentu pergi ke desa lain untuk mengikuti acara atau kegiatan tertentu. Tanggapan dari responden dari Desa Hutajulu sebanyak 100 100 orang
responden dari Kelurahan Sidorame sebanyak 100 100 orang. Untuk lebih jelas mengenai tahapan yang dilakukan pada acara adat perkawinan Batak Toba dapat
dilihat pada tabel berikut ini:
Universitas Sumatera Utara
75 Tabel 4.28
Tata upacara perkawinan martandang
Sumber Data Kuesioner tahun 2010 Dari data diatas menunjukkan bahwa responden Desa Hutajulu dari 100
100 orang responden laki-laki sebanyak 56 56 orang dan perempuan sebanyak 44 44 orang. Dari Kelurahan Sidorame sebanyak 100 100 orang, responden
laki-laki sebanyak 60 60 orang dan perempuan sebanyak 40 40 orang. Responden laki-laki dari Desa Hutajulu yang menyatakan SS sebanyak 15 15
orang dan perempuan sebesar 11 11 orang, yang menyatakan S dari Desa Hutajulu responden laki-laki sebanyak 25 25 orang dan perempuan sebanyak 21
21 orang. Responden yang menyatakan KS, responden laki-laki sebanyak 11 11 orang dan perempuan sebanyak 9 9 orang, dan responden yang menyatakan
TS responden laki-laki sebanyak 5 5 orang dan perempuan sebanyak 3 3 orang.
Sedangkan responden dari Kelurahan Sidorame sebanyak 100 100 orang. Responden laki-laki yang menyatakan SS sebanyak 17 17 orang dan perempuan
sebanyak 9 9 orang, dan yang menyatakan S responden laki-laki sebanyak 24 24 orang dan perempuan sebanyak 21 21 orang, dan responden yang
menyatakan KS responden laki-laki sebanyak 12 12 orang dan perempuan
J K MARTANDANG
DESA HUTA JULU KELURAHAN SIDORAME
SS S
KS TS
T SS
S KS
TS T
N f
n f
n f
n f
N F
n f
n f
n f
n f
N F
LK 15
15 25
25 11
11 5
5 56
56 17
17 24
24 12
12 7
7 60
60 PR
11 11
21 21
9 9
3 3
44 44
9 9
21 21
7 7
2 2
40 40
26 26
46 46
20 20
8 8
100 100
26 26
45 45
19 19
9 9
100 100
Universitas Sumatera Utara
76 sebanyak 7 7 orang, dan responden yang menyatakan TS responden laki-laki
sebanyak 7 7 orang dan perempuan sebanyak 2 2 orang. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa lebih banyak responden Desa
Hutajulu yang menyatakan setuju dengan adanya tata cara adat martandang dalam adat perkawinan yaitu sebanyak 46 46 orang, dibandingkan dengan Kelurahan
Sidorame yaitu sebesar 45 45 orang. Pada umumnya proses martandang sebelum terjadinya perkawinan dalam
etnis Batak Toba baik itu di Kelurahan Sidorame maupun di Desa Hutajulu proses martandang itu masih di lakukan. dimana untuk mencapai sebuah perkawinan
seseorang yang terlebih dahulu dilakukan adalah martandang dulu yaitu berupa pendekatan kepada calon isteri atau suami tersebut.
4.3.1.2. Mangaririt Mangaririt dalam masyarakat batak toba adalah ajuk-mengajuk hati atau
memilih gadis yang akan di jadikan menjadi calon istrinya sesuai dengan kriterianya sendiri dan kriteria keluarga. Acara mengaririt ini dilakukan kalau calon pengantin
laki-lakinya anak rantau yang tidak sempat mencari pasangan hidupnya sendiri, sehingga sewaktu laki-laki tersebut pulang kampung maka orang tua keluarga lainnya
mencari perempuan yang cocok dengannya untuk dijadikan isteri, tetapi perempuan yang dicarikan tersebut harus sesuai dengan kriteria si laki-laki dan kriteria
keluarganya. Perkawinan merupakan hal yang tidak mudah untuk dilakukan. Karena seseorang yang akan melakukan perkawinan harus siap dalam segala hal, baik itu
mental ataupun ha lain yang menyangkut calon isteri atau suaminya. Sehingga
Universitas Sumatera Utara
77 dengan adanya kriteria yang dianggap cocok maka itu akan mendukung perkawinan
itu bahagia atau kekal selama-lamanya. Tabel 4.29 menunjukkan bahwa tata cara adat mangaririt dalam adat perkawinan masih dilakukuan. Tanggapan dari responden
dari Desa Hutajulu sebanyak 100 100 orang responden dari Kelurahan Sidorame sebanyak 100 100 orang. Untuk lebih jelas mengenai tahapan yang dilakukan
pada acara adat perkawinan Batak Toba dapat dilihat pada tabel berikut ini: Tabel 4.29
Sikap responden dan aktivitas mangaririt
Sumber Data Kuesioner tahun 2010 Dari data diatas menunjukkan bahwa responden Desa Hutajulu dari 100
100 orang responden laki-laki sebanyak 56 56 orang dan perempuan sebanyak 44 44 orang. Dari Kelurahan Sidorame sebanyak 100 100 orang, responden
laki-laki sebanyak 56 56 orang dan perempuan sebanyak 44 44 orang. Responden laki-laki dari Desa Hutajulu yang menyatakan SS sebanyak 18 18
orang dan perempuan sebesar 14 14 orang, yang menyatakan S dari Desa Hutajulu responden laki-laki sebanyak 21 21 orang dan perempuan sebanyak 19
19 orang. Responden yang menyatakan KS, responden laki-laki sebanyak 13 13 orang dan perempuan sebanyak 9 9 orang, dan responden yang menyatakan
J K MANGARIRIT
DESA HUTA JULU KELURAHAN SIDORAME
SS S
KS TS
T SS
S KS
TS T
n f
n f
n f
n f
N F
n f
n f
n f
n f
N F
LK 18
18 21
21 13
13 4
4 56
56 25
25 15
15 11
11 5
5 56
60 PR
14 14
19 19
9 9
2 2
44 44
21 21
11 11
9 9
3 3
44 40
32 32
40 40
22 22
6 6
100 100
46 46
26 26
20 20
8 8
100 100
Universitas Sumatera Utara
78 TS responden laki-laki sebanyak 4 4 orang dan perempuan sebanyak 2
2orang. Sedangkan responden dari Kelurahan Sidorame sebanyak 100 100 orang.
Responden laki-laki yang menyatakan SS sebanyak 25 25 orang dan perempuan sebanyak 21 21 orang, dan yang menyatakan S responden laki-laki sebanyak
15 15 orang dan perempuan sebanyak 11 11 orang, dan responden yang menyatakan KS responden laki-laki sebanyak 11 11 orang dan perempuan
sebanyak 9 9 orang, dan responden yang menyatakan TS responden laki-laki sebanyak 5 5orang dan perempuan sebanyak 3 3 orang.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa lebih banyak responden Desa Hutajulu yang menyatakan setuju dengan adanya tata cara adat mangaririt dalam adat
perkawinan yaitu sebanyak 40 40 orang, dibandingkan dengan Kelurahan Sidorame yaitu sebesar 26 26 orang.
Apabila dikatakan seseorang suku batak pada umumnya masih kental dengan adatnya. Proses mangaririt dalam etnis batak toba masih dilakukan. Dari tabel diatas
bahwa baik itu di Desa Hutajulu maupun di Kelurahan Sidorame proses mangaririt itu masih tetap dilakukan. Hanya sebagian Kecamatan yang tidak melakukan proses
mangaririt karena laki-laki langsung membawa calon isterinya kepada keluarganya. Tetapi pada umumnya proses mangaririt ini masih tetap dilakukan oleh masyarakat
Batak Toba. 4.3.1.3. Tanda hata olo
Tanda hata olo adalah tukar cincin antara dua sijoli yang sudah memadu cinta dan berjanji sehidup semati dalam membentuk suami istri atau rumah tangga. Acara
Universitas Sumatera Utara
79 ini ditandai dengan pertukaran tanda mata, dimana laki-laki memberi uang sebagai
tanda hata dan sigadis membalasnya dengan memberi kain sarung atau ulos sebagai tanda hata olo. Pertukaran tanda ini disaksikan oleh muda-mudi naposo bulung
dari desa tempat dilangsungkan pertunangan, dipimpin oleh pengetua mudi-mudi yang biasanya baru menikah, ditambah dengan beberapa orang pengerja dari gereja.
Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel berikut ini: Tabel 4.30
Tata upacara perkawinan tanda hata olo
Sumber Data Kuesioner tahun 2010 Dari data diatas menunjukkan bahwa responden Desa Hutajulu dari 100
100 orang responden laki-laki sebanyak 60 60 orang dan perempuan sebanyak 40 40 orang. Dari Kelurahan Sidorame sebanyak 100 100 orang, responden
laki-laki sebanyak 57 57 orang dan perempuan sebanyak 43 43 orang. Responden laki-laki dari Desa Hutajulu yang menyatakan SS sebanyak 17 17
orang dan perempuan sebesar 9 9 orang, yang menyatakan S dari Desa Hutajulu responden laki-laki sebanyak 26 26 orang dan perempuan sebanyak 19
19 orang. Responden yang menyatakan KS, responden laki-laki sebanyak 11 11 orang dan perempuan sebanyak 8 8 orang, dan responden yang menyatakan
J K TANDA HATA OLO
DESA HUTA JULU KELURAHAN SIDORAME
SS S
KS TS
T SS
S KS
TS T
n f
n f
n f
n f
N F
n f
n f
n f
n f
N F
LK 17
17 26
26 11
11 6
6 60
60 15
15 24
24 12
12 6
6 57
57 PR
9 9
19 19
8 8
4 4
40 40
11 11
22 22
8 8
2 2
43 43
26 26
45 45
19 19
10 10
100 100
26 26
46 46
20 20
8 8
100 100
Universitas Sumatera Utara
80 TS responden laki-laki sebanyak 6 6 orang dan perempuan sebanyak 4 4
orang. Sedangkan responden dari Kelurahan Sidorame sebanyak 100 100 orang.
Responden laki-laki yang menyatakan SS sebanyak 15 15 orang dan perempuan sebanyak 11 11 orang, dan yang menyatakan S sebanyak 24 24
orang dan perempuan sebanyak 22 22 orang, dan responden yang menyatakan KS responden laki-laki sebanyak 12 12 orang dan perempuan sebanyak 8 8
orang, dan responden yang menyatakan TS responden laki-laki sebanyak 6 6 orang dan perempuan sebanyak 2 2 orang.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa lebih banyak responden Kelurahan Sidorame yang menyatakan setuju dengan adanya tata cara adat Tanda
hata olo dalam adat perkawinan yaitu sebanyak 46 46 orang, dibandingkan dengan Desa Hutajulu yaitu sebesar 45 45 orang.
4.3.1.4. Marhusip Marhusip artinya berbisik, namun pengertiand alam tulisan ini adalah
pembicaraan yang bersifat tertutup atau dapat juga disebut perundingan atau pembicaraan antara utusan keluarga calon pengantin laki-laki dengan wakil pihak
orang tua calon pengantin perempuan, mengenai jumlah mas kawin yang harus disediakan oleh pihak laki-laki yang akan diserahkan kepada pihak perempuan. Hasil
pembicaraan marhusip belum perlu diketahui oleh umum karena menjaga adanya kemungkinan kegagalan dalam mencapai kata sepakat.
Acara marhusip sebelum dilaksanakan terlebih dahulu masing-masing orang tua kedua belah pihak mengadakan musyawrah dengan kerabatnya dirumah mereka
Universitas Sumatera Utara
81 masing-masing untuk menentukan domu-domu perantara diantara mereka bagi
pihaknya. Domu-domu ini bertindak sebagai perantara orang tua kedua belah pihak untuk mencapai persetujuan dalam hal mas kawin dan segala yang menyangkut
mendanai perkawinan tersebut Marhusip adalah suatu kegiatan penjajakan akan kelanjutan yang akan di
laksanakan kedua belah pihak kerabat dari belah pihak. Dari 200 orang responden sebanyak 100 menyatakan sangat setuju. Untuk lebih jelas dapat dilihat pada tabel
4.31 dibawah ini: Tabel 4.31
Tata upacara perkawinan marhusip
Sumber Data Kuesioner tahun 2010 Dari data diatas menunjukkan bahwa responden Desa Hutajulu dari 100
100 orang responden laki-laki sebanyak 75 75 orang dan perempuan sebanyak 25 25 orang. Sedangkan dari Kelurahan Sidorame sebanyak 100 100 orang,
responden laki-laki sebanyak 71 71orang dan perempuan sebanyak 29 29 orang menyatakan bahwa marhusip masih dilakukan dalam tata cara adat
perkawinan Batak Toba. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa tata cara adat marhusip masih
dilakukan di Desa Hutajulu yaitu sebanyak 100 100 orang dan dari Kelurahan
J K MARHUSIP
DESA HUTA JULU KELURAHAN SIDORAME
SS S
KS TS
T SS
S KS
TS T
n F
n f
n f
n f
N F
n f
n f
n f
n f
N F
LK 75
75 -
- -
- -
- 75
75 71
71 -
- -
- -
- 71
71 PR
25 25
- -
- -
- -
25 25
29 29
- -
- -
- -
29 29
100 100
- -
- -
- -
100 100
100 100
- -
- -
100 100
Universitas Sumatera Utara
82 Sidorame sebanyak 100 100 orang. Jadi tidak perbandingan antara Desa
Hutajulu maupun Kelurahan Sidorame. 4.3.1.5. Marhata Sinamot
Marhata sinamot adalah perkenalan resmi antara orang tua si laki-laki dengan orang tua si perempuan di depan undangan. Marhata sinamot biasanya diadakan
selesai membagikan jambar. Marhata sinamot yaitu membicarakan berapa besar jumlah sinamot atau jujur dari pihak laki-laki, hewan apa yang akan di sembelih,
berapa banyak ulos, berapa banyak undangan dan dimana diadakan upacara perkawinan tersebut. Acara marhata sinamot dapat juga diannggap sebagai
perkenalan resmi antara orang tua laki-laki dengan orang tua wanita. Mas kawin yang diberikan pihak laki-laki biasanya berupa unang yang jumlah mas kawin
tersebut ditentukan lewat terjadinya tawar-menawar. Dari 200 orang responden sebanyak 100 menyatakan sangat setuju. Untuk lebih jelas dapat dilihat pada tabel
4.32 dibawah ini: Tabel 4.32
Tata upacara perkawinan marhata sinamot
Sumber Data Kuesioner tahun 2010 Dari data diatas menunjukkan bahwa responden Desa Hutajulu dari 100
100 orang responden laki-laki sebanyak 65 65 orang dan perempuan sebanyak
J K MARHATASINAMOT
DESA HUTA JULU KELURAHAN SIDORAME
SS S
KS TS
T SS
S KS
TS T
n f
n f
n f
n f
N F
n f
n f
n f
n f
N F
LK 65
65 65
65 67
67 67
67 PR
35 35
35 35
33 33
33 33
100 100
100 100
100 100
100 100
Universitas Sumatera Utara
83 35 35 orang. Sedangkan dari Kelurahan Sidorame sebanyak 100 100 orang,
responden laki-laki sebanyak 67 67 orang dan perempuan sebanyak 33 33 orang menyatakan bahwa marhata sinamot masih dilakukan dalam tata cara adat
perkawinan Batak Toba. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa tata cara adat marhata sinamot
masih dilakukan di Desa Hutajulu yaitu sebanyak 100 100 orang dan dari Kelurahan Sidorame sebanyak 100 100 orang. Jadi tidak ada perbandingan
antara Desa Hutajulu maupun Kelurahan Sidorame. Dari tabel-tabel masa pra perkawinan diatas bahwa dalam adat Batak Toba
semua hal diatas masih dilakukan. Baik itu di Kelurahan Sidorame maupun di Desa Hutajulu proses masa pra perkawinan itu masih dilakukan. Hanya sebagian
Kecamatan yang tidak melakukannya terlebih di kota, sebagian hal itu tidak lagi dilakukan. Karena untuk persiapan pra perkawinan mempunyai waktu yang sangat
lama, pada hal di kota sangat minim waktu untuk persiapan tersbut karena pada umumnya di kota sangat terikat dengan pekerjaan atau hal lain yang membuat waktu
mereka sedikit untuk persiapan itu. Tetapi untuk di desa itu masih tetap ada dilakukan, meskipun sudah sebagian yang didesa juga tidak melakukannya.
4.3.2.Upacara Perkawinan
4.3.2.1. Marsibuha-buhai Marsibuha-buhai adalah dilakukan di tempat si pengantin perempuan pada
acara adat perkawinan di alap jual, dan di tempat laiki-laki pada acara perkawinan di taruhon jual marsibuha-buhai di barengi dengan makanan adat kedua belah pihak,
Universitas Sumatera Utara
84 acara selanjutnya adalah menerima pemberkatan ke gereja. Tabel 4.33 menunjukkan
bahwa tata cara adat marsibuha-buhai masih dilakukan, untuk lebih jelas dapat dilihat pada tabel dibawah ini:
Tabel 4.33 Tata upacara perkawinan marsibuha-buhai
Sumber Data Kuesioner tahun 2010 Dari data diatas menunjukkan bahwa responden Desa Hutajulu dari 100
100 orang responden laki-laki sebanyak 65 65 orang dan perempuan sebanyak 35 35 orang. Sedangkan dari Kelurahan Sidorame sebanyak 100 100 orang,
responden laki-laki sebanyak 69 69 orang dan perempuan sebanyak 31 31 orang menyatakan bahwa marsibuha-buhai masih dilakukan dalam tata cara adat
perkawinan Batak Toba. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa tata cara adat marsibuha-buhai
masih dilakukan di Desa Hutajulu yaitu sebanyak 100 100 orang dan dari Kelurahan Sidorame sebanyak 100 100 orang. Jadi tidak ada perbandingan
antara Desa Hutajulu maupun Kelurahan Sidorame. 4.3.2.2. Marunjuk
Marunjuk adalah merupakan acara yang di lakukan dalam upacara peresmian perkawinan orang Batak Toba. Dari 200 orang responden sebanyak 100 responden
J K MARSIBUHA-BUHAI
DESA HUTA JULU KELURAHAN SIDORAME
SS S
KS TS
T SS
S KS
TS T
n f
n f
n f
n f
N F
N f
n f
n f
n f
N F
LK 65
65 65
65 69
69 69
69 PR
35 35
35 35
31 31
31 31
100 100
100 100
100 100
100 100
Universitas Sumatera Utara
85 menyatakan bahwa mrunjuk masih dilakukan. Untuk lebih jelas dapat dilihat pada
tabel 4.34 dibawah ini: Tabel 4.34
Tata upacara perkawinan marunjuk
Sumber Data Kuesioner tahun 2010 Dari data diatas menunjukkan bahwa responden Desa Hutajulu dari 100
100 orang responden laki-laki sebanyak 60 60 orang dan perempuan sebanyak 40 40 orang. Dari Kelurahan Sidorame sebanyak 100 100 orang, responden
laki-laki sebanyak 15 15 orang dan perempuan sebanyak 11 11 orang. Responden laki-laki dari Desa Hutajulu yang menyatakan SS sebanyak 17 17
orang dan perempuan sebesar 9 9 orang, yang menyatakan S dari Desa Hutajulu responden laki-laki sebanyak 24 24 orang dan perempuan sebanyak 21
21 orang. Responden yang menyatakan KS, responden laki-laki sebanyak 21 21 orang dan perempuan sebanyak 8 8 orang, dan responden yang menyatakan
TS responden laki-laki sebanyak 7 7 orang dan perempuan sebanyak 2 2 orang.
Sedangkan responden dari Kelurahan Sidorame sebanyak 100 100 orang. Responden laki-laki yang menyatakan SS sebanyak 15 15 orang dan
perempuan sebanyak 11 11 orang, responden laki-laki yng menyatakan S
J K MARUNJUK
DESA HUTA JULU KELURAHAN SIDORAME
SS S
KS TS
T SS
S KS
TS T
n f
n f
n f
n f
N F
n f
n f
n f
n f
N F
LK 17
17 24
24 12
12 7
7 60
60 15
15 25
25 11
11 5
5 56
56 PR
9 9
21 21
7 7
2 2
40 40
11 11
21 21
9 9
3 3
44 44
26 26
45 45
19 19
9 9
100 100
26 26
46 46
20 20
8 8
100 100
Universitas Sumatera Utara
86 sebanyak 25 25 orang dan perempuan sebanyak 21 21 orang, responden
yang menyatakan KS responden laki-laki sebanyak 12 12 orang dan perempuan sebanyak 8 8 orang, dan responden yang menyatakan TS responden laki-laki
sebanyak 6 6 orang dan perempuan sebanyak 2 2 orang. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa lebih banyak responden
Kelurahan Sidorame yang menyatakan setuju dengan adanya tata cara adat marunjuk dalam adat perkawinan yaitu sebanyak 46 46 orang, dibandingkan dengan Desa
Hutujulu yaitu sebesar 45 45 orang.
4.3.3 Pasca Perkawinan