14 yang mempengaruhi terciptanya keragaman kebutuhan yang medorong setiap
individu untuk berubah. Nilai baru yang sudah diterima dapat menjadi kebiasaan yang akhirnya menjadi budaya setelah mengalami proses penerapan, sehingga akan
terjadi perubahan dalam cara berfikir, cara menghayati dan cara bertindak individu dalam masyarakat Simanjuntak, 2002 :173.
Perubahan adalah proses yang berkesinambungan dan mempunyai arah yang jelas. Yang dapat terjadi melalui adaptasi, penyesuaian, akomodasi, asimilasi dan
lain-lain, sehingga terjadi proses perubahan antara dua atau lebih objek dan sistem sosial budaya Simanjuntak,2002:171.
Ada beberapa variabel yang berpengaruh amat besar dalam proses perubahan sosial budaya suatu masyarakat, namun intensitas pengaruh setiap variabel pada
setiap masyarakat yang berbeda, tak dapat disamakan. Dalam khusus masyarakat Batak Toba dapat dikatakan bahwa secara umum variabel agama dan pendidikan
merupakan variabel yang amat mempengaruhi dan menentukan arah perubahan sosial budaya.
1.4.3. Proses Perubahan Sosial Dan Kebudayaan
a. Penyesuaian masyarakat terhadap perubahan
Keseimbangan atau keharmonisan dalam masyarakat sosial equilibrium bertujuann sebagai suatu keadaan dimana lembaga-lembaga kemasyrakatan yang
pokok dari masyarakat benar-benar berfungsi dan saling mengisi. Adakalanya unsur- unsur baru dan lama bertentangan, sehingga mengakibatkan terganggunya
Universitas Sumatera Utara
15 keseimbagan, bila keseimbangan itu dapat dipulihkan kembali dinamakan suatu
penyesuaian. b.
Saluran-saluran perubahan sosial dan kebudayaan Saluran perubahan sosial dan kebudayaan yaitu lembaga-lembaga
kemasyarakatan pemerintah, ekonomi, pendidikan, agama, lembaga ini merupakan penilaian tertinggi dari masyarakat.
c. Disorganisasi disentegrasi dan reorganisasi reintegrasi
Disorganisasi adalah suatu keadaan tidak adanya keserasian dimasyarakat antar lembaga-lembaga kemasyarakatan dan norma-norma, nilai-nilai, dan sebaginya.
Reorganisasi adalah suatu proses pembentukan norma-norma dan nilai-nilai baru untuk menyesuaikan diri dengan lembaga-lembaga kemasyrakatan yang telah
melembaga dalam diri masyarakat.
1.4.4. Proses Upacara Perkawinan Masyarakat Batak Toba
Secara ringkas dapat dijelaskan bagaimana suatu proses pernikahan dalam masyarakat Batak Toba yang dianggap ideal. Hal ini sangat diperlukan untuk
nantinya dapat melihat perbandingan antara proses yang ideal dan perubahan yang telah terjadi pada masyarakat batak Toba yang ada di penduduk asal dengan
perantauan.
1.4.5. Masa Pra Perkawinan
a. Martandang, “balga anak pasohoton, mangodang boru pamulion asa
marhasohotan.” Adalah merupakan suatu pepatah yang sering disarankan oleh
Universitas Sumatera Utara
16 seorang ibu kepada anaknya yang telah akil balik kelak berkeluarga. Maksutnya
agar setiap anak laki-laki dan anak perempuan yang telah dewasa sudah saatnya memikirkan membentuk rumah tangga. Dalam tradisi masyarakat Batak toba,
martandang biasanya dilakukan oleh pihak laki-laki dengan berbagai hal. Ada dengan usaha orang tua martandang kepihak lingkungan sendiri, misalnya
kepihak hula-hula atau tulang paman. b.
Mangaririt, pada kesepakatan inilah sang pemuda dan gadis-gadis saling menyampaikan isi hati masing-masing. Pada tahap inilah yang disebut
mangaririt memilih gadis yang akan dijadikan menjadi calon isterinya sesuai dengan kriterianya sendiri dan kriteria keluarga. Apabila kedua kriteria itu kira-
kira sudah terpenuhi pada diri gadis itu, maka sipemuda dengan cara halus menyampaikan maksudnya dan kemudian disampaiakan dengan cara terbuka
kepada si gadis menyampaikan hal itu kepada ibunya. Kalau keluarga sudah berkenaan bermenantukan sipemuda, maka si gadis memberitahukan hal itu
kepada pemuda pujaanya. c.
Tanda hata olo tukar cicin : tukar cicin antara dua sijoli yang sudah memadu cinta dan berjanji sehidup semati dalam bentuk suami isteri adalah istilah baru
mengikuti jaman, dahulu istilah ini disebut mangalehon tana hata. d.
Marhusip : adalah suatu kegiatan penjajakan akan kelanjutan yang akan dilaksakan kedua belah pihak kerabat akibat dari tukar cincin tadi.
e. Marhata sinamot ; adalah perkenalan resmi antara orang tua laki-laki dengan
orang tua perempuan di depan undangan, atau suatu cara untuk menjajaki sejauh
Universitas Sumatera Utara
17 mana beban yang dapat dipundak oleh kedua belah pihak agar perkawinan itu
dapat dilaksanakan.
1.4.5. Upacara Perkawinan