Lembaga Adat dan Fungsinya dalam Masyarakat Menurut Hukum Adat

Sinergitas Ninik Mamak dan Aparat Kepolisian dalam Menyelesaian Konflik Hukum Pidana di Sumatera Barat 2011 36 | P a g e 1 Anak Nagari, adalah sekelompok orang perempuan dan laki-laki yang ibunya mempunyai suku yang diakui keberadaannya di masyarakat itu, terdiri dari : a. Rang Kampuang, adalah anak nagari yang bermukin di nagari asalnya; b. Rang Rantau, Anak nagari yang tinggal diperantauan, baik rantau dakek, rantau jauh, maupun rantau cino; 2 Penduduk Nagari, adalah setiap orang yang bertempat tinggal di wilayah nagari, terdiri dari : a. Rang Kampuang b. Pendatang, yakni orang dari nagari atau daerah lain yang bertempat tinggal di wilayah nagari, mereka tidak merupakan anak nagari, kecuali mereka melakukan perbuatan hukum malakok dengan mengaku bermamak dan diakui sebagai kamanakan oleh salah satu suku di nagari itu. Dalam perkembangannya dapat dicermati bahwa keberadaan nagari di Sumatera Barat dapat dikelompokkan menjadi dua kelompok, yaitu Nagari yang menjadi penyelenggara administrasi pemerintahan dan Nagari yang berfungsi sebagai Nagari Adat saja. Nagari yang berfungsi sebagai penyelenggara urusan pemerintahan dapat ditemui di daerah Kabupaten. Sedangkan nagari yang berfungsi sebagai nagari adat dapat dijumpai di daerah Kota. Dengan demikian, Nagari Adat berkedudukan hanya sebagai entitas dari masyarakat hukum adat saja. Sebagai entitas masyarakat hukum adat, Nagari dipimpin oleh Kerapatan Adat Nagari KAN. Sedangkan dalam persoalan administrasi pemerintahan, masyarakat hukum adat tergabung dalam wilayah administrasi Kelurahan yang dipimpin oleh Lurah.

3. Lembaga Adat dan Fungsinya dalam Masyarakat Menurut Hukum Adat

Minangkabau Mengenai lembaga adat dan fungsinya untuk penyelesaian perkara dalam masyarakat Minangkabau tidak berbeda dengan masyarakat adat lainnya di nusantara ini. “Hukum adat tidak mengadakan perpisahan antara pelanggaran hukum yang mewajibkan tuntutan memperbaiki kembali hukum di dalam Sinergitas Ninik Mamak dan Aparat Kepolisian dalam Menyelesaian Konflik Hukum Pidana di Sumatera Barat 2011 37 | P a g e lapangan hukum pidana dan pelanggaran hukum yang hanya dapat dituntut dalam lapangan hukum perdata. Oleh karenanya, maka sistem hukum adat hanya mengenal satu prosedur dalam hal penuntutan; satu macam prosedur baik untuk penuntutan secara perdata maupun untuk penuntutan secara kriminil. Ini berarti, bahwa petugas hukum yang berwenang untuk mengambil tindakan kongkrit reaksi adat guna membetulkan hukum yang dilanggar itu, adalah tidak seperti dalam sistem hukum Barat, yaitu hakim pidana untuk perkara pidana dan hakim perdata untuk perkara perdata, melainkan satu pejabat saja, yakni Kepala Adat. 69 Dalam Hukum Adat Minangkabau, hukum yang dipakai disebut “tali tigo sapilin“ yakni adat, syarak dan undang. Petugas pelaksana hukum disebut “tungku tigo sajarangan”, yakni niniak mamak sebagai pelaksana adat, alim ulama sebagai pelaksana syarak, pamarentah pemerintah sebagai pelaksana undang. Kepala adat disebut dengan istilah niniak mamak yang terdiri dari urang ampek jinih, yakni pangulu, manti, malin dan dubalang. Alim-ulama terdiri dari jinih nan ampek, yakni imam, bila bilal, katib dan kadhi. Sedangkan pimpinan pamarentah disebut kapalo, seperti pangulu kapalo atau kapalo nagari sekarang wali nagari, kapalo kampuangjorongkorong sekarang wali. Menurut Keputusan Pucuk Pimpinan LKAAM Sumbar No. SK- 17PPLKAAM-SB2003: C. PANGULU. 1 Bertanggungjawab ke luar dan ke dalam suku atau kampuang dalam memimpin anak kamanakan; 2 Karano kato pangulu kato pusako, tagak di pintu bana, maka pangulu bertugas menghukum adia bakato bana; 3 Berfungsi mengkonsolidasikan, mengkoordinasikan, dan mengkonsultasikan segala hal yang akan diambil keputusan kepada seluruh perangkat suku dan atau kampuang; 4 Berwenang menunjuk perangkatnya dalam melaksanakan tugas pokok dan fungsinya; 5 Manuruik labuah nan luruih, maikuik kato nan bana, mamaliharo anak kamanakn, dan majago harato pusako. 69 Surojo Wignjodipro Pengantar dan Azas-azas Hukum Adat Penerbit Alumni, Bandung, 1979, hal. 287-288 Sinergitas Ninik Mamak dan Aparat Kepolisian dalam Menyelesaian Konflik Hukum Pidana di Sumatera Barat 2011 38 | P a g e D. MONTI. 1 Beranggung jawab membantu pangulu di bidang kesekretariatan dan administrasi adat secara internal kampuang dan atau suku sesuai dengan titah pangulu; 2 Karano kato manti kato mufakat atau kato panghubuang, tagak di pintu susah, maka manti bertugas mengkomunikasikan dan menginformasikan segala keputusan atau kesepakatan yang telah diambil kepada anak kamanakan secara batanggo turun; 3 berfungsi mencatat seluruh anak kamanakan baik yang di kampung maupun yang di rantau pada Buku Induk Suku BIS; 4 membuat ranji paruik dalam kampuang secara benar dan jujur. E. DUBALANG. 1 Bertanggung jawab kepada pangulu di bidang keamanan dan ketertiban yang ditetapkan oleh pangulu; 2 Karena kato dubalang kato mandareh tagak di pintu mati, maka dubalang berfungsi menciptakan ketertiban, kedamaian dan keamanan dalam kampuang; 3 Walaupun dubalang memakai prinsip nan kareh ditakiak, nan lunak disudu, namun tetap memakai prinsip santun dalam berbahasa dan sopan dalam bertindak, 4 Membuat pertimbanan alternatif untuk mengangkat dan atau menghentikan perangkat kampuang melalui urang tuo untuk diputuskan oleh pangulu kampuang. F. MALIN. 1 Bertanggung jawab kepada pangulu dalam bidang keagamaan kesejahteraan anak kamanakan sesuai dengan firman Allah dan sunah Rasul; 2 Karena ia bertanggungjawab dunia dan akhirat, maka ia bertugas merencanakan kegiatan untuk anak kamanakan agar pandai shalat jo 70 mangaji, pandai sekolah jo babudi; 3 Berfungsi mengkoordinir dan mencatat anak kamanakan yang membayar PBB, zakat, infak, dan sedekah sesuai dengan ketentuan yang berlaku; 4 Berfungsi menegakkan dan mengamalkan ajaran adat basandi syarak, syarak basandi kitabullah, syarak mangato adat mamakai, alam takambang jadi guru untuk diamalkan oleh anak kamanakan. 71 70 “jo” sama dengan “dan” 71 Lembaga Kerapatan Adat Alam Minangkabau LKAAM Sumatera Barat Tugas Pokok dan FungsiTUPOKSI Perangkat Adat dan Pimpinan Adat Dalam Suku dan atau dalam Kampuang di Nagari Lampiran Surat Keputusan Pucuk Pimpinan LKAAM Sumbar No. 17PPLKAAMSB2003 hlm. 26-27 Sinergitas Ninik Mamak dan Aparat Kepolisian dalam Menyelesaian Konflik Hukum Pidana di Sumatera Barat 2011 39 | P a g e Berdasarkan Surat Keputusan LKAAM Sumbar di atas terlihat bahwa Kepala Adat yang bertugas dalam penegakan hukum adalah Pangulu dan Dubalang. Pangulu bertugas untuk memberikan keadilan kepada anak kamanakan yang bersengketa menghukum adia bakato bana. Dubalang berfungsi sebagai petugas keamanan dan ketertiban untuk mencapai kedamaian dalam kampung polisi. Penegakan syarak hukum Islam dipimpin oleh Khadi yang “1 Bertanggungjawab dengan baik sesuai dengan syarat dan rukun yang ditentukan, dan memahami ilmu syaria’at; 2 Menjadi hakim bila ada pertengkaran tentang agama antar umat atau antar jamah; 3 Menjadi Wali Nikah pada saat berlangsungnya pernikahan; 4 Memberi bimbingan rohani atau nasehat kepada masyarakat menyangkut dengan Nikah Talak dan Ruuk NTR; 5 Mengajak umat membayat hutang fardhu kifayah bila ada warga yang meninggal; 6. Bertanggungjawab kepada niniak mamak, Pengurus Masjid atau Pengurus surau yang mengangkatnya. 72

4. Penyelesaian Konflik dalam Masyarakat Menurut Hukum Adat