Sinergitas Mekanisme Penyelesaian Konflik Hukum Pidana Menurut

Sinergitas Ninik Mamak dan Aparat Kepolisian dalam Menyelesaian Konflik Hukum Pidana di Sumatera Barat 2011 127 | P a g e niniak mamak akan lebih baik bila diberikan sebuah landasan hukum melalui kebijakan kepolisian untuk melibatkan niniak mamak untuk kasus-kasus tertentu, khususnya tindak pidana ringan. Lebih jauh dari itu, berdasarkan diskusi yang berkembang, 167 bila perlu pemerintah dan jajarannya termasuk Polri, memfasilitasi sebuah lembaga penyelesaian sengketa ringan di setiap nagari, baik pekara perdata perpering maupun tindak pidana ringan tipiring yang anggotanya terdiri dari niniak mamak, Walijorong, dan Parik Paga atau Dubalang Nagari. Lembaga ini dibentuk sebagai Lembaga Perwakilan Pengadilan LPP dan diberi kewenangan untuk menyelesaikan sengketa ringan dalam tingkat pertama dan terakhir, di mana putusannya mempunyai kekuatan hukum tetap berupa denda, pembayaran ganti rugi dan biaya perkara. Termasuk perkara ringan misalnya perkelahian dengan luka ringan, penghinaan, utang piutang, penipuan timbangan, dan sebagainya. Secara bersamaan, pemerintah maupun pemerintah daerah juga perlu untuk mengalokasikan dana khusus untuk pembiayaan Lembaga Perwakilan Peradilan itu, terutama untuk keperluan administratif.

D. Paradigma Baru Penyelesaian Konflik Hukum Pidana

1. Sinergitas Mekanisme Penyelesaian Konflik Hukum Pidana Menurut

Hukum Adat dan Hukum Negara Konstitusi negara telah mengakui dan menjamin eksistensi masyarakat hukum adat. Namun implementasi bentuk pengakuan tersebut belum dirinci secara lebih konkrit. Dalam arti, belum ada aturan tertulis negara menyangkut pengakuan terhadap peran ninik mamak dalam melaksanakan hukum adat yang berlaku di wilayahnya. Hal inilah yang menyebabkan mekanisme penyelesaian melalui hukum adat selalu dinegasikan oleh mekanisme hukum negara. Berdasarkan data yang diperoleh dalam penelitian ini, intervensi hukum negara terhadap hukum adat menyebabkan terjadinya kemandulan peran niniak mamak. Prosedur penegakan hukum negara yang tidak memberi ruang bagi peran niniak mamak menyebabkan niniak mamak menjadi tidak berfungsi dalam 167 Fokus Group Diskusi FGD, Kecamatan Baso, Oktober 2011 Sinergitas Ninik Mamak dan Aparat Kepolisian dalam Menyelesaian Konflik Hukum Pidana di Sumatera Barat 2011 128 | P a g e penyelesaian konflik pidana yang terjadi di dalam nagari. Agar dapat berfungsi lebih maksimal, diperlukan adanya ruang yang lebih luas bagi niniak mamak. Ruang tersebut dapat diciptakan salah satunya melalui proses sinergitas norma adat dan norma hukum negara dalam konteks penyelesaian konflik hukum pidana. Perlunya sinergitas norma adalah untuk memberikan ruang keterlibatan bagi niniak mamak untuk berperan lebih banyak. Salah satu langkah sinergitas ditingkat norma adalah dengan melakukan desentralisasi penegakan hukum untuk kasus-kasus ringan. Gagasan ini merupakan salah satu alternatif yang muncul dalam penelitian ini. 168 Sangat disadari bahwa penegakan hukum di Indonesia dewasa ini menganut prinsip kedaulatan negara dengan sistem peradilan yang sentralistik. Putusan hakim kecuali yang diterima atau tidak dilawan oleh pihak-pihak yang berperkara yang berkekuatan hukum tetap hanyalah putusan Mahkamah Agung kecuali yang diterima atau tidak dilawan oleh pihak-pihak yang berperkara. Para pihak membawa penyelesaian sengketa mereka ke pengadilan negeri dan pengadilan tinggi hanya karena diwajibkan oleh hukum acara. Sementara penyelesaian sengketa secara nonlitigasi, baik melalui lembaga adat dan mediasi hanya anjuran. Sehingga para pihak merasa membuang waktu, biaya dan tenaga saja, karena lembaga tersebut tidak dapat mengambil keputusan yang mempunyai kekuatan hukum. Hukum acara dengan sistem peradilan sentralistik inilah yang menyebabkan terjadi penumpukan perkara di Mahkamah Agung dan tidak terlaksananya sistem peradilan yang cepat, sederhana dan biaya ringan. Karena itu perlu difikirkan paradigma baru dalam proses penegakan hukum, dimana sistem peradilan sentralistik yang dipraktikkan selama ini digeser ke sistem peradilan desentralistik yang otonom. Terutama dalam penyelesaian sengketa ringan, baik pidana maupun perdata. Tidak perlu dilaksanakan melalui pendirian kembali peradilan adat, tetapi cukup dengan pembentukan Lembaga Perwakilan Pengadilan LPP di nagari, desa atau tempat tertentu seperti pasar, terminal bus, atau di tempat-tempat yang sering terjadi sengketa ringan. 168 Ibid. Sinergitas Ninik Mamak dan Aparat Kepolisian dalam Menyelesaian Konflik Hukum Pidana di Sumatera Barat 2011 129 | P a g e Sudah menjadi pengetahuan umum bahwa sangat banyak warga masyarakat yang terpaksa mengurut dada dan pasrah atas kerugian yang dideritanya karena tidak adanya wadah yang mampu dengan cepat, sederhana dan biaya ringan menyelesaikannya. Betapa banyak orang yang terpaksa merelakan kerugian karena penggunaan timbangan yang tidak akurat Kata orang di Padang: dibeli satu kilo diberi sekila delapan ons. Tidak sedikit pula orang yang terpaksa merelakan pituang dagangnya yang tidak dibayar karena setiap kali ditagih orang yang berutang selalu berjanji besok dan lusa. Demikian pula bila terjadi penipuan di terminal bus Antar Kota AKDP atau AKAP, pelabuhan dan di atas kapal. Si Korban terpaksa merelakan karena tidak mungkin diselesaikan melalui penegak hukum. Sebab, bus mereka akan segera berangkat atau kapal mereka telah sandar sementara penumpang harus turun. Untuk mengatasi hal ini, perlu sekali dibentuk Lembaga Perwakilan Pengadilan yang bersifat otonom untuk penyelesaian sengketa berskala kecil. Caranya cukup melalui Surat Edaran Mahkamah Agung yang memerintahkan kepada setiap Pengadilan negeri membentuk LPP di tempat yang diperlukan dan Nota Dinas dari Kapolri yang memerintahkan Kapolres menunjuk polisi piket pada setiap LPP. Khusus untuk setiap desanagari Ketua Pengadilan Negeri mengeluarkan SK pengangkatan hakim desanagari yang dipilih dari niniak mamak di nagari itu dan Polres memberdayakan Dubalang Parik Paga nagari sebagai pembantu Kamtibmas dan penegakan hukum. LPP ini diberi kewenangan kompetensi untuk memeriksa perkara ringan perdata dan pidana untuk tingkat pertama dan terakhir. Keputusannya berupa pembayaran ganti rugi kepada pihak yang dirugikan dan denda yang dipungut untuk negara. Dari denda inilah nanti biaya LPP ini dicukupi, di samping adanya dukungan dana yang ditetapkan dalam APBD masing- masing kabupatenkota. Kepada hakim dan polisi yang ditugaskan di LPP ini diberi kewenangan berdasarkan izin Pengadilan Negeri untuk eksekusi putusan melalui penyitaan barang-barang bergerak milik terhukum jika yang bersangkutan tidak mau melaksanakan isi putusan dengan sukarela. Sinergitas Ninik Mamak dan Aparat Kepolisian dalam Menyelesaian Konflik Hukum Pidana di Sumatera Barat 2011 130 | P a g e Selain itu, sinergitas norma juga dapat dilakukan dengan melakukan pemilahan terhadap kasus-kasus yang dapat langsung ditangani aparat penegak hukum dalam hal ini kepolisian dan kasus-kasus yang dapat atau harus diselesaikan melalui mekanisme adat. 169 Hal ini harus tegas diatur dalam sebuah norma hukum. Selai itu, pemilahan tersebut juga harus diiringi dengan penyerahan sebagian wewenang oleh institusi penegak hukum negara kepada niniak mamak di masing-masing nagari untuk menyelesaikan dengan mekanisme adat yang berlaku. 170 Proses penegakan hukum yang dilakukan niniak mamak diharuskan untuk tetap diawasi oleh institusi penegak hukum yang ada, disamping adanya pengawasan yang dilakukan oleh masyarakat adat yang di masing-masing nagari.

2. Kemitraan Ninik Mamak dan Polisi dalam Menyelesaikan Konflik Hukum