Sinergitas Ninik Mamak dan Aparat Kepolisian dalam Menyelesaian Konflik Hukum Pidana di Sumatera Barat
2011
25 | P a g e
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. SISTEM HUKUM ADAT MINANGKABAU
1. Hukum Adat dan Hukum Pidana Adat Minangkabau
a. Hukum Adat
Ada tiga pandangan mengenai asal-usul istilah adat. Pertama, kata “Adat”
lebih tua dari ‘adat. Adat bahasa Sangskerta “a” dan “dato”. ”A” artinya tidak, ”dato” artinya sesuatu yang tidak bersifat kebendaan. Adat pada hakekatnya adalah
segala sesuatu yang tidak bersifat kebendaan. Adat pada tingkat pertama tak lain dari pada kesempurnaan rohani. Adat tak dapat diukur dengan pancaindera, selain
dari pada dengan indera di luar yang lima. Indera dimaksud bersifat kejiwaan. Maka refleks yang sedikit itu cukup pelafazkan makna adat. Pada taraf berikutnya
adat ikut mengatur masyarakat, yang meliputi seluruh dataran Asia. Setelah melalui berbagai pergolakan ekonomi dan politik, adat ikut mengatur alam
kebendaan.
57
Kedua, dalam bahasa Minang istilah ‘datu’, artinya dukun ilmu hitam, yang
perangainya tidak senonoh. Sehingga bila digabung dengan istilah ‘a’ yang artinya tidak, maka adat artinya adalah perangai orang yang bukan datu, tetapi perangai
orang yang baik-baik. Dengan demikian, perangai jahat, seperti orang yang suka maling, menipu, judi, dan sebagainya tidak dapat dikatakan sebagai adat.
Ketiga, Bahasa Arab ‘adat; Drs. Asymuni A.Rahman, ‘adat menurut bahasa
berarti perulangan. Menurut ahli ushul fiqih, ‘adat kebiasaaan ialah sesuatu yang berulang terjadi. Menurut Ibnu Abidien, ‘adat itu diambil dari kata mu’widah
bahasa Arab; yaitu mengulang-ulangi. Karena diulang-ulangi menjadi terkenal dan dipandang baik atau dapat diterima oleh akal sehat dan perasaan. ‘adat dan
‘urf searti walaupun berlainan mafhum. Adat dalam pengertian luasnya mencakup setiap keadaan yang berulang-ulang, baik sebab alami seperti umur baligh
seseorang, masaknya buah-buahan atau hal-hal yang ditimbulkan karena
57
M.Rasjid Manggis Dt. Rajo Panghoeloe Minangkabau Sejarah Ringkas dan Adatnya, Sri Dharma Padang, 1971
Sinergitas Ninik Mamak dan Aparat Kepolisian dalam Menyelesaian Konflik Hukum Pidana di Sumatera Barat
2011
26 | P a g e
keinginan syahwat manusia seperti makan-minum, atau hal-hal yang dapat menimbulkan kerusakan akhlak. Jadi menurut Asymuni A.Rahman ‘adat’ dapat
berupa prilaku positif maupun prilaku negatif. Dalam pepatah Adat Basandi Syarak, istilah adat digunakan untuk menyebut
hukum yang tumbuh dan berkembang dalam masyarakat Minangkabau sejak dahulu kala, berhadapan dengan syarak hukum Islam yang masuk kemudian ke
dalam kehidupan masyarakat Minangkabau. Makna adat dalam istilah hukum adat dewasa ini adalah dalam makna
pertama, ke dalamnya hanya masuk prilaku dari orang yang baik-baik saja. Orang yang prilakunya paling baik dalam masyarakat dipandang anggota masyarakat
sebagai pimpinan. Prilakunya akan menjadi panutan, ing ngarso sung tulodo, ing madio mangun karso, tutwuri hadayani. Suatu pola prilaku dari orang yang menjadi
panutan akan menjadi pedoman dalam hidup warga. Karena itu hukum adat itu dalam masyarakat bukan berujud peraturan, tetapi berupa pola-pola prilaku yang
menjadi pedoman warga dalam berbuat. Berhubung pola prilaku itu bersifat ajeg dan teratur, maka sering disebut dengan istilah aturan.
b. Hukum Adat Minangkabau