Hasil penelitian tersebut tidak sejalan dengan penelitian Nurwanti 2007, dengan judul faktor-faktor yang mempengaruhi penggunaan kontrasepsi MOP di
Desa Jatitengah Kecamatan Sukodono Kabupaten Sragen, diperoleh hasil bahwa faktor ekonomi dan pendidikan berpengaruh terhadap penggunaan kontrasepsi MOP.
Menurut BKKBN 2007, keterjangkauan ekonomi merupakan salah satu faktor dalam mempermudah untuk memperoleh pelayanan KB.
5.4. Faktor Jumlah Anak terhadap Kesediaan Suami sebagai Akseptor KB MOP
Jumlah anak hidup memengaruhi pasangan usia subur dalam menentukan pilihan jenis kontrasepsi yang digunakan. Pada pasangan dengan jumlah anak hidup
rendah sedikit terdapat kecenderungan untuk menggunakan kontrasepsi dengan efektivitas rendah. Pilihan ini disebabkan oleh kemungkinan untuk memperoleh anak
lagi. Pada pasangan dengan jumlah anak hidup yang banyak terdapat kecenderungan untuk menggunakan kontrasepsi dengan efektivitas tinggi, pilihan ini disebabkan oleh
rendahnya keinginan untuk menambah anggota keluarga. Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa suami yang bersedia sebagai
akseptor KB MOP memiliki jumlah anak lebih banyak mean 4-5 orang daripada suami yang tidak bersedia mean 3-4 orang. Namun dari hasil independent samples t
test diperoleh p-value sebesar 0,014 p-value ≤ 0.05, yang berarti bahwa jumlah anak
memengaruhi suami untuk menjadi akseptor KB Medis Operasi Pria MOP. Jumlah anak yang dimiliki oleh responden pada umumnya
≤ 2 orang yaitu sebanyak 71 orang 78,9 , dan sebanyak 60 orang diantaranya menyatakan tidak bersedia menjadi
Universitas Sumatera Utara
akseptor KB MOP, sementara 11 orang 15,5 responden dengan jumlah anak ≤ 2 orang bersedia menjadi akseptor KB MOP. Berdasarkan hasil wawancara dengan
responden yang mengatakan bahwa mereka tidak lagi memikirkan kuantitas anak, tetapi kualitas dari anak tersebut di masa depan. Harapan keluarga yang sangat besar
agar anak mereka lebih baik dari segi kualitas pendidikannya, sehingga mereka merasa cukup memiliki 1 atau 2 orang anak saja. Responden yang bersedia menjadi
akseptor KB Mop sebanyak 17 orang sebaiknya dilakukan pendampingan sehingga menjadi akseptor KB MOP yang aktif.
Suratun 2008, mengatakan bahwa salah satu syarat untuk menjadi calon akseptor KB MOP adalah bahwa keluarga merasa sudah memiliki anak yang cukup
minimal 2 orang dan umur yang paling kecil harus sudah berumur 4 tahun. Hal ini juga sejalan dengan program BKKBN dengan konsep “Dua anak lebih baik”.
Menurut asumsi peneliti disamping jumlah anak yang dianggap masih sedikit menjadi faktor penghambat bagi suami untuk mengambil keputusan, faktor jenis kelamin anak
belum seperti yang diharapkan oleh keluarga pun bisa memberatkan bagi suami untuk membuat keputusan. Responden yang pada umumnya adalah bersuku batak yang
menganut patrilianisme, dimana penting bagi keluarga keberadaan anak laki-laki dalam keluarga sebagai penerus keturunan.
Siregar, F. 2003, melakukan penelitian pada penduduk di sekitar Yogyakarta menunjukkan bahwa jumlah anak yang dianggap ideal 4 dan 5 orang anak. Motivasi
untuk mempunyai jumlah anak yang sedikit dan nilai-nilai tentang anak merupakan aspek yang penting. Kadang-kadang jumlah anak yang diinginkan lebih besar
Universitas Sumatera Utara
daripada jumlah anak yang mampu dirawat dengan baik. Demikian juga hasil penelitian Ginting 2012 menunjukkan hasil yang berbeda yaitu penggunaan alat
kontrasepsi suami yang punya anak ≥ 3 orang jauh lebih banyak daripada suami yang
menggunakan alat kontrasepsi yang punya anak 3 orang yang memberikan arti bahwa penerimaan terhadap norma keluarga kecil bahagia sejahtera yang
dipromosikan BKKBN belum berjalan secara baik dalam masyarakat.
5.5. Faktor Pengetahuan terhadap Kesediaan Suami sebagai Akseptor KB MOP