daripada jumlah anak yang mampu dirawat dengan baik. Demikian juga hasil penelitian Ginting 2012 menunjukkan hasil yang berbeda yaitu penggunaan alat
kontrasepsi suami yang punya anak ≥ 3 orang jauh lebih banyak daripada suami yang
menggunakan alat kontrasepsi yang punya anak 3 orang yang memberikan arti bahwa penerimaan terhadap norma keluarga kecil bahagia sejahtera yang
dipromosikan BKKBN belum berjalan secara baik dalam masyarakat.
5.5. Faktor Pengetahuan terhadap Kesediaan Suami sebagai Akseptor KB MOP
Pengetahuan suami yang bersedia sebagai akseptor KB MOP sedikit lebih tinggi mean 7.82 daripada pengetahuan suami yang tidak bersedia mean 7,14.
Namun dari hasil independent samples t test diperoleh p-value sebesar 0,264 p-value 0.05, yang berarti bahwa pengetahuan tidak memengaruhi suami sebagai akseptor
KB Medis Operasi Pria MOP. Stigma KB MOP berkaitan dengan faktor seksual, KB MOP dianggap dapat
membuat pria menjadi tidak jantan sehingga dapat menghilangkan potensi sebagai laki-laki. Hal tersebut tidak benar karena jika dilihat dari proses tindakan, yaitu : KB
MOP hanya memutus kontinuitas vas deferens yang berfungsi menyalurkan spermatozoa dari testis, maka yang terjadi adalah hambatan penyaluran spermatozoa
melalui saluran tersebut. Proses spermatogenesis yang memakan waktu antara 70-90 hari tetap berlangsung. Sumbatan pada vas deferens tidak memengaruhi jaringan
intersitiel pada testis, sehingga sel-sel leydig tetap menghasilkan hormon testosteron
Universitas Sumatera Utara
seperti biasa. Oleh karena produksi hormon testosteron tidak terganggu, maka libido juga tidak berubah Taher dalam Ekarini, 2008.
KB MOP juga tidak menyebabkan laki-laki menjadi impoten karena saraf- saraf dan pembuluh darah yang berperan dalam proses terjadinya ereksi berada di
batang penis, sedangkan tindakan KB MOP hanya dilakukan di sekitar buah zakartestis, jauh dari persarafan untuk ereksi sehingga KB MOP sama sekali tidak
akan menganggu kemampuan penis untuk ereksi BKKBN, 2012. Selain itu, KB MOP tidak memengaruhi fungsi dari kelenjar-kelenjar asesoris maka produksi semen
tetap berlangsung dan pria yang diKB MOP tetap berejakulasi Taher, 2003. Hasil penelitian Barus 2010 memperlihatkan bahwa responden tidak
mengetahui kontraindikasi pelaksanaan dari MOP. Padahal secara jelas BKKBN 2006 menjelaskan bahwa keuntungan akseptor KB MOP adalah efektif, aman
morbiditas rendah dan hampir tidak ada mortalitas, sederhana dan cepat dalam pelaksanaannya yaitu hanya memerlukan waktu 10-15 menit saja, dan juga
menyenangkan bagi akseptor karena hanya memerlukan anasthesi lokal saja, dan kerugian dari akseptor KB MOP adalah karena MOP adalah suatu tindakan operatif
kadang-kadang menyebabkan komplikasi seperti perdarahan dan infeksi, dan kontra indikasi dari kontap pria adalah sangat tidak dianjurkan bagi penderita penyakit
perdarahan, penyakit sistemik dan penyakit jantung dan DM . Menurut asumsi peneliti rendahnya pengetahuan suami mengenai KB MOP
disebabkan karena kurangnya pemberian informasi atau sosialisasi dari petugas kesehatan mengenai jenis-jenis alatmetode kontrasepsi pria khususnya KB MOP,
Universitas Sumatera Utara
rendahnya minat pria dalam mengakses informasi tentang kontrasepsi pria dan adanya anggapan bahwa KB hanya diperuntukkan untuk wanita saja dan juga karena
masalah KB dan kesehatan reproduksi masih dirasakan tabu untuk dijadikan pembicaraan sehari-hari sehingga membuat peran serta pria dalam penggunaan alat
kontrasepsi masih sangat rendah. Kurangnya pengetahuan suami tentang kontrasepsi pria, dikarenakan
kurangnya komunikasi, informasi dan edukasi KIE yang dilakukan kepada para pria. KIE lebih banyak dilakukan dengan sasaran wanita selain itu masih minimnya
penggunaan media massa sepertis panduk, baliho atau koran merupakan media yang paling mudah diakses masyarakat. Selain itu kurangnya pengetahuan tentang
kontrasepsi pria juga disebabkan karena pekerjaan mereka yang menyita waktu.
5.6. Faktor Sikap terhadap Kesediaan Suami sebagai Akseptor KB MOP