Faktor Sarana dan Prasarana terhadap Kesediaan Suami sebagai Akseptor KB MOP

berpengaruh di dalam masyarakat. Dalam hal budaya dalam masyarakat yang memandang nilai anak laki-laki lebih “berharga” daripada perempuan, banyak anak banyak rejeki, serta urusan KB adalah urusan perempuan saja, ini pun akan mengalami pergeseran. Peran tokoh masyarakat dan tokoh agama membawa peranan penting untuk mengubah nilai budaya ini ke arah yang lebih mendukung pemerintah dalam program keluarga berencana khususnya program KB MOP.

5.8. Faktor Sarana dan Prasarana terhadap Kesediaan Suami sebagai Akseptor KB MOP

Suami yang bersedia mean 6,53 menjadi akseptor KB MOP menilai bahwa sarana dan prasarana pelayanan KB yang mereka nilai sudah lebih baik daripada suami yang tidak bersedia mean 5,04 menjadi akseptor KB MOP. Dari hasil analisis menggunakan independent samples t test diperoleh p-value sebesar 0,006 p-value ≤0.05, yang berarti bahwa sarana dan prasarana memengaruhi suami untuk menjadi akseptor KB Medis Operasi Pria MOP. Hal tersebut didukung oleh penelitian Suprihastuti 2000, adanya kemudahan dan ketersediaan sarana pelayanan ternyata berdampak positif terhadap penggunaan sesuatu alat kontrasepsi. Menurut penelitian Adamchak di Nepal dalam Satyavada and Adam 2000, bahwa perbaikan dalam penyampaian pelayanan kontrasepsi dan penyediaan akses yang mudah secara signifikan dapat meningkatkan proporsi pemakaian kontrasepsi yang akhirnya akan memberikan pilihan terhadap pengaturan kelahiran dan ukuran keluarga. Universitas Sumatera Utara Hasil penelitian Suprihastuti 2000, menyatakan bahwa adanya kemudahan dan ketersediaan sarana pelayanan ternyata berdampak positif terhadap penggunaan sesuatu alat kontrasepsi. Asan 2007, mengatakan bahwa aksesibilitas pria terhadap informasi mengenai KB rendah karena masih terbatasnya informasi tentang peranan pria dalam KB dan KR, dan aksesibilitas pria terhadap sarana pelayanan kontrasepsi rendah. Dimana Puskesmas terdapat pelayanan KIA yang umumnya melayani Ibu dan Anak saja sehingga pria merasa enggan untuk konsultasi dan mendapat pelayanan, demikian pula terbatasnya jumlah sarana pelayanan yang dapat memenuhi kebutuhan pria serta waktu buka sarana pelayanan tersebut. Sikap menggambarkan suatu kumpulan keyakinan yang selalu mencapai aspek evaluatif, sehingga dapat diukur dalam bentuk dan buruk atau positif dan negatif. Dari teori ini dapat mencakup hal yang bias menjadi opini masyarakat pada saat menerima pelayanan kesehatan terutama menyangkut dimensi keramahan dan kecepatan melayani konsumennya. Hasil penelitian Wiadnyana 1995, menemukan adanya hubungan antara sikap petugas dengan pemanfaatan pelayanan kontrasepsi. Wiadnyana menyarankan agar petugas kesehatan perlu lebih interest terhadap upaya pemberian pelayanan kontrasepsi dalam upaya memberikan pelayanan yang terbaik pada masyarakat. Bila hal ini tidak dilakukan akan menimbulkan keengganan memanfaatkan pelayanan kontrasepsi yang disebabkan ketidakpuasan terhadap pelayanan yang diberikan. Untuk itu perlu peningkatan kualitas pelayanannya. Ketersediaan sarana dan prasarana untuk pelayanan kontrasepsi khusus untuk pria perlu ditingkatkan lagi, misalnya dengan pengadaan program “pojok KB pria” di Universitas Sumatera Utara puskesmas atau layanan kesehatan yang dekat dengan masyarakat, dimana tersedia layanan konseling dan informasi semua hal tentang KB pria tersebut. Disamping itu, sosialisasi dari program ini juga diperlukan agar para suami tidak lagi merasa bingung ketika menemukan masalah yang berhubungan dengan keluarga berencana khususnya KB MOP.

5.9. Faktor Dukungan Istri terhadap Kesediaan Suami sebagai Akseptor KB MOP

Dokumen yang terkait

Perilaku Akseptor Kb Pria Terhadap Metode Medis Operasi Pria (MOP) Di Medan Labuhan Tahun 2009

0 26 87

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEBERHASILAN PROGRAM KB PRIA DI KABUPATEN SITUBONDO (STUDI KASUS PROGRAM MOP (MEDIS OPERATIF PRIA)/VASEKTOMI DI KECAMATAN BANYUPUTIH)

2 32 52

FAKTOR PERILAKU YANG BERHUBUNGAN DENGAN PEMILIHAN ALAT KONTRASEPSI METODE MEDIS OPERATIF PRIA (MOP) (Studi pada Akseptor KB Baru di Kecamatan Kapongan Kabupaten Situbondo)

0 5 21

FAKTOR PERILAKU YANG BERHUBUNGAN DENGAN PEMILIHAN ALAT KONTRASEPSI METODE MEDIS OPERATIF PRIA (MOP) (Studi pada Akseptor KB Baru di Kecamatan Kapongan Kabupaten Situbondo)

0 7 21

FAKTOR DETERMINAN PERILAKU KELUARGA BERNCANA (KB) DENGAN METODE OPERASI PRIA (MOP) DI KECAMATAN Faktor Determinan Perilaku Keluarga Berncana (KB) Dengan Metode Operasi Pria (MOP) Di Kecamatan Jenawi Kabupaten Karanganyar.

0 2 21

PENDAHULUAN Faktor Determinan Perilaku Keluarga Berncana (KB) Dengan Metode Operasi Pria (MOP) Di Kecamatan Jenawi Kabupaten Karanganyar.

0 2 6

A. Identitas - Faktor-faktor yang Memengaruhi Kesediaan Suami Sebagai Akseptor KB Medis Operasi Pria (MOP) di Kecamatan Sitinjo Kabupaten Dairi

0 1 34

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Keluarga Berencana (KB) - Faktor-faktor yang Memengaruhi Kesediaan Suami Sebagai Akseptor KB Medis Operasi Pria (MOP) di Kecamatan Sitinjo Kabupaten Dairi

0 0 31

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang - Faktor-faktor yang Memengaruhi Kesediaan Suami Sebagai Akseptor KB Medis Operasi Pria (MOP) di Kecamatan Sitinjo Kabupaten Dairi

0 0 12

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMENGARUHI KESEDIAAN SUAMI SEBAGAI AKSEPTOR KB MEDIS OPERASI PRIA (MOP) DI KECAMATAN SITINJO KABUPATEN DAIRI TESIS

0 0 20