PEMERINTAH KOTA PALOPO SAGU TEKNOPARK PALOPO
2017-2021
| 1
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Konsep Dasar Rencana Aksi
Ketahanan pangan dan energi merupakan bagian dari tema besar pembangunan negara saat ini. Pangan dan energi mampu
menggerakkan perekonomian masyarakat sehingga diperlukan dukungan para pihak guna keberlanjutannya. Sumber
– sumber pangan dan energi memerlukan upaya proteksi guna menjamin
kesinambungan ketersediaannya. Melimpahnya kekayaan sumber daya alam yang dimiliki Negara
ini sangat menunjang ketersediaan sumber pangan dan energi untuk memenuhi kebutuhan masyarakat Indonesia.Kekayaan sumberdaya
alam inilah yang kadang membuat banyak pihak yang kurang peduli akan
kelestariannya, termasuk
kelestarian sumber
pangan. Perbedaan letak geografis setiap daerah di Indonesia memunculkan
karateristik dari masing – masing daerah tidak terkecuali pangan yang
dikonsumsi oleh masyarakatnya. Masyarakat yang bermukim di wilayah pegunungan memiliki
sumber pangan yang berbeda dengan yang bermukim di wilayah pesisir. Tentunya masyarakat memiliki cara pengelolaan sumber
pangannya masing – masing, tergantung dari budaya dan kebiasaan
yang telah dilakukan turun temurun oleh para pendahulunya. Pengelolaan sumber pangan oleh masyarakat masih dilakukan
secara tradisional dan dengan kearifan lokal yang berkembang ditengah masyarakat setempat. Telah lazim diketahui bahwa sumber
pangan utama masyarakat Indonesia adalah beras. Komoditas ini bahkan
memiliki posisi
strategis dalam
deretan komoditas
perekonomian nasional yang wajib dijaga stabilitas ketersediaannya oleh pemerintah, sebab menyangkut hajat hidup orang banyak.
Komoditas beras juga menjadi barometer prestasi dan prestise suatu daerah jika mencapai kategori swasembada. Kebijakan
berbagai stakeholder pun menjadi indikator akan tingginya perhatian para
pihak tersebut
terhadap komoditas
beras. Tanpa
mengesampingkan regulasi dan skala prioritas pemerintah terhadap komoditas
beras ini,
sebaiknya pemerintah
juga tidak
PEMERINTAH KOTA PALOPO SAGU TEKNOPARK PALOPO
2017-2021
| 2
mengesampingkan pengembangan sumber pangan lain yang tersedia diberbagai daerah di Indonesia.
Sumber pangan lain yang dimaksudkan dalam konteks ini adalah sagu. Komoditas ini telah dikenal sebagai sumber pangan alternatif
selain beras dengan kandungan nutrisi yang tinggi dan dapat dibuat dalam beraneka ragam penyajiannya. Beberapa wilayah di Indonesia
banyak ditumbuhi tanaman sagu, antara lain Sumatera, Kalimantan, Sulawesi dan terbanyak adalah di Papua. Bahkan tanaman sagu
merupakan bahan pangan utama bagi masyarakat yang berada di Kawasan Timur Indonesia.
Di wilayah Sulawesi Selatan, sagu banyak tumbuh di Tana Luwu dan telah menjadi sumber pangan utama kedua setelah
beras.Kehidupan masyarakat Tana Luwu Kabupaten Luwu, Kota Palopo, Kabupaten Luwu Utara dan Kabupaten Luwu Timur tidak
dapat dipisahkan dari tanaman sagu. Selain sebagai sumber pangan, sagu juga merupakan penopang ekonomi keluarga dan menghidupi
sebagian besar masyarakat yang berada didaerah pesisir. Sebagaimana diketahui bahwa tumbuhan sagu dapat hidup optimal di
wilayah pesisir. Berbagai jenis panganan yang berbahan baku sagu banyak diproduksi oleh masyarakat di Tana Luwu.
Sejak dahulu Tana Luwu sudah dikenal sebagai daerah penghasil sagu di Sulawesi Selatan, meskipun tanaman ini juga tumbuh
didaerah lain. Sagu diproduksi dengan proses sederhana menjadi tepung sagu, yang dilakukan oleh masyarakat kemudian dikemas
dengan kemasan yang dibuat dari daun sagu sendiri. Selain untuk dikonsumsi sendiri, tepung sagu yang diproduksi tersebut dijual untuk
memenuhi permintaan pasar baik dari dalam maupun dari luar daerah.
Pada dasarnya dalam keseharian masyarakat yang mengenal sagu sebagai sumber pangan telah mengetahui pula bahwa hampir
seluruh bagian dari tumbuhan sagu dapat dimanfaatkan untuk berbagai keperluan, seperti daunnya untuk atap rumah rumbia
pelepah daun sagu untuk bangunan dinding, rangka, kaso dan lantai yang ringan, kuat dan mudah dibentuk, kulit pelepah sagu untuk tali
pengikat, isi pelepah sagu untuk bahan kerajinan, kulit pohon sagu untuk dinding dan lantai atau kayu bakar, ampas sisa perasan untuk
makanan ternak dan pupuk tanaman, pokok pohon yang membusuk
PEMERINTAH KOTA PALOPO SAGU TEKNOPARK PALOPO
2017-2021
| 3
untuk kepompong ulat sagu yang bergizi tinggi, sehingga tanaman sagu dapat bernilai ekonomi tinggi.
Masyarakat di negara – negara maju saat ini pun tengah berminat
untuk menjadikan sagu sebagai salah satu bahan pangan sehari – hari
mereka. Dalam perkembangan ilmu pengetahuan saat ini, tepung sagu menjadi multiguna, selain sebagai bahan pangan juga untuk
kebutuhan makanan formula bayi, industri farmasi dan kosmetik. Dalam hal upaya mitigasi dan adaptasi perubahan iklim serta
penanggulangan bencana, tanaman sagu merupakan tanaman yang dapat memberikan perlindungan terhadap ancaman kerawanan
pangan dan perlindungan kawasan pesisir dari ancaman gelombang pasang air laut.
Seiring dengan
meningkatnya minat
masyarakat untuk
mengkonsumsi panganan berbahan baku sagu, maka permintaan terhadap tepung sagu juga meningkat. Hal ini memicu peningkatan
pemanenan atau penebangan sagu yang berarti penyusutan luas areal sagu. Pembudidayaan tanaman sagu memang belum dilakukan
oleh masyarakat yang dimungkinkan pula karena sagu tumbuh cukup subur tanpa perlakuan khusus dalam pemeliharaannya.Tanpa proteksi
dan usaha budi daya tanaman ditambah faktor laju alih fungsi lahan maka luas areal lahan sagu semakin menyusut sehingga akan terjadi
kekurangan stok bahan baku dari sagu, baik untuk kebutuhan konsumsi rumah tangga maupun untuk industri.Bahkan dengan
memperhitungkan kecenderungan penyusutan areal tanaman sagu beberapa tahun terakhir, maka diperkirakan kurang dari 10 tahun
kedepan areal tanaman sagu di Tana Luwu khususnya akan hilang.
Dengan pertimbangan besarnya manfaat tanaman sagu dan kecenderungan penyusutan luas areal pertanaman sagu sehingga
diperlukan langkah antisipatif. Pada dasarnya beberapa langkah penanganan baik jangka pendek, menengah maupun jangka panjang
dan melibatkan para pihak dapat diupayakan melalui berbagai program dan kegiatan, antara lain melalui proteksi lahan sagu dari
ancaman alih fungsi, baik secara fisik maupun didukung dengan regulasi daerah dengan menetapkannya dalam perda rencana tata
ruang wilayah.
Selain memproteksi lahan, perlindungan terhadap tanaman sagu dapat pula diwujudkan dengan lebih memperkenalkan manfaat sagu
PEMERINTAH KOTA PALOPO SAGU TEKNOPARK PALOPO
2017-2021
| 4
secara luas dan mendalam, sehingga diharapkan akan tumbuh dalam diri setiap orang untuk lebih arif dalam mengelola dan memanfaatkan
sagu. Keberadaan Kawasan Sagu Teknopark Palopo kedepan diharapkan
dapat menjawab
kebutuhan perlindungan
dan pengembangan sagu kedepan, baik bagi Tana Luwu maupun secara
Nasional pada umumnya. Kawasan ini diharapkan akan memperkenalkan sagu dari
perspektif ilmu pengetahuan, bisnis dan kebijakan pemerintah dari hulu hingga hilir. Keterlibatan 3 unsur dalam Kawasan Sagu
Teknopark yaitu akademisi, pengusaha dan pemerintah akan menjadi penopang program perlindungan sagu. Kota Palopo akan mengambil
bagian dari upaya perlindungan tanaman sagu di Tana Luwu. Tentunya program ini memerlukan dukungan dari 3 kabupaten lainnya
di Tana Luwu yaitu Kabupaten Luwu, Kabupaten Luwu Utara dan Kabupaten Luwu Timur.
Pada bulan Juni 2016 yang lalu Kota Palopo menjadi tuan rumah penyelenggaraan Seminar Nasional Sagu yang dihadiri berbagai
unsur masyarakat baik dalam daerah maupun dari luar daerah. Seminar ini melahirkan kesepakatan penting dari 4 daerah se
– Tana Luwu yaitu masing
– masing daerah akan menyiapkan lahan untuk mendukung perlindungan tanaman sagu. Seminar nasional tersebut
kemudian ditindaklanjuti
dengan pelaksanaan
Symposium Internasional Sagu yang dilaksanakan di Makassar.
Pelaksanaan seminar nasional tentang sagu di Kota Palopo dan symposium internasional sagu di Makassar, dilatarbelakangi oleh
minimnya pembicaraan atau diskusi tentang sagu baik diforum formal maupun non formal. Perhatian masyarakat terhadap keberlanjutan
tanaman ini kurang menarik untuk diangkat dan dibicarakan. Hal ini menjadi sebuah ironi sebab tema tentang upaya perlindungan dan
pelestarian tanaman sagu yang terkesan tidak penting terjadi ditengah tekanan terhadap eksistensi tanaman ini.
Negara Jepang sebagai salah satu Negara telah memberikan kontribusinya terhadap eksistensi tanaman sagu melalui kegiatan
penelitian oleh para ahli dari berbagai bidang. Hasil penelitian ini sedianya memberikan dampak positif terhadap upaya perlindungan,
pelestarian dan pengembangan tanaman sagu di Indonesia.
PEMERINTAH KOTA PALOPO SAGU TEKNOPARK PALOPO
2017-2021
| 5
Meskipun telah banyak dihasilkan penelitian dari para ahli tentang berbagai manfaat tanaman sagu, tetapi hal ini tidak banyak
dipublikasikan. Padahal hasil – hasil penelitian tersebut diperlukan
dalam rangka mendukung upaya perlindungan dan pelestarian tanaman sagu. Pelaksanaan seminar dan symposium tentang sagu
diatas telah menjadi bagian dari upaya membangkitkan kesadaran masyarakat akan pentingnya tanaman sagu dengan merujuk pada
hasil
– hasil penelitian para ahli tersebut. Peran Kota Palopo dalam kesepakatan ini adalah menyiapkan
lahan untuk pengembangan Kawasan Sagu Teknopark, sedangkan ketiga kabupaten lainnya akan menyiapkan lahan untuk pertanaman
sagu dan sekaligus mendukung program dan kegiatan oleh Kawasan Sagu Teknopark yang direncanakan terletak di Kota Palopo.
Berdasarkan kesepakatan itulah sehingga perlu disiapkan sebuah dokumen rencana aksi dalam rangka menyusun serangkaian program
dan kegiatan untuk mewujudkan Kawasan Sagu Teknopark di Kota Palopo. Dokumen rencana aksi ini diharapkan menjadi panduan bagi
stakeholder dalam memainkan perannya masing
– masing disetiap program dan kegiatan pengembangan Kawasan Sagu Teknopark Kota
Palopo.
1.2 Kerangka Dasar