Sagu sebagai Peluang dan Tantangan Pengembangan Sagu

PEMERINTAH KOTA PALOPO SAGU TEKNOPARK PALOPO 2017-2021 | 14 sebesar 240 ton CO 2 hatahun. Indonesia yang mempunyai lahan sagu seluas 1,4 juta ha akan mampu menyerap CO 2 sebesar 330 juta ton CO 2 per tahun. Kompensasi serapan melalui usaha tanaman sagu ini dapat mendukung mitigasi perubahan iklim Selain itu, ternyata lahan sagu juga memiliki peranan penting dalam pengendalian lingkungan. Peranan tersebut antara lain, lahan sagu dapat menampung air dari lingkungan sekitarnya, melindungi sungai akibat pencucian materi dari daerah ketinggian di kiri kanan sungai, serta membantu infiltrasi penyerapan aliran air dan air hujan masuk kedalam tanah, mengurangi volume air di permukaan dan mencegah banjir. Tanaman sagu juga berfungsi sebagai pohon pelindung artinya dimana pohon sagu tumbuh, maka terdapat pula sumber air. Sehingga dengan demikian, penebangan pohon sagu yang dilakukan secara terus menerus dapat merusak tatanan air, baik air sungai maupun air laut. Kerusakan air tersebut lambat laun dapat menimbulkan kekeringan.

6. Sagu sebagai

pemersatu sosio-kultural masyarakat. Perkembangan zaman berjalan seiring perubahan pola hidup yang lebih modern, masyarakat lebih memilih kebudayaan baru yang prakteknya dinilai lebih praktis dibandingkan budaya lokal. Namun demikian di beberapa daerah penghasil sagu termasuk di tanah Luwu ini, keberadaan sagu tidak hanya sebagai bahan pangan dan manfaat ekonomi lainnya dalam rangka kelestarian hidup, tetapi sagu memberi nilai pada kehidupan sosial budaya masyarakat. Ini dapat dilihat pada aktivitas penebangan dan pengolahan pohon sagu yang masih dilakukan secara bersama- sama atau gotong royong. Selain itu, salah satu makanan yang khas di daerah ini kapurung dapat menjadi alat integrasi sosial bagi kehidupan masyarakat. Pengembangan tanaman sagu di Indonesia hingga saat ini, cenderung jalan ditempat. Hal ini terindikasi dari masih minimnya pengkajian dan penelitian terkait sagu di Indonesia. Padahal, di dunia international, sagu merupakan topik penelitian yang cukup menarik. Di Jepang misalnya, beberapa universitas membentuk lembaga PEMERINTAH KOTA PALOPO SAGU TEKNOPARK PALOPO 2017-2021 | 15 pengkajian sagu terbesar di dunia, yaitu Sago Palm Society. Berbagai aspek mulai dari fisiologi dan ekologi tanaman, budidaya, daya adaptasi yang tinggi dan toleransi yang besar terhadap salinitas menjadi aspek penelitian yang menarik dan terus dikaji. Beberapa permasalahan menonjol dalam penanganan sagu di negeri ini antara lain: 1. Data luas areal, sebaran dan potensi produksi yang sangat beragam, sehingga menyulitkan dalam perencanaan industrialisasi sagu dan prediksi pengembangan untuk masa mendatang. 2. Pengelolaan tanaman sagu secara tradisional dan cenderung masih mengandalkan tanaman alam, menyebabkan produksi sagu tidak mampu mengimbangi permintaan sagu yang terus meningkat seiring dengan pertumbuhan jumlah penduduk. 3. Petani sagu sebagian besar hanya menjual produk sagu berupa sagu mentah yang diolah secara tradisional mulai dari proses penebangan sampai ekstraksi pati sehingga masih memerlukan proses lanjut untuk mendapatkan sagu dengan kualitas dan harga tinggi. Faktor lain adalah petani tidak melakukan diversifikasi produk olahan sagu, sehingga nilai tambah usahatani sagu lebih banyak dinikmati oleh pengelola unit-unit usaha produksi olahan sagu. Pengelolaan usahatani sagu masih secara tradisional dan tidak terintegrasi hulu-hilir menyebabkan nilai tambah produk-produk sagu bagi masyarakat relatif rendah. Hal ini mengancam keberlanjutan produksi sagu sebagai salah satu pangan alternatif dan dapat mengancam ketahanan pangan masyarakat se Tana Luwu. PEMERINTAH KOTA PALOPO SAGU TEKNOPARK PALOPO 2017-2021 | 16

BAB III KEBIJAKAN STRATEGIS