SAGU TEKNOPARK PALOPO1 FINAL 06 Maret 2017

(1)

| i

BIDANG PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN BAPPEDA KOTA PALOPO

2016

Pusat Kebugaran Pusat Kuliner dan Cinderamata

Taman Bermain edukasi

Sarana dan Fasilitas Fisik  Pusat Pelatihan dan

Informasi Sagu;  Pusat Kuliner dan

Cinderamata;  Pusat Kebugaran;  Taman Plasma

Nutfah Sagu;

 Taman Bermain Edukasi

Pusat Pelatihan dan Informasi

Sagu;

Taman Plasma Nutfah Sagu


(2)

| ii

Kata Pengantar

Puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT. karena hanya berkat rahmat dan karuniaNya maka dokumen Rencana Aksi Teknopark Sagu Kota Palopo Tahun 2017 – 2021 dapat tersusun. Rencana aksi ini merupakan keberlanjutan dan implementasi dari Memorandum of Understanding (MoU) Kepala Daerah Se Tana Luwu hasil dari pelaksanaan Seminar Nasional Sagu yang dilaksanakan Pemerintah Kota Palopo pada tanggl 02 Juni 2016 di Kota Palopo Sagu Internasional Symposium di Makassar pada tanggal 23 Juli 2016, hal ini bertujuan untuk melindungi dan melestarikan tanaman sagu yang merupakan bagian dari budaya khas masyarakat Luwu.

Rencana aksi ini menyajikan pedoman dalam mengambil kebijakan dan langkah serta tahapan dalam membangun dan mengembangkan Kawasan Sagu Technopark Palopo. Upaya tersebut diharapkan dapat mendorong akselerasi pembangunan Kota Palopo sebagai Kota Jasadan Kota Tujuan Pendidikan yang pada akhirnya memberikan dampak positif bagi kemajuan simpul simpul ekonomi masyarakat Kota Palopo.

Pada Kesempatan yang baik ini, kami menyampaikan ungkapan terima kasih kepada Bapak Walikota Palopo 2013-2018, H.M. Judas Amir, yang telah memotivasi kami untuk selalu “berinovasi” dalam melayani masyarakat Kota Palopo, demikian pula kepada semua pihak yang tidak dapat kami sebutkan satu per satu dalam berkontribusi atas penyusunan Rencana Aksi ini. Kami menyadari bahwa dokumen ini masih banyak kekurangannya sehingga kritik dan saran yang membangun sangat kami perlukan. Semoga Rencana Aksi ini dapat bermanfaat bagi pembangunan khususnya Kota Palopo dan Nasional pada umumnya.

Palopo, Desember 2016

Kepala Bappeda,


(3)

| iii

Sambutan Walikota

Minimal harus ada satu inovasi yang dijalankan Organisasi Perangkat Daerah (OPD) Pemerintah Kota Palopo dalam memberikan pelayanan masyarakat. Untuk itu harus mulai diupayakan inovasi dan terobosan apa yang akan dilakukan dalam memberikan pelayanan yang lebih baik kedepan. Secara umum, Kota Palopo telah melakukan sejumlah inovasi seperti Layanan Kesehatan UPTD Jemput-Antar, layanan

kebersihan lingkungan “ Mapaccing Toda”, pemanfaatan e-goverment, peningkatan pendapatan masyarakat melalui program “KHILAN’’ dan pemberdayaan pemuda melalui program pendidikan calon pelaut serta pelayanan perizinan Jemput-Antar (ja) secara gratis.

Inovasi penting digaungkan agar Palopo menjadi kota yang ramah dan ramai investasi, termasuk dalam menciptakan simpul-simpul pergerakan ekonomi, pendidikan, budaya dan sosial. Teknopark merupakan salah satu inovasi berkelanjutan dimana kolaborasi antara pihak akademisi, pelaku bisnis, pemerintah dan masyarakat terhimpun dalam satu wadah.

Pengembangan Teknopark Sagu Kota Palopo bukan hanya bertujuan untuk melestarikan salah satu bagian dari budaya Luwu, tetapi juga merupakan metode untuk menghasilkan sumber daya manusia yang berkualitas di Kota Palopo, dimana Kota Palopo sudah merupakan daerah tujuan Pendidikan dengan keberadaan 17 Perguruan Tinggi di daerah ini. Hasil tersebut diperoleh melalui berbagai kegiatan penelitian dan pengkajian guna meningkatkan daya saing iptek dan diterapkan dalam mewujudkan kesejahteraan masyarakat. Dengan demikian kolaborasi ini sangat sejalan dengan komitmen Pemerintah Kota Palopo saat ini, yaitu

“Siapa mau Kerja Apa”.

Pada kesempatan ini, saya mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah memberikan dukungan dalam menyusun Rencana Aksi Pengembangan Teknopark Sagu di Kota Palopo, harapan kami semoga menjadi inspirasi untuk melahirkan ide, kreatifitas dan gagasan yang lebih baik bagi Pemerintah Pusat maupun Pemerintah Daerah demi kemajuan daerah dan peningkatan kesejahteraan masyarakat.

Palopo, Desember 2016

Walikota,


(4)

| iv

Ringkasan

Teknopark merupakan istilah yang digunakan bagi sebuah sarana berupa kawasan yang disiapkan secara khusus, untuk menginisiasi dan mengalirkan pengetahuan dan teknologi diantara lembaga litbang, universitas dan industri. Rencana pengembangan Kawasan Sagu Teknopark Palopo merupakan implementasi dari kesepakatan 4 pimpinan daerah se – Tana Luwu pada Seminar Nasional Sagu di Kota Palopo tanggal 2 Juni 2016 yang lalu. Pemerintah Kabupaten Luwu, Luwu Utara dan Luwu Timur berkomitmen untuk menyiapkan lahan sebagai laboratorium alam pengembangan tanaman sagu, sedangkan Kota Palopo menyiapkan lahan dan membangun Kawasan Sagu Teknopark sebagai pusat penelitian dan alih teknologi pengelolaan sagu secara berkelanjutan. Dokumen rencana aksi ini merupakan bagian dari tahapan pengembangan Kawasan Sagu Teknopark Palopo. Kawasan ini akan dirancang menjadi pusat kegiatan penelitian dan alih teknologi pengelolaan sagu di Tana Luwu bahkan akan dimanfaatkan untuk skala nasional. Kawasan ini akan dikelola secara kolaboratif oleh 3 unsur yaitu akademisi, pelaku usaha dan pemerintah dengan membentuk sebuah lembaga pengelola.

Rentang waktu perencanaan tahap awal pembangunan Kawasan Sagu Teknopark Palopo akan dilaksanakan selama 5 (Lima) tahun yang dimulai pada tahun 2017 dengan beberapa kegiatan yaitu pengadaan lahan untuk areal pembangunan kawasan dan penyusunan dokumen perencanaan kawasan. Di tahun kedua (2018) direncanakan untuk pelaksanaan pembangunan sarana, prasarana dan infrastruktur wilayah untuk mendukung aktifitas didalam Kawasan Sagu Teknopark Palopo. Pengerjaan sarana dan prasarana fisik (hardware) ditahun 2018 mendatang, telah diikuti pula dengan penyiapan lembaga pengelola kawasan (software) dengan menyusun dan menetapkan struktur organisasi dan tata kerja lembaga pengelola Kawasan Sagu Teknopark Palopo. Lembaga pengelola yang terdiri dari 3 unsuryaitu akademisi, pelaku usaha dan pemerintah akan menyusun rencana kegiatan pengelolaannya atau

business plan.

Rencana pelaksanaan program dan kegiatan yang akan dilakukan oleh lembaga pengelola selama periode waktu tertentu, termasuk jenis – jenis inovasi teknologi yang akan dikembangkan, rencana pembangunan jejaring kerja dan kemitraan dalam rangka pengembangan kegiatan


(5)

| v penelitian dan pengembangan produk sagu dengan lembaga – lembaga terkait serta rencana lainnya.

Diharapkan dengan adanya dokumen rencana aksi ini, Kawasan Sagu Teknopark Palopo kemudian dapat diwujudkan sesuai target waktu yang telah ditentukan. Oleh karenanya diperlukan dukungan dari semua pihak agar perwujudan kawasan ini dapat terlaksana dengan baik tanpa hambatan yang berarti.

Palopo, Desember 2016 Ttd


(6)

| vi

Daftar isi

Halaman

KATA PENGANTAR... ii

SAMBUTAN... ... iii

RINGKASAN ... iv

DAFTAR ISI ... vi

DAFTAR TABEL... ... vii

DAFTAR LAMPIRAN ... ... vii

BAB I. PENDAHULUAN ... 1

1.1. Konsep Dasar Rencana Aksi ... 1

1.2. Kerangka Dasar ... 5

1.3. Dasar Hukum ... 6

1.4. Alur Penyusunan RencanaAksi ... 7

BAB II. PROFIL KOMODITAS SAGU PALOPO ... 9

2.1. Potensi Pengembangan Sagu ... ... 9

2.2. Peluang dan Tantangan Pengembangan Sagu... 11

BAB III. KEBIJAKAN STRATEGIS ... 16

3.1. Konsep Pengembangan... ... 16

3.2. Model Pengembangan ... 19

3.3. Visi Dan Misi…... ... 21

3.4 Tujuan dan Sasaran.... ... ... 22

3.5 Strategi Pengembangan... ... 22

3.6 Arah Kebijakan... ... 23

BAB IV. MATRIKS PROGRAM RENCANA AKSI... ... 26

4.1 Sasaran Program dan Kegiatan... ... 26

4.2 Rencana Pelaksanaan Kegiatan... ... 28

4.3 Indikator Output dan Outcome... 31

BAB V MANAJEMEN PENGEMBANGAN KAWASAN... ... 35

5.1. Implementasi/Operasionalisasi ... . 35

5.2. Lembaga Pengelola Kawasan ... . 43

5.3 Permasalahan dan Upaya Penanganan... ... 44


(7)

| vii

DAFTAR TABEL

NO. TEKS HAL

1. Diagram Alur Penyusunan Dokumen Rencana Aksi Pengembangan

Kawasan Sagu Teknopark Palopo 8

2. Luas Areal dan Produksi Tanaman Sagu Kota Palopo. 10

3. Model Kolaborasi stakeholder Pengembangan Teknopark 20

4. Tolak Ukur Kinerja Program dan Kegiatan Pembangunan Kawasan

Sagu Teknopark Palopo 32

5. Peran Beberapa Instansi Pemerntah dan BUMN/BUMD dalam

Pembangunan dan Pengelolaan Kawasan Sagu Teknopark Palopo 38

DAFTAR LAMPIRAN

NO. TEKS HAL

1. Matriks Program dan Kegiatan Rencana Aksi Pengembangan

Kawasan Sagu Teknopark Palopo. 47

2.

Rencana Tata Waktu Pelaksanaan Program dan Kegiatan

Pengembangan Kawasan Sagu Teknopark Palopo Tahun 2017 –

2021.

52

3. Analisis Kerangka Logis (Logical Framework Analysis / LFA) Rencana

Aksi Pengembangan Kawasan Sagu Teknopark Palopo. 55

4. Dokumentasi Kegiatan 56

5.

Surat Keputusan Walikota Palopo Tentang pembentukan Panitia Pelaksana Kegiatan Penyusunan Rencana Aksi Teknopark Sagu Palopo TA.2016


(8)

| 1

BAB I

PENDAHULUAN 1.1 Konsep Dasar Rencana Aksi

Ketahanan pangan dan energi merupakan bagian dari tema besar pembangunan negara saat ini. Pangan dan energi mampu menggerakkan perekonomian masyarakat sehingga diperlukan dukungan para pihak guna keberlanjutannya. Sumber – sumber pangan dan energi memerlukan upaya proteksi guna menjamin kesinambungan ketersediaannya.

Melimpahnya kekayaan sumber daya alam yang dimiliki Negara ini sangat menunjang ketersediaan sumber pangan dan energi untuk memenuhi kebutuhan masyarakat Indonesia.Kekayaan sumberdaya alam inilah yang kadang membuat banyak pihak yang kurang peduli akan kelestariannya, termasuk kelestarian sumber pangan. Perbedaan letak geografis setiap daerah di Indonesia memunculkan karateristik dari masing – masing daerah tidak terkecuali pangan yang dikonsumsi oleh masyarakatnya.

Masyarakat yang bermukim di wilayah pegunungan memiliki sumber pangan yang berbeda dengan yang bermukim di wilayah pesisir. Tentunya masyarakat memiliki cara pengelolaan sumber pangannya masing – masing, tergantung dari budaya dan kebiasaan yang telah dilakukan turun temurun oleh para pendahulunya.

Pengelolaan sumber pangan oleh masyarakat masih dilakukan secara tradisional dan dengan kearifan lokal yang berkembang ditengah masyarakat setempat. Telah lazim diketahui bahwa sumber pangan utama masyarakat Indonesia adalah beras. Komoditas ini bahkan memiliki posisi strategis dalam deretan komoditas perekonomian nasional yang wajib dijaga stabilitas ketersediaannya oleh pemerintah, sebab menyangkut hajat hidup orang banyak.

Komoditas beras juga menjadi barometer prestasi dan prestise suatu daerah jika mencapai kategori swasembada. Kebijakan berbagai stakeholder pun menjadi indikator akan tingginya perhatian para pihak tersebut terhadap komoditas beras. Tanpa mengesampingkan regulasi dan skala prioritas pemerintah terhadap komoditas beras ini, sebaiknya pemerintah juga tidak


(9)

| 2 mengesampingkan pengembangan sumber pangan lain yang tersedia diberbagai daerah di Indonesia.

Sumber pangan lain yang dimaksudkan dalam konteks ini adalah sagu. Komoditas ini telah dikenal sebagai sumber pangan alternatif selain beras dengan kandungan nutrisi yang tinggi dan dapat dibuat dalam beraneka ragam penyajiannya. Beberapa wilayah di Indonesia banyak ditumbuhi tanaman sagu, antara lain Sumatera, Kalimantan, Sulawesi dan terbanyak adalah di Papua. Bahkan tanaman sagu merupakan bahan pangan utama bagi masyarakat yang berada di Kawasan Timur Indonesia.

Di wilayah Sulawesi Selatan, sagu banyak tumbuh di Tana Luwu dan telah menjadi sumber pangan utama kedua setelah beras.Kehidupan masyarakat Tana Luwu (Kabupaten Luwu, Kota Palopo, Kabupaten Luwu Utara dan Kabupaten Luwu Timur) tidak dapat dipisahkan dari tanaman sagu. Selain sebagai sumber pangan, sagu juga merupakan penopang ekonomi keluarga dan menghidupi sebagian besar masyarakat yang berada didaerah pesisir. Sebagaimana diketahui bahwa tumbuhan sagu dapat hidup optimal di wilayah pesisir. Berbagai jenis panganan yang berbahan baku sagu banyak diproduksi oleh masyarakat di Tana Luwu.

Sejak dahulu Tana Luwu sudah dikenal sebagai daerah penghasil sagu di Sulawesi Selatan, meskipun tanaman ini juga tumbuh didaerah lain. Sagu diproduksi dengan proses sederhana menjadi tepung sagu, yang dilakukan oleh masyarakat kemudian dikemas dengan kemasan yang dibuat dari daun sagu sendiri. Selain untuk dikonsumsi sendiri, tepung sagu yang diproduksi tersebut dijual untuk memenuhi permintaan pasar baik dari dalam maupun dari luar daerah.

Pada dasarnya dalam keseharian masyarakat yang mengenal sagu sebagai sumber pangan telah mengetahui pula bahwa hampir seluruh bagian dari tumbuhan sagu dapat dimanfaatkan untuk berbagai keperluan, seperti daunnya untuk atap rumah (rumbia) pelepah daun sagu untuk bangunan (dinding, rangka, kaso dan lantai yang ringan, kuat dan mudah dibentuk), kulit pelepah sagu untuk tali pengikat, isi pelepah sagu untuk bahan kerajinan, kulit pohon sagu untuk dinding dan lantai atau kayu bakar, ampas sisa perasan untuk makanan ternak dan pupuk tanaman, pokok pohon yang membusuk


(10)

| 3 untuk kepompong/ ulat sagu yang bergizi tinggi, sehingga tanaman sagu dapat bernilai ekonomi tinggi.

Masyarakat di negara – negara maju saat ini pun tengah berminat untuk menjadikan sagu sebagai salah satu bahan pangan sehari – hari mereka. Dalam perkembangan ilmu pengetahuan saat ini, tepung sagu menjadi multiguna, selain sebagai bahan pangan juga untuk kebutuhan makanan formula bayi, industri farmasi dan kosmetik. Dalam hal upaya mitigasi dan adaptasi perubahan iklim serta penanggulangan bencana, tanaman sagu merupakan tanaman yang dapat memberikan perlindungan terhadap ancaman kerawanan pangan dan perlindungan kawasan pesisir dari ancaman gelombang pasang air laut.

Seiring dengan meningkatnya minat masyarakat untuk mengkonsumsi panganan berbahan baku sagu, maka permintaan terhadap tepung sagu juga meningkat. Hal ini memicu peningkatan pemanenan atau penebangan sagu yang berarti penyusutan luas areal sagu. Pembudidayaan tanaman sagu memang belum dilakukan oleh masyarakat yang dimungkinkan pula karena sagu tumbuh cukup subur tanpa perlakuan khusus dalam pemeliharaannya.Tanpa proteksi dan usaha budi daya tanaman ditambah faktor laju alih fungsi lahan maka luas areal lahan sagu semakin menyusut sehingga akan terjadi kekurangan stok bahan baku dari sagu, baik untuk kebutuhan konsumsi rumah tangga maupun untuk industri.Bahkan dengan memperhitungkan kecenderungan penyusutan areal tanaman sagu beberapa tahun terakhir, maka diperkirakan kurang dari 10 tahun kedepan areal tanaman sagu di Tana Luwu khususnya akan hilang.

Dengan pertimbangan besarnya manfaat tanaman sagu dan kecenderungan penyusutan luas areal pertanaman sagu sehingga diperlukan langkah antisipatif. Pada dasarnya beberapa langkah penanganan baik jangka pendek, menengah maupun jangka panjang dan melibatkan para pihak dapat diupayakan melalui berbagai program dan kegiatan, antara lain melalui proteksi lahan sagu dari ancaman alih fungsi, baik secara fisik maupun didukung dengan regulasi daerah dengan menetapkannya dalam perda rencana tata ruang wilayah.

Selain memproteksi lahan, perlindungan terhadap tanaman sagu dapat pula diwujudkan dengan lebih memperkenalkan manfaat sagu


(11)

| 4 secara luas dan mendalam, sehingga diharapkan akan tumbuh dalam diri setiap orang untuk lebih arif dalam mengelola dan memanfaatkan sagu. Keberadaan Kawasan Sagu Teknopark Palopo kedepan diharapkan dapat menjawab kebutuhan perlindungan dan pengembangan sagu kedepan, baik bagi Tana Luwu maupun secara Nasional pada umumnya.

Kawasan ini diharapkan akan memperkenalkan sagu dari perspektif ilmu pengetahuan, bisnis dan kebijakan pemerintah dari hulu hingga hilir. Keterlibatan 3 unsur dalam Kawasan Sagu Teknopark yaitu akademisi, pengusaha dan pemerintah akan menjadi penopang program perlindungan sagu. Kota Palopo akan mengambil bagian dari upaya perlindungan tanaman sagu di Tana Luwu. Tentunya program ini memerlukan dukungan dari 3 kabupaten lainnya di Tana Luwu yaitu Kabupaten Luwu, Kabupaten Luwu Utara dan Kabupaten Luwu Timur.

Pada bulan Juni 2016 yang lalu Kota Palopo menjadi tuan rumah penyelenggaraan Seminar Nasional Sagu yang dihadiri berbagai unsur masyarakat baik dalam daerah maupun dari luar daerah. Seminar ini melahirkan kesepakatan penting dari 4 daerah se – Tana Luwu yaitu masing – masing daerah akan menyiapkan lahan untuk mendukung perlindungan tanaman sagu. Seminar nasional tersebut kemudian ditindaklanjuti dengan pelaksanaan Symposium Internasional Sagu yang dilaksanakan di Makassar.

Pelaksanaan seminar nasional tentang sagu di Kota Palopo dan symposium internasional sagu di Makassar, dilatarbelakangi oleh minimnya pembicaraan atau diskusi tentang sagu baik diforum formal maupun non formal. Perhatian masyarakat terhadap keberlanjutan tanaman ini kurang menarik untuk diangkat dan dibicarakan. Hal ini menjadi sebuah ironi sebab tema tentang upaya perlindungan dan pelestarian tanaman sagu yang terkesan tidak penting terjadi ditengah tekanan terhadap eksistensi tanaman ini.

Negara Jepang sebagai salah satu Negara telah memberikan kontribusinya terhadap eksistensi tanaman sagu melalui kegiatan penelitian oleh para ahli dari berbagai bidang. Hasil penelitian ini sedianya memberikan dampak positif terhadap upaya perlindungan, pelestarian dan pengembangan tanaman sagu di Indonesia.


(12)

| 5 Meskipun telah banyak dihasilkan penelitian dari para ahli tentang berbagai manfaat tanaman sagu, tetapi hal ini tidak banyak dipublikasikan. Padahal hasil – hasil penelitian tersebut diperlukan dalam rangka mendukung upaya perlindungan dan pelestarian tanaman sagu. Pelaksanaan seminar dan symposium tentang sagu diatas telah menjadi bagian dari upaya membangkitkan kesadaran masyarakat akan pentingnya tanaman sagu dengan merujuk pada hasil – hasil penelitian para ahli tersebut.

Peran Kota Palopo dalam kesepakatan ini adalah menyiapkan lahan untuk pengembangan Kawasan Sagu Teknopark, sedangkan ketiga kabupaten lainnya akan menyiapkan lahan untuk pertanaman sagu dan sekaligus mendukung program dan kegiatan oleh Kawasan Sagu Teknopark yang direncanakan terletak di Kota Palopo.

Berdasarkan kesepakatan itulah sehingga perlu disiapkan sebuah dokumen rencana aksi dalam rangka menyusun serangkaian program dan kegiatan untuk mewujudkan Kawasan Sagu Teknopark di Kota Palopo. Dokumen rencana aksi ini diharapkan menjadi panduan bagi stakeholder dalam memainkan perannya masing – masing disetiap program dan kegiatan pengembangan Kawasan Sagu Teknopark Kota Palopo.

1.2 Kerangka Dasar

Pengambangan Kawasan Sagu Teknopark memiliki arti penting dan menjadi bagian dari proses pembangunan di Kota Palopo. Kawasan Sagu Teknopark akan memperkuat beberapa citra Kota Palopo adalah sebagai kota tujuan pendidikan, kota jasa dan perdagangan serta sebagai pusat kegiatan wilayah dalam Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional.

Kehadiran Kawasan Sagu Teknopark di Kota Palopo diharapkan mampu mendorong berkembangnya sektor pendidikan, penelitian, pengkajian dan pengembangan mengenai komoditas Sagu, mengingat salah unsur yang terlibat dalam pengelolaan Kawasan Sagu Teknopark adalah pihak akademisi. Selain itu, keberadaan Kawasan Sagu Teknopark juga diharapkan dapat memberikan dampak positif terhadap pengembangan produk berbahan baku sagu yang dapat dikelola oleh usaha mikro, kecil dan menengah (UMKM).


(13)

| 6 Kawasan Sagu Teknopark akan mendorong terciptanya kerjasama dan kemitraan usaha dengan para pelaku UMKM. Para pelaku UMKM dapat bermitra dengan pengelola Kawasan Sagu Teknopark misalnya dalam hal pemasaran produk – produk pangan berbahan sagu yang dikembangkannya. Pola kerjasama tersebut dapat pula dikembangkan dengan memasukkan para pelaku UMKM ke jejaring kerjasama dengan pelaku usaha nasional bahkan internasional, yang diharapkan dapat diinisiasi oleh Pengelola Kawasan Sagu Teknopark.

Pengenalan lebih luas tentang tanaman sagu yang digagas melalui Kawasan Sagu Teknopark Palopo akan lebih dikembangkan dengan memberikan informasi dan pengetahuan kepada masyarakat bahwa sagu bermanfaat pula dalam memberikan perlindungan terhadap keanekaragaman hayati beserta ekosistemnya, mitigasi dan adaptasi perubahan iklim, sumber energi terbarukan, penanggulangan bencana alam, cadangan pangan dan farmasi.

Kawasan Sagu Teknopark Palopo akan menjadi sumber informasi dan pengetahuan tentang teknologi pengelolaan sagu dengan memperhatikan aspek – aspek pelestarian lingkungan yang diintegrasikan dengan kepentingan ekonomi dan sosial masyarakat. Semua orang dapat memperoleh pengetahuan tentang pengelolaan sagu yang menjamin kelestarian hasil dan perlindungan ekosistemnya.

1.3 Dasar Hukum

Peraturan perundang – undangan yang mendasari pengembangan Kawasan Sagu Teknopark antara lain :

1. Undang – Undang No. 5 Tahun 1990 tentang Konservasi Sumberdaya Alam dan Ekosistemnya.

2. Undang – Undang No. 18 Tahun 2002 tentang Sistem Penelitian, Pengembangan dan Penerapan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi.

3. Undang – Undang No. 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang. 4. Undang – Undang No. 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan

Pengelolaan Lingkungan Hidup

5. Undang – Undang No. 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah.


(14)

| 7 6. Peraturan Pemerintah No. 50 Tahun 2007 tentang Tata Cara

Pelaksanaan Kerjasama Daerah.

7. Peraturan Pemerintah No. 28 Tahun 2008 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional

8. Peraturan Presiden No. 32 Tahun 2011 tentang Masterplan Percepatan dan Perluasan Pembangunan Ekonomi Indonesia. 9. Peraturan Presiden No. 27 Tahun 2013 tentang Pengembangan

Inkubator Wirausaha.

10. Peraturan Presiden No. 2 Tahun 2015 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional 2015 – 2019.

11. Peraturan Bersama Menteri Riset dan Teknologi No. 3 Tahun 2012 dengan Menteri Dalam Negeri No. 36 Tahun 2012 tentang Penguatan Sistem Inovasi Daerah.

12. Peraturan Daerah Kota Palopo No. 9 Tahun 2012 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kota Palopo 2012 – 2032. Rangkaian peraturan perundang – undangan diatas mengamanatkan perlunya pembangunan sebuah kawasan disetiap daerah yang berfungsi untuk penelitian dan pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, sebagai inkubator wirausaha serta sebagai lokomotif percepatan pertumbuhan ekonomi berbasis daya dukung daerah.

1.4 Alur Penyusunan Rencana Aksi

Alur penyusunan dokumen Rencana Aksi Pengembangan Kawasan Sagu Teknopark Kota Palopo tidak berbeda jauh dengan proses penyusunan dokumen perencanaan pada umumnya. Proses penyusunannya diawali dengan penentuan personil yang akan dimasukkan dalam tim penyusun dokumen yang berasal dari berbagai unsur terkait.

Selanjutnya tim penyusunan dokumen ini diperkuat dengan penerbitan surat keputusan Walikota Palopo dan dilanjutkan rapat dan pembagian tugas tim. Tugas yang dimaksud lebih dominan melakukan pengumpulan data dan informasi yang diperlukan dalam penyusunan dokumen ini.

Data tersebut digunakan dalam menyusun draft dokumen rencana aksi dan kemudian dilakukan pembahasan bersama tim untuk


(15)

| 8 menhasilkan draft dokumen rencana aksi. Hasil penyempurnaannya selanjutnya dibahas bersama stakeholder terkait guna dilakukan perbaikan dan pengayaan informasi yang telah ada. Saran dan masukan dari setiap stakeholder akan diperbaiki sebelum diterbitkan dokumen lengkap rencana aksi Kawasan Sagu Teknopark Palopo. Proses tersebut digambarkan dalam bentuk diagram dibawah ini,

Penerbitan SK Personil Tim Penyusun Dokumen

Rencana Aksi

Konsolidasi & Pembagian Tugas Tim Penyusun Dokumen Rencana Aksi

Penyusunan Draft Dokumen

Rencana Aksi

Pengumpulan Data Pendukung

Jika Data Belum Lengkap Pembahasan

Draft Dokumen

Rencana Aksi

Penyempurnaan Narasi Dokumen Rencana Aksi

Pembahasan dengan Stakeholder Terkait Dokumen Rencana

Aksi

Penampungan dan Pengolahan Usulan

Saran / Koreksi / Perbaikan

Penerbitan Dokumen Akhir

Rencana Aksi

Tabel 1 : Diagram Alur Penyusunan Dokumen Rencana Aksi Pengembangan Kawasan Sagu Teknopark Palopo

Pembentukan Personil Tim Penyusun Dokumen


(16)

| 9

BAB II

PROFIL KOMODITAS SAGU DI PALOPO 2.1. Potensi Pengembangan Sagu

Tanaman sagu (Metroxylon sp.) merupakan salah satu potensi besar pangan lokal Indonesia. Sebanyak 51,3% dari 2,2 juta ha areal lahan sagu di dunia, terdapat di Indonesia. Daerah potensial penghasil sagu di Indonesia meliputi Riau, Sulawesi, Maluku dan Papua. Terdapat 90% areal sagu Indonesia berada di Papua (Sumaryono, 2007). Berdasarkan data Perhimpunan Pendayagunaan Sagu Indonesia (PPSI), produksi sagu nasional saat ini mencapai 400.000 ton per tahun atau baru mencapai sekitar 8 persen dari potensi sagu nasional. Sementara di Sulawesi Selatan sendiri, berdasarkan data Badan Ketahanan Pangan, terdapat sekitar 10 ribu hektar lahan yang berpotensi untuk ditanami sagu. Akan tetapi, hanya 4,1 ribu hektar lahan yang telah digunakan untuk penanaman sagu (BPS, 2015).

Di Kota Palopo, produksi tanaman sagu dari tahun ke tahun semakin menurun seiring berkurangnya areal tumbuh tanaman sagu. Data Dinas Kehutanan dan Perkebunan Kota Palopo memperlihatkan bahwa pada tahun 2013, produksi sagu Kota Palopo mencapai 85,20 ton. Angka ini berturut-turut menurun menjadi 70,81 ton, 50,74 dan 31,24 ton pada tahun 2014, 2015 dan 2016. Sedangkan jika dilihat dari luas areal tumbuh, tanaman sagu di Kota Palopo hilang hingga 236 ha selama kurun 4 tahun terakhir. Jika melihat kecenderungan rata-rata penurunan areal tumbuh tanaman sagu di Kota Palopo ini, maka diperkirakan 6 (enam) tahun ke depan, tanaman sagu di Kota Palopo akan habis.


(17)

| 10

Tabel 2.

Luas Areal dan Produksi Tanaman Sagu Kota Palopo

No Tahun Luas Areal

(Ha)

Produksi (Ton)

Produktifitas (Ton/Ha)

1 2013 552,34 85,20 154,25

2 2014 397,24 70,81 178,25

3 2015 319,75 50,74 158,69

4 2016 316,60 31,24 98,67

Rata-rata 396,48 59,49 147,47

Sumber: Dinas Kehutanan dan Perkebunan Kota Palopo (2016)

Di Sulawesi Selatan sendiri pemanfaatan sagu juga telah dikenal sangat lama. Di sebagian masyarakat, khususnya pada daerah yang banyak ditemukan tumbuhan sagu seperti Luwu, makanan berbahan sagu pernah merupakan makanan utama masyarakat di daerah tersebut. Namun demikian, sejalan dengan perkembangan zaman, saat ini masyarakat telah menggunakan beras sebagai bahan pangan utama. Sementara peran sagu sebagai bahan pangan alternatif tetap tidak hilang. Bahkan di Kota Makassar yang sangat dikenal dengan keragaman kulinernya, kapurung yang merupakan makanan khas dari tanah Luwu dan berbahan utama tepung sagu, telah menjadi salah satu makanan khas dan unik yang sejajar dengan kuliner khas lainnya. Dari perspektif sejarah dan kebudayaan, sejak dahulu Tana Luwu memiliki ikatan emosional dengan tanaman sagu. Hal ini dimungkinkan karenadi sepanjang wilayah Tana Luwu (hingga ke sebagian Sulawesi Tengah dan Tenggara) ditumbuhi oleh banyaknya tanaman sagu sehingga masyarakatnya pada umumnya menjadikan sagu sebagai makanan pokok. Padi atau beras ketika itu menjadi makanan ekslusif bagi kalangan atas (elit) atau keluarga-keluarga bangsawan/ pembesar.

Dalam catatan sejarah, keberadaaan sagu juga menjadi salah satu alasan perpindahan pusat pemerintahan Kerajaan Luwu ke Pattimang, Malangke (saat ini menjadi salah satu kecamatan di wilayah pesisir Kabupaten Luwu Utara). Salah satu faktor yang mendorong pemindahan ibukota kerajaan Luwu ke Pattimang adalah


(18)

| 11 karena potensi agrikultur bagi produk sagu di daerah tersebut. Jauh sebelumnya diprediksi bahwa daerah Pattimang akan menjadi daerah kosmopolit dengan populasi penduduk yang besar. Diperkirakan pada abad XVI penduduk Pattimang mencapai 14.500 jiwa. Dengan demikian maka kebutuhan atau permintaan sagu juga besar, dan daerah Pattimang dinilai mampu menyuplai kebutuhan sagu warga ibukota Kerajaan Luwu tersebut.

Dari fakta tersebut, selain menegaskan bahwa saat itu makanan pokok masyarakat Luwu adalah sagu, hal lain yang dapat menjadi perhatian adalah bahwa komoditas sagu merupakan salah satu kekayaan sumber daya alam Tana Luwu selain rotan, madu, lilin, damar dan kayu yang merupakan sumber penghasilan yang (sepertinya) tidak pernah habis. Sagu menjadi komoditas andalan Tana Luwu sejak zaman dahulu kala. Data Gubernur Celebes pada tahun 1888, pelabuhan Palopo mencatatkan ekspor sagu kurang lebih sebanyak 15.000 pikul. Tujuan ekspor komoditas sagu Luwu salah satunya adalah ke Singapura. Perdagangan sagu ini dilakukan oleh orang-orang Arab, Cina, Makassar dan Bugis.

Selain memasok sagu, masyarakat Luwu saat itu juga mengolah bagian tanaman sagu menjadi barang kerajinan, seperti atap rumbia dan keranjang dari pelepah pohon sagu.Kebiasaan mengolah dan memiliki kekayaan sumber daya sagu di Tana Luwu juga menurunkan produk budaya berupa sambe atau alat/perkakas berbentuk mirip kapak yang digunakan saat menghancurkan isi batang sagu. Kegiatan mengolah atau memproduksi tepung atau pati sagu sendiri disebut

massambe. Sambe sendiri diyakini merupakan turunan dari budaya teknologi neolitik. Kemiripan tersebut dapat dilihat dari segi bentuk alu, gagang, serta cara dan model ikatan. Dari data-data tersebut, dapat disimpulkan bahwa bahwa sagu telah mewarnai kebudayaan masyarakat di Tana Luwu. Dari peranannya untuk memenuhi kebutuhan pangan pokok, hingga memengaruhi aktifitas ekonomi dan bahkan politik kewilayahan.

2.2 Peluang dan Tantangan Pengembangan Sagu

Tidak dapat dipungkiri bahwa tanaman sagu memiliki potensi yang cukup besar, baik potensi pati, luasan dan sebarannya. Demikian halnya dengan pemanfaatannya, hampir semua bagian-bagian dari


(19)

| 12 tanaman ini dapat dimanfaatkan dan memiliki nilai ekonomi yang cukup tinggi. Selain nilai ekonomi, keberadaan tanaman sagu ini mempunyai nilai sosial budaya dan ekologi yang sangat penting.

1. Sumber bahan pangan dan bahan baku industri. Tanaman sagu (Metroxylon sagu) memiliki potensi yang sangat besar untuk dikembangkan baik sebagai sumber bahan pangan dan bahan baku industri. Sebagai sumber pangan, sagu sangat potensial untuk dikembangkan sebagai bahan pangan alternatif pengganti beras. Sagu mampu menghasilkan pati kering hingga 25 ton per hektar, jauh melebihi produksi pati beras atau jagung yang masing-masing hanya 6 ton dan 5.5 ton per hektar. Sagu tidak hanya menghasilkan pati terbesar, tetapi juga menghasilkan pati sepanjang tahun. Setiap batang dapat menghasilkan sekitar 200 kg tepung sagu basah per tahun.

Tepung sagu juga dapat digunakan secara luas sebagai subsitusi dalam pembuatan makanan lain, seperti mie, roti, biskuit, kue, makanan penyedap, dan berbagai jenis minuman sirup berkadar fruktosa tinggi. Sementara untuk bahan baku industri, sagu dapat digunakan dalam pembuatan lem, baterai, keramik, kosmetik, insulasi cat, plywood, tekstil, asam sitrat, ethanol, asam laktat (plastik organik), aseton, larutan injeksi dekstrose, penisilin, antibiotika, serta sumber bahan baku etanol yang sangat terbuka dan menjanjikan.

2. Sagu sebagai tanaman yang adaptif. Sagu juga mempunyai daya adaptasi yang tinggi pada lahan marginal dan lahan kritis yang tidak memungkinkan pertumbuhan optimal bagi tanaman pangan dan tanaman perkebunan. Pohon sagu juga dapat tumbuh pada lahan dan cuaca yang ekstrim. Karakteristik bioekologi sagu ini, merupakan potensi sangat berarti dalam memanfatkan lahan marginal dan lahan kritis yang cukup luas di Indonesia, menunjang ketahanan pangan dalam negeri dan sumber bahan baku industri serta dapat berperan sebagai tanaman konservasi.


(20)

| 13 3. Sagu sebagai tanaman multifungsi. Sagu mempunyai banyak kegunaan, dimana hampir semua bagian tanaman mempunyai manfaat tersendiri. Selain sebagai sumber karbohidrat (bahan pangan), daun sagu juga dapat dimanfaatkan untuk atap, keranjang atau tikar, sedangkan kulit batang dan tangkai daun dapat digunakan untuk wadah pengendapan sagu atau tempat air. Demikian halnya dengan batang kayu dapat digunakan sebagai bahan bangunan, tiang dan balok jembatan serta sebagai bahan bakar. Tangkai daun dapat dibuat menjadi bilik untuk dinding atau pagar, serat dari batangnya dapat dijadikan sebagai bahan pembuatan papan partikel, sedangkan ampas sagu dapat digunakan sebagai pakan ternak dan media penyemaian jamur makanan.

4. Sumber energy bioethanol potensial. Makin berkembangnya kebutuhan energi terbarukan yang ramah lingkungan, memberi peluang bagi pemberdayaan dan pengembangan sagu pada lahan rawa, hutan sekunder dan lahan kritis untuk menghasilkan produk sagu sebagai sumber energi bioetanol, dan sekaligus tanaman sagu berfungsi untuk mengurangi pemanasan global. Hasil penelitian terkini di bidang pengolahan sagu untuk biofuel mampu menghasilkan etanol 35 ml/jam. Bahkan teknologi fermentasi ini mampu memfermentasi keseluruhan batang sagu tanpa penepungan sehingga sangat efisien dan sangat murah untuk menghasilkan bioetanol. Produk bioethanol selain dapat dihasilkan dari pati sagu dapat juga dari bagian serat LMT (lewat masak tebang) dan limbah industry sagu sehingga berpeluang untuk mengoptimalkan pemanfaatan seluruh bagian tanaman sagu (Rostiwati dkk, 2008).

5. Sagu sebagai Pengaman Lingkungan. Tanaman sagu dapat berperan sebagai penyelamat lingkungan karena dapat menyerap gas rumah kaca (CO2) yang dikeluarkan lahan gambut ke udara. Berdasarkan hasil penelitian, emisi gas CO2 dan NH4 ke udara bervariasi dari 25-200 mg/m2/jam. Nilai rata-rata laju fotosintesis tanaman sagu sebesar 22 mg CO2/dm2/jam. Berdasarkan perhitungan, jumlah CO2 yang dapat diserap oleh tanaman sagu


(21)

| 14 sebesar 240 ton CO2/ha/tahun. Indonesia yang mempunyai lahan sagu seluas 1,4 juta ha akan mampu menyerap CO2 sebesar 330 juta ton CO2 per tahun. Kompensasi serapan melalui usaha tanaman sagu ini dapat mendukung mitigasi perubahan iklim

Selain itu, ternyata lahan sagu juga memiliki peranan penting dalam pengendalian lingkungan. Peranan tersebut antara lain, lahan sagu dapat menampung air dari lingkungan sekitarnya, melindungi sungai akibat pencucian materi dari daerah ketinggian di kiri kanan sungai, serta membantu infiltrasi (penyerapan) aliran air dan air hujan masuk kedalam tanah, mengurangi volume air di permukaan dan mencegah banjir. Tanaman sagu juga berfungsi sebagai pohon pelindung artinya dimana pohon sagu tumbuh, maka terdapat pula sumber air. Sehingga dengan demikian, penebangan pohon sagu yang dilakukan secara terus menerus dapat merusak tatanan air, baik air sungai maupun air laut. Kerusakan air tersebut lambat laun dapat menimbulkan kekeringan.

6. Sagu sebagai pemersatu sosio-kultural masyarakat. Perkembangan zaman berjalan seiring perubahan pola hidup yang lebih modern, masyarakat lebih memilih kebudayaan baru yang prakteknya dinilai lebih praktis dibandingkan budaya lokal. Namun demikian di beberapa daerah penghasil sagu termasuk di tanah Luwu ini, keberadaan sagu tidak hanya sebagai bahan pangan dan manfaat ekonomi lainnya dalam rangka kelestarian hidup, tetapi sagu memberi nilai pada kehidupan sosial budaya masyarakat. Ini dapat dilihat pada aktivitas penebangan dan pengolahan pohon sagu yang masih dilakukan secara bersama-sama atau gotong royong. Selain itu, salah satu makanan yang khas di daerah ini (kapurung) dapat menjadi alat integrasi sosial bagi kehidupan masyarakat.

Pengembangan tanaman sagu di Indonesia hingga saat ini, cenderung jalan ditempat. Hal ini terindikasi dari masih minimnya pengkajian dan penelitian terkait sagu di Indonesia. Padahal, di dunia international, sagu merupakan topik penelitian yang cukup menarik. Di Jepang misalnya, beberapa universitas membentuk lembaga


(22)

| 15 pengkajian sagu terbesar di dunia, yaitu Sago Palm Society. Berbagai aspek mulai dari fisiologi dan ekologi tanaman, budidaya, daya adaptasi yang tinggi dan toleransi yang besar terhadap salinitas menjadi aspek penelitian yang menarik dan terus dikaji. Beberapa permasalahan menonjol dalam penanganan sagu di negeri ini antara lain:

1. Data luas areal, sebaran dan potensi produksi yang sangat beragam, sehingga menyulitkan dalam perencanaan industrialisasi sagu dan prediksi pengembangan untuk masa mendatang.

2. Pengelolaan tanaman sagu secara tradisional dan cenderung masih mengandalkan tanaman alam, menyebabkan produksi sagu tidak mampu mengimbangi permintaan sagu yang terus meningkat seiring dengan pertumbuhan jumlah penduduk.

3. Petani sagu sebagian besar hanya menjual produk sagu berupa sagu mentah yang diolah secara tradisional (mulai dari proses penebangan sampai ekstraksi pati) sehingga masih memerlukan proses lanjut untuk mendapatkan sagu dengan kualitas dan harga tinggi. Faktor lain adalah petani tidak melakukan diversifikasi produk olahan sagu, sehingga nilai tambah usahatani sagu lebih banyak dinikmati oleh pengelola unit-unit usaha produksi olahan sagu.

Pengelolaan usahatani sagu masih secara tradisional dan tidak terintegrasi hulu-hilir menyebabkan nilai tambah produk-produk sagu bagi masyarakat relatif rendah. Hal ini mengancam keberlanjutan produksi sagu sebagai salah satu pangan alternatif dan dapat mengancam ketahanan pangan masyarakat se Tana Luwu.


(23)

| 16

BAB III

KEBIJAKAN STRATEGIS 3.1 Konsep Pengembangan

Sampai saat ini, tepung sagu biasa berupa sagu basah (tumang) yang dibungkus dengan daun sagu. Model kemasan ini sama persis dengan yang telah ditemukan berpuluh-puluh tahun yang lalu.Pemanfaatan sagu sebagai tepung instan, bahan baku pembuatan so’un, atau bahkan pembuatan gula cair yang lebih sehat dibandingkan gula tebu sesungguhnya terbuka lebar. Namun disayangkan karena fenomena pengelolaan yang tradisional dengan potensi pemanfaatan yang sangat luas tampak berjalan tidak seiring.

Dengan fenomena demikian, diperlukan intervensi inovatif agar pengelolaan dan pemanfaatan sagu lebih optimal sesuai dengan potensi yang dimiliknya. Intervensi tersebut perlu dilakukan secara komprehensif, mulai dari manajemen penanganan bahan baku (budidaya), manajemen dan teknologi produksi, manajemen kelembagaan, sampai pada manajemen dan teknologi pengelolaan usaha. Bahkan jika memungkinkan dapat dikembangkan pada pemanfaatan sagu yang belum dikenal secara luas selama ini. Untuk itulah, program khusus yang dimaksud di atas diwujudkan melalui inisiatif pengembangan atau pembangunan taman tekno atau sagu technopark.

Pengembangan Kawasan Sagu Technopark memiliki arti penting dan menjadi bagian dari proses pembangunan di Kota Palopo. Kawasan Sagu Technopark akan memperkuat beberapa citra Kota Palopo yang 3 diantaranya adalah sebagai kota tujuan pendidikan, kota jasa dan perdagangan serta sebagai pusat kegiatan wilayah. Kawasan/sagu teknopark adalah sarana yang diharapkan dapat menjalankan fungsi sebagai inkubator bisnis teknologi pengembangan dan pemanfaatan sagu dari hulu hingga hilir. Teknologi pengembangan dan pemanfaatan sagu dari hulu hingga hilir dimaksud meliputi:

1. Menghasilkan benih unggul yang bersertifikasi: - Identifikasi varietas sagu di Tana Luwu


(24)

| 17 - Rekayasa bibit melalui pemuliaan tanaman sagu

- Memenuhi permintaan pasar terhadap bibit unggul sagu 2. Budidaya tanaman sagu:

- Pengolahan lahan - Pembibitan

- Pesemaian 3. Teknologi panen

4. Pengolahan pasca panen

5. Pengolahan tepung sagu menjadi produk setengah jadi, bahan makanan dan produk lainnya.

6. Pengemasan/penyimpanan 7. Pemasaran

` Diharapkan juga dapat menjadi atau melaksanakan kegiatan berupa museum dan Pusat Informasi Sagu, Pusat Pendidikan dan Pelatihan serta Pendampingan.

Dari konsep dasar mengenai pengembangan tanaman sagu dari hulu ke hilir ini, maka disusun konsep mengenai sagu teknopark ini, yang dibagi atas tiga konsep utama, yakni:

I. Penerapan Teknologi Budidaya dan Pengolahan

Teknopark Sagu diarahkan untuk melakukan penerapan teknologi budidaya tanaman sagu, yang merupakan solusi untuk keberlanjutan produksi sagu. Penerapan teknologi ini dimulai dengan memberlakukan teknik silvikultur intensif serta membangun unit-unit lahan sagu yang ditata berdasarkan kelas umur. Dengan demikian kuantitas, kualitas, dan kontinyuitas produksi sagu lebih terjamin. Melalui Teknopark Sagu, peningkatan kemampuan teknik budidaya petani sagu dapat melalui serangkaian kegiatan seperti berikut:

a. Pengembangan tanaman sagu komersial memerlukan bahan tanam unggul dalam jumlah besar. Selain secara vegetatif dan generatif, salah satu alternatif penyediaan bibit unggul sagu adalah dengan teknik kultur jaringan (kultur in vitro).

b. Menata lahan sagu petani melalui penerapan sistem silvikultur intensif dengan menjadikan lahan petani dengan unit-unit manajemen sesuai potensi dan karaktersitik fisik lahan.


(25)

| 18 c. Mengembangkan manajemen sagu tradisional dengan menerapkan teknologi budidaya sagu intensif untuk meningkatkan produktivitas dan nilai produksi sagu. Kegiatan ini diawali dengan menyeleksi bibit yang berkualitas baik; mengatur populasi tanaman sesuai dengan kualitas tempat tumbuhnya dengan cara mengatur jumlah rumpun dalam setiap unit manajemen yang dikelola (clump managed) dan mengatur jumlah batang dalam rumpun (single stem managed). d. Pengaturan penebangan sagu yang menjamin kualitas, produktifitas

dan keberlanjutan produksi yang tinggi serta kelestarian tegakan sagu. Pohon yang ditebang adalah pohon yang masak tebang dan diharapkan setelah satu periode tebang pohon dari tegakan tinggal akan tumbuh dan tersusun dengan volume produksi sebelumnya. Produktivitas pati sagu sangat tergantung pada umur tanaman, apabila tanaman sagu sudah melewati umur panen atau lewat masak tebang maka produkstivitas pati sagu akan rendah/sangat rendah. Pengolahan sagu secara semi mekanis dan mekanis sederhana dapat dilakukan oleh masyarakat dimulai dari proses penebangan, pemotongan dan pengupasan kulit, penghancuran empulur, ekstraksi pati, pengendapan, pengeringan. Keuntungan pengolahan secara mekanis adalah efisiensi waktu pengolahan dan tenaga kerja.

II. Inovasi Usaha Individu menjadi Unit Usaha Terintegrasi

Teknopark Sagu akan diarahkan merubah pola pengelolaan usaha produksi sagu dan produk-produk turunannya yang selama ini dilakukan secara individu-individu oleh masyarakat lokal. Hal ini didasari atas kesadaran bahwa usaha produksi sagu yang dilakukan secara tradisional oleh masyarakat menyebabkan posisi tawar petani untuk mengakses pasar sangat lemah,dan berdampak kepada rendahnya nilai tambah usahatani sagu. Oleh karena itu, pengembangan lembaga usaha adalah salah satu hal yang dapat dilakukan untuk meningkatkan pendapatan masyarakat lokal khususnya petani sagu. Pengembangan lembaga usaha di Teknopark Sagu mencakup kegiatan-kegiatan: membentuk kelompok usaha bersama, pembuatan business plan, perbaikan kemasan (packaging) dengan mengemas tepung sagu pada berbagai ukuran serta pengembangan pasar bisnis sagu. Dengan usaha integrasi ini


(26)

| 19 diharapkan akan menggeser petani sagu atau usaha individu menjadi unit usaha terintegrasi atau kelompok usaha bersama.

III. Sinergitas Perguruan Tinggi dengan Pemerintah Daerah

Teknopark sagu akan menjadi sarana baru dalam upaya penelitian dan pengembangan komoditas sagu ditengah minimnya perhatian terhadap tanaman berpotensi ini. Pemerintah Kota Palopo disadari perlu mengambil peran sebagai “leader” dalam usaha pengembangan sagu di Sulawesi Selatan. Belum ada pemerintah daerah di Indonesia yang benar-benar membentuk kelompok kajian sagu dan ini penting mengingat Palopo sebagai bagian dari Tana Luwu yang menjadi produsen penting komoditas sagu di kawasan Indonesia Timur. Oleh karena itu Teknopark Sagu ini hadir dalam menjawab tantangan pengembangan sagu di Indonesia khususnya di Sulawesi Selatan.

Kota Palopo juga memiliki kapasitas dan kompetensi yang memadai, baik terkait sumber daya manusia maupun lembaga penelitian di 17 perguruan tinggi negeri dan swasta yang ada di Palopo. Selain itu, mengingat potensi pengembangan tanaman ini di masa mendatang, terkait sumber pangan maupun sumber energi alternatif, maka pengkajian dan penelitian serta pendampingan secara langsung pada masyarakat lokal serta sinergitas dengan kalangan bisnis dan akademisi akan membantu pengembangan sagu khususnya di Tana Luwu yang memiliki potensi terbesar di wilayah Sulawesi.

3.2 Model Pengembangan

Kehadiran Kawasan Sagu Technopark di Kota Palopo diharapkan mampu mendorong berkembangnya sektor pendidikan dan penelitian untuk pengembangan dan pemanfaatan sagu. Selain sektor pendidikan dan penelitian, keberadaan Kawasan SaguTechnopark juga diharapkan dapat memberikan dampak positif terhadap pengembangan produk berbahan baku sagu yang dapat dikelola oleh usaha mikro, kecil dan menengah (UMKM).

Kawasan Sagu Technopark akan mendorong kerjasama dan kemitraan usaha dengan para pelaku UMKM. Para pelaku UMKM


(27)

| 20 dapat bermitra dengan pengelola Kawasan Sagu Technopark misalnya dalam hal pemasaran produk–produk pangan berbahan sagu yang dikembangkannya. Pola kerjasama tersebut dapat pula dikembangkan dengan memasukkan para pelaku UMKM kejejaring kerjasama dengan pelaku usaha nasional bahkan internasional, yang diharapkan dapat diinisiasi oleh Pengelola Kawasan Sagu Technopark.

Model pengembangan tanaman sagu di Teknopark Sagu merupakan disain kerja para aktor yang terlibat di dalamnya. Model ini dikembangkan dengan melihat peran masing-masing stakeholder yang memiliki kepentingan terhadap pengembangan tanaman sagu. Model ini didasarkan pada petani sagu sebagai fondasi utama dalam keberlanjutan produksi sagu. Para petani sagu adalah ujung tombak dari kelestarian tanaman ini. Mereka selain memiliki kepentingan sebagai sumber bahan makanan pokok, tanaman sagu juga menjadi komoditas yang bernilai jual.

Bagian teratas dari model pengembangan teknopark sagu adalah kerjasama antara pemerintah, bisnis dan akademisi. Tiga matra ini adalah aktor utama dalam teknopark sagu yang secara terstruktur mengembangkan pola-pola pengembangan tanaman sagu secara efektif dan terpadu. Sebagai bagian tertinggi dari model ini, empat aktor ini harus berperan aktif menjamin terlaksananya konsep pengembangan dan keberlanjutan usaha tani sagu yang ada di tingkat masyarakat.

Tabel 3

Model Kolaborasi Stakeholder Pengembangan Teknopark Sagu

Si

n

e

rg

ita

s

In

o

v

a

s

i

B

u

d

id

a

y

a

Pemerintah

Bisnis Akademisi


(28)

| 21

3.3 Visi dan Misi

Pengembangan Kawasan Sagu Teknopark Palopo akan memperkuat posisi Kota Palopo sebagai kota pendidikan, jasa, niaga dan agroindustri. Selain itu, keberadaan kawasan ini akan mendukung tumbuhnya salah satu cabang ekonomi kreatif di Kota Palopo, yaitu penelitian dan pengembangan (research and development). Aktifitas ekonomi kreatif diberbagai daerah telah mampu memberikan kontribusi positif terhadap peningkatan pendapatan masyarakat.

Harapan akan adanya dampak positif dari keberadaan Kawasan Sagu Teknopark Palopo tersebut, maka visi yang ingin diwujudkan adalah “Sumber inovasi teknologi pengelolaan sagu

berkelanjutan”. Jika rangkaian kalimat visi tersebut diberikan makna,

maka dapat diuraikan sebagai berikut :

1. Kawasan Sagu Teknopark diharapkan sebagai wadah yang menjadi sumber inovasi teknologiantara lain dalam hal budidaya tanaman, pemanenan, pemasaran hasil dan pemanfaatan lainnya.

2. Kawasan Sagu Teknopark diharapkan pula sebagai wadah yang menjadisumber inovasi teknologi berupa penganekaragaman produk tanaman sagu untuk berbagai kebutuhan seperti pangan, farmasi, souvenir, bahkan sampai pada kebutuhan jasa konstruksi.

3. Kawasan Sagu Teknopark diharapkan sebagai wadah yang menjadicontoh dalam pola pengelolaan lahan dan produk tanaman sagu yang berkelanjutan.

4. Pengelolaan yang berkelanjutan dapat dimaknai bahwa pengelolaan yang memperhatikan prinsip – prinsip kelestarian lingkungan sekaligus menjamin kelestarian hasil tanaman sagu yang dapat dinikmati terus menerus. Kawasan ini juga diharapkan menjadi laboratrium alam dan menjadi destinasi wisata pendidikan (edutourism) bagi masyarakat.

Berdasarkan visi diatas maka dirumuskan misi yang akan dijalankan oleh Kawasan Sagu Teknopark Palopo dalam rangka mewujudkan visi tersebut yaitu :

1. Mendorong percepatan pembangunan kawasan dan kelengkapan infrastrukturnya.


(29)

| 22 2. Meningkatkan kapasitas lembaga pengelola kawasan dan

kompetensi sumberdaya manusianya.

3. Menciptakan jejaring kerja dan kemitraan dengan kelompok tani, pelaku usaha dan pelaku industri yang berbasis sagu.

4. Mendorong realisasi kerjasama dengan lembaga – lembaga penelitian dan pengembangan yang terkait.

5. Meningkatkan pengelolaan kelembagaan yang dinamis dan berdaya saing.

Perwujudan visi dengan menjalankan misi yang ada dapat berjalan dengan baik jika semua komponen yang terlibat dalam pengelolaan kawasan ini dalam kondisi yang ideal dan responsif terhadap perubahan lingkungan baik lingkungan internal maupun lingkungan eksternal kelembagaan.

3.4 Tujuan dan Sasaran

Tujuan pengembangan Kawasan Sagu Teknopark Palopo adalah membangun dan mengembangkan kawasan pengolahan dan alih teknologi tanaman sagu.

Sedangkan sasaran yang ingin dicapai adalah tersedianya wadah untuk melakukan inovasi teknologi dan penemuan – penemuan baru pengelolaan tanaman sagu.

3.5 Strategi Pengembangan

Berdasarkan tujuan dan sasaran diatas maka diperlukan strategi dalam pelaksanaannya, yaitu :

1. Mengintegrasikan kebijakan dalam dokumen rencana aksi ini dengan dokumen perencanaan pembangunan daerah Kota Palopo antara lain RTRW, RPJP, dan RPJMD.

2. Meningkatkan partisipasi para pihak pemerintah (daerah dan pusat), swasta dan masyarakat dalam pembangunan kawasan beserta infrastruktur pendukungnya.

3. Memperkenalkan secara luas (massif) kepada masyarakat mengenai eksistensi kawasan ini dan potensi pemanfaatannya secara ekologi, ekonomi, dan sosial.


(30)

| 23 4. Meningkatkan kerjasama dengan kelompok tani dalam rangka pengelolaan lahan budidaya dan dukungan suplay bahan baku sagu.

5. Meningkatkan kerjasama dengan pelaku usaha dan industry berbahan baku sagu dalam rangka inovasi produk dan pemasaran hasil.

6. Meningkatkan kerjasama dengan lembaga – lembaga penelitian terkait, baik didalam maupun luar negeri dalam rangka pengembangan infrastruktur, metode dan inovasi teknologi.

7. Meningkatkan kerjasama dengan lembaga – lembaga pendidikan dan pelatihan dalam rangka pengembangan lembaga pengelola kawasan dan kompetensi sumberdaya manusianya.

8. Menerbitkan publikasi melalui media yang menjelaskan perkembangan inovasi teknologi dan diversifikasi produk sagu secara periodik.

Strategi diatas diharapkan dapat dijalankan secara terstruktur dan dilakukan evaluasi terhadap efisiensi dan efektifitas penerapannya. Hambatan dan permasalahan kemungkinan akan ditemui dalam pelaksanaannya, sehingga diperlukan upaya antisipasinya sedini mungkin oleh lembaga pengelola kawasan ini.

3.6 Arah Kebijakan

Proses pembangunan dan pengembangan kawasan ini akan berlangsung selama 5 tahun yaitu tahun 2017 – 2021, sehingga dokumen rencana aksi yang disusun ini akan menjelaskan proses perencanaannya dalam kurun waktu tersebut. Guna memandu implementasi proses tersebut maka dirumuskan arah kebijakan pelaksanaannya, yaitu :

1. Tahun 2017 merupakan tahun awal pembangunan Kawasan Sagu Teknopark Palopo. Dalam tahun ini beberapa kegiatan yang dapat dilaksanakan yaitu penyiapan areal dengan melakukan pengukuran dan pemetaan yang menjadi rencana lokasi pembangunan kawasan tersebut nantinya. Pengukuran dan pemetaan tersebut dilakukan untuk menentukan luas dan taksiran harga lahan tersebut. Diharapkan pembelian lahannya sudah dapat direalisasikan pada tahun pertama ini sehingga dapat


(31)

| 24 dilanjutkan dengan penataan batas luar dan batas fungsi kawasan. Hasil pengukuran dan pemetaan areal dapat dijadikan dasar penyusunan rencana detail tata ruang kawasannya.

2. Tahun 2018 merupakan tahun kedua, dimulainya peletakan dasar – dasar perencanaan kawasan yang telah dilaksanakan pada tahun pertama, dijadikan pedoman untuk pembangunan sarana, prasarana dan infrastruktur Kawasan Sagu Teknopark Palopo. Sarana dan prasarana yang diperlukan antara lain sarana gedung perkantoran, laboratorium, perpustakaan, ruang pamer (showroom), museum dan gedung penunjang lainnya. Sedangkan infrastruktur kawasan yang akan dibangun antara lain jaringan jalan dan drainase, jaringan air bersih, jaringan telekomunikasi dan teknologi informasi, jaringan listrik dan instalasi pengolahan air limbah.

3. Pada tahun ketiga, Tahun 2019, selain pembangunan fisik (hardware) kawasan sebagai lanjutan yang dilaksanakan ditahun kedua, telah dapat pula dilakukan penyiapan regulasi dan struktur organisasi (software) lembaga pengelola Kawasan Sagu Teknopark Palopo. Penguatan kelembagaan pengelola kawasan ini dimulai dari penyusunan draft struktur organisasi lembaga yang merupakan kolaborasi dari unsur akademisi (academic), pelaku usaha (business) dan pemerintah (government) atau diistilahkan kolaborasi ABG. Draft tersebut kemudian melalui proses pembahasan dengan melibatkan stakeholder terkait dan kemudian ditetapkan dengan regulasi daerah. Lembaga pengelola yang telah ditetapkan tersebut selanjutnya menyusun rencana kegiatan (business plan) guna menjadi pedoman pengelolaan kawasan kedepan. Guna mendapatkan dukungan masyarakat secara luas dan masyarakat memahami eksistensi kawasan ini maka perlu dilakukan sosialisasi dalam berbagai bentuk dan metode yang disepakati, bahkan dapat terus dilakukan ditahun ketiga sampai tahun kelima (2019 – 2021). 4. Tahun 2020, dilanjutkan dengan membangun jejaring kerjasama

dan kemitraan terhadap berbagai komponen terkait antara lain kelompok tani sagu, pelaku usaha sagu skala UMKM, pelaku usaha skala industry menengah dan besar, lembaga – lembaga penelitian dalam dan luar negeri, serta dalam rangka peningkatan


(32)

| 25 kualitas sumberdaya manusia pengelola kawasan akan dilakukan kerjasama dengan lembaga pendidikan dan pelatihan diberbagai bidang.Penyiapan lahan serta pembangunan sarana prasarana dan infrastruktur kawasan akandilaksanakan sesuai dengan tahapan kegiatan. Selain itu, sebagai upaya persiapan lahan budidaya sejak awal maka akan dilakukan penanaman bibit tanaman sagu yang diatur kedalam plot – plot tanam. Setiap tahunnya akan ditanami plot tanam dengan jumlah plot tanam yang akan dibuat sebanyak 7 plot, sehingga nantinya terbentuk 7 kelas umur tanaman sagu pada areal Kawasan Sagu Teknopark Palopo.

5. Diakhir tahun perencanaan (Tahun 2021), seluruh mekanisme pengelolaan yang telah disusun berjalan sesuai dengan rencana. Kawasan Sagu Teknopark Palopo telah siap menyajikan inovasi – inovasi produk yang berbasis sagu dan telah mampu membangun jejaring kerja dan kemitraan yang dinamis dengan berbagai lembaga terkait.


(33)

| 26

BAB IV

MATRIKS PROGRAM RENCANA AKSI

4.1. Sasaran Program dan Kegiatan

Pembangunan Kawasan Sagu Teknopark Palopo merupakan upaya nyata dalam memberikan perhatian lebih terhadap tanaman Sagu di Tana Luwu. Sagu yang telah memberikan kontribusi terhadap pendapatan bagi sebagian masyarakat di Tana Luwu harus mendapatkan prioritas untuk menjaga kesinambungan eksistensi tanaman ini dan lebih memberikan banyak manfaat untuk sektor lain termasuk bagi ilmu pengetahuan dan perekonomian masyarakat.

Jika ditinjau lebih jauh, eksistensi tanaman sagu pun sangat dibutuhkan dalam berbagai sektor. Freddy Numberi dalam bukunya yang berjudul Sagu : Potensi yang masih Terabaikan, Tahun 2011, menyebutkan bahwa Perhimpunan Pendayagunaan Sagu Indonesia mengeluarkan data tentang produksi sagu nasional hanya tercatat 200.000 ton per tahun atau baru 5 % dari potensi sagu nasional.

Tanaman sagu sebagai salah satu tanaman penghasil pati yang dapat diubah menjadi bio-etanol, berperan mengurangi ketergantungan terhadap minyak bumi yang potensinya semakin menurun. J.E. Louhenapessy dalam bukunya yang berjudul Sagu : Harapan dan Tantangan, Tahun 2010, menyebutkan bahwa industri dunia saat ini membutuhkan pati sekitar 50 juta ton/tahun dengan laju pertumbuhan 7,7 %. Sagu merupakan penghasil pati yang lebih efisien dibanding komoditas pati lainnya, dimana Indonesia mempunyai peluang yang besar, karena sekitar 50 % potensi sagu ada di Indonesia.

Harapan dan peluang yang masih menjanjikan dari tanaman sagu tersebut harus dimanfaatkan dan Pemerintah Kota Palopo akan mengambil peran didalamnya melalui pengembangan Kawasan Sagu Teknopark Palopo. Kawasan ini menjadi wadah sekaligus sebagai lokomotif upaya pelestarian dan pemanfaatan sagu berkelanjutan, melalui pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.


(34)

| 27 Dalam rangka pengembangan Kawasan Sagu Teknopark maka sejumlah program yang perlu dilaksanakan, yaitu :

1. Program Perencanaan Kawasan ; terdiri dari kegiatan antara lain pengukuran dan pemetaan rencana lokasi, pembelian/pengadaan lahan, penataan batas luas dan batas fungsi kawasan dan penyusunan dokumen Detail Enginering Disign (DED) Kawasan. Sasaran dari kegiatan tersebut diatas yaitu pada 1 unit lahan yang akan dijadikan calon lokasi untuk pengembangan kawasan sagu teknopark.

2. Program Peningkatan Sarana dan Prasarana Kawasan ; kegiatan dalam program ini antara lain pembangunan sarana dan prasarana gedung perkantoran, laboratorium, perpustakaan dan gedung penunjang lainnya, pembangunan jaringan jalan dan drainase, jaringan air bersih, jaringan telekomunikasi, jaringan listrik dan instalasi pengolahan air limbah. Sasaran dari kegiatan pembangunan sarana dan prasarana tersebut yaitu pada areal calon lokasi untuk pengembangan Kawasan Sagu Teknopark. 3. Program Penguatan Kelembagaan ; program ini meliputi

kegiatan penyusunan draft struktur organisasi kelembagaan pengelola kawasan, pembahasan dan penetapan struktur organisasi lembaga pengelola kawasan, penyusunan rencana kegiatan pengelolaan kawasan atau bussines plan dan sosialisasi kepada masyarakat tentang keberadaan kawasan. Sasaran dari kegiatan ini adalah para personil pada lembaga pengelola kawasan Sagu Teknopark yang akan dibentuk nantinya.

4. Program Pengembangan Kelembagaan dan Kerjasama ; program ini meliputi pengembangan kerjasama dengan berbagai lembaga baik lembaga penelitian dan pengembangan dari dalam negeri dan luar negeri serta lembaga pendidikan dan pelatihan untuk peningkatan sumberdaya manusia lembaga pengelola kawasan. Sasarannya antara lain petani produsen sagu sebanyak 10 kelompok, pengusaha UMKM sebanyak 50 pelaku usaha, industri berbasis sagu skala menengah dan besar sebanyak 10 industri, lembaga penelitian sebanyak 5 lembaga dan lembaga diklat sebanyak 5 lembaga.

5. Program Rehabilitasi Tanaman Sagu ; program ini meliputi kegiatan pembibitan tanaman sagu dan penanaman tanaman


(35)

| 28 sagu pada plot – plot tanam yang telah disediakan. Jumlah plot yang disiapkan sebanyak 7 plot yang akan menjadi indikasi perbedaan kelas umur dari tanaman sagu dari 0 – 7 tahun. Plot yang ditanami tanaman sagu dengan perbedaan kelas umur ini akan bermanfaat untuk kegiatan pengamatan dan penelitian yang akan dilakukan didalam Kawasan Sagu Teknopark Palopo.

Uraian masing – masing kegiatan dari program tersebut dapat dilihat pada matriks yang terdapat pada Lampiran 1 dokumen ini.

4.2. Rencana Pelaksanaan Kegiatan a. Lokasi

Lokasi yang akan direncanakan untuk pembangunan Kawasan Sagu Teknopark berada di Kelurahan Salubattang Kecamatan Telluwanua, seluas 10 (sepuluh) hektar. Kondisi eksisting lokasi tersebut adalah lahan perkebunan masyarakat yang ditumbuhi oleh vegetasi sagu dan berbagai jenis tanaman semusim. Calon lokasi tersebut merupakan daerah pesisir yang seringkali tergenang air sehingga masih sesuai untuk habitat tanaman sagu. Aksesibilitas menuju lokasi ini sangat mudah karena terdapat jalan yang menghubungkan lokasi tersebut dengan daerah lain yang ada disekitarnya dan menjadi jalur transportasi bagi masyarakat umum.

b. Waktu Pelaksanaan

Rangkaian pelaksanaan program dan kegiatan untuk pengembangan Kawasan Sagu Teknopark Palopo direncanakan akan berlangsung selama 5 tahun yaitu dimulai Tahun 2017 sampai dengan Tahun 2021. Uraian tentang pelaksanaan program dan kegiatan serta rencana tata waktu pelaksanaannya dapat dilihat pada lampiran 2 dokumen ini.


(36)

| 29

c. Satuan Kerja (Satker) Pelaksana

Proses partisipasi satuan kerja dalam pelaksanaan pengembangan Kawasan Sagu Teknopark Palopo dibagi kedalam 3 bagian, yaitu bagian pertama, penyusunan dokumen Rencana Aksi Pengembangan Sagu Teknopark Palopo dilaksanakan oleh Tim Kerja yang dibentuk oleh Bidang Litbang Bappeda Kota Palopo, bagian kedua, pembangunan sarana, prasarana dan infrastruktur kawasan dilaksanakan oleh SKPD,BUMN terkait, dan sangat diharapkan adanya dukungan dari Pemerintah Propinsi Sulawesi Selatan, Pemerintah melalui Kementerian/ Lembaga terkait seperti BPPT/Kemenristek/Dikti, LIPI dan Lembaga Donor lainnya dari dalam maupun luar negeri yang berminat untuk berpartisipasi melalui mekanisme pembiayaan sesuai peraturan perundangan yang berlaku. Bagian ketiga, pengelolaan kawasan dilaksanakan secara kolaboratif antara lembaga pengelola dan SKPD yang terkait.

Penyusunan dokumen Rencana Aksi Pengembangan Kawasan Sagu Teknopark Palopo dilaksanakan oleh Tim Kerja yang dibentuk oleh Bidang Litbang Bappeda Kota Palopo dalam tahun 2016. Tim Kerja ini ditetapkan melalui Surat Keputusan Walikota Palopo Nomor 339/XI/2016 Tanggal 8 Nopember 2016.

Selanjutnya untuk pelaksanaan pembangunan sarana dan prasarana serta infrastruktur kawasan akan dilaksanakan secara bersama – sama SKPD terkait yang diharapkan berperan aktif antara lain terdiri dari :

1. Bappeda Kota Palopo.

2. Badan Penelitian dan Pengembangan Daerah Kota Palopo. 3. Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang.

4. Dinas Pertanahan Kota Palopo.

5. Bagian Pemerintahan Setda Kota Palopo. 6. Bagian Hukum Setda Kota Palopo.

7. PDAM Kota Palopo.

8. PT. Telkom Indonesia Cabang Palopo. 9. PT. PLN Cabang Palopo.

Jika proses pembangunan sarana, prasarana dan infrastruktur Kawasan Sagu Teknopark Palopo telah dilaksanakan


(37)

| 30 maka dilanjutkan untuk kegiatan pengelolaan kawasan dengan melibatkan beberapa satuan kerja sebagai mitra kerja dalam pengelolaan kawasan. Satuan kerja yang akan dilibatkan antara lain :

1. Bappeda Kota Palopo

2. Badan Penelitian dan Pengembangan Daerah Kota Palopo 3. Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang Kota Palopo 4. Dinas Komunikasi dan Informatika Kota Palopo

5. Dinas Pertanahan Kota Palopo 6. Dinas Pendidikan Kota Palopo 7. Dinas Perindustrian Kota Palopo 8. Dinas Perdagangan Kota Palopo

9. Dinas Koperasi dan UMKM Kota Palopo 10. Dinas Kesehatan Kota Palopo

11. Dinas Lingkungan Hidup Kota Palopo

12. Dinas Parawisata dan Ekonomi Kreatif Kota Palopo 13. Dinas Kebudayaan Kota Palopo

14. UPTD atau lembaga pengelola Kawasan Sagu Teknopark Palopo

15. BP. POM

16. Perguruan Tinggi di Kota Palopo

17. Instansi terkait lainnya baik tingkat provinsi maupun pusat.

18. Lembaga donor (founding).

Peran dari setiap satuan kerja/lembaga diatas dapat dilihat dalam keterlibatannya pada setiap program dan kegiatan dalam rangka Pengembangan Kawasan Sagu Teknopark Palopo dapat dilihat pada Bab 3 dokumen rencana aksi ini.

d. Rencana Pembiayaan

Perkiraan (estimasi) anggaran yang dibutuhkan dalam rangka pengembangan Kawasan Sagu Teknopark Palopo sebesar Rp 21.009.500.000,- (dua puluh satu milyar sembilan juta lima ratus ribu rupiah) dengan estimasi anggaran pada setiap program dan kegiatan sebagai berikut :


(38)

| 31 2. Program peningkatan sarana dan prasarana kawasan,

sebesar Rp 19.500.000.000,-

3. Program penguatan kelembagaan, sebesar Rp 135.000.000,- 4. Program pengembangan kelembagaan dan kerjasama,

sebesar Rp 125.000.000,-

5. Program rehabilitasi tanaman sagu, sebesar Rp 59.500.000,-

Sumber pembiayaan pelaksanaan pembangunan Kawasan Sagu Teknopark ini diharapkan secara bertahap didanai dari APBD Kota Palopo, APBD Provinsi Sulawesi Selatan dan APBN serta lembaga donor. Selain itu, sumber pembiayaan lainnya yang dapat menopang operasional pengelolaan kawasan ini nantinya diharapkan berasal dari investasi swasta melalui mekanisme yang disepakati. Jenis kegiatan dan besarnya pembiayaan disetiap kegiatan tersebut dapat dilihat pada lampiran 1 dokumen ini.

4.3. Indikator Ouput dan Outcome

Upaya perlindungan dan pemanfaatan tanaman sagu yang akan diwujudkan dengan pengembangan Kawasan Sagu Teknopark di Kota Palopo akan melibatkan berbagai unsur dalam setiap tahapan pelaksanaan pembangunannya. Sebagaimana telah disebutkan diatas bahwa terdapat 5 program yang akan dilaksanakan dalam rencana aksi Pengembangan Kawasan Sagu Teknopark Palopo.

Setiap program tersebut telah ditetapkan beberapa kegiatan yang dapat mendukung pelaksanaannya. Kegiatan – kegiatan yang direncanakan tersebut perlu ditentukan tolok ukur kinerjanya berupa keluaran (output) dan hasil (outcome) yang akan dicapai, sehingga jelas ukuran pencapaian setiap kegiatan tersebut. Tolok ukur kinerja setiap kegiatan ini akan disajikan dalam bentuk tabel sebagai berikut :


(39)

| 32

Tabel 4. : Tolak Ukur Kinerja Program dan Kegiatan Pengembangan Kawasan Sagu Teknopark Palopo (STP)

NO. PROGRAM &

KEGIATAN

TOLAK UKUR KINERJA

OUTPUT OUTCOME

I. Program Perencanaan Kawasan

1. Pengukuran dan Pemetaan Rencana Lokasi.

Terlaksananya

pengukuran dan peta rencana lokasi, 1 unit.

Tersedianya peta unit lahan untuk

pengembangan kawasan.

2. Pembelian Lahan. Terlaksananya

pembelian lahan sebagai lokasi

pembangunan sarana dan prasarana

kawasan, 1 unit.

Tersedianya unit lahan untuk pembangunan sarana dan prasarana kawasan.

3. Penataan Batas Luar dan Batas Fungsi Kawasan.

Terlaksananya

pemasangan pal batas luar dan batas fungsi kawasan, 1 unit lahan.

Adanya kejelasan batas luar dan batas fungsi kawasan sesuai dengan posisi pal batas.

4. Penyusunan Detail Enginering Design (DED) Kawasan.

Terselenggaranya penyusunan dokumen DED Kawasan Sagu Teknopark, 1 paket.

Tersedianya pedoman penataan dan

pemanfaatan Kawasan Sagu Teknopark.

II. Program Peningkatan Sarana dan Prasarana Kawasan

1. Pembangunan

Gedung Perkantoran, Laboratorium, Perpustakaan dan Gedung Penunjang Lainnya. Terselenggaranya pembangunan gedung operasional pengelolaan kawasan, 1 paket. Tersedianya gedung operasional untuk menunjang aktifitas kawasan.

2. Pembangunan Jaringan Jalan dan Drainase.

Terselenggaranya pembangunan jaringan jalan dan drainase pada areal

pengembangan kawasan, 1 paket.

Tersedianya jaringan jalan dan drainase untuk menunjang mobilisasi dalam kawasan.


(40)

| 33

NO. PROGRAM &

KEGIATAN

TOLAK UKUR KINERJA

OUTPUT OUTCOME

3. Pembangunan Jaringan Air Bersih.

Terselenggaranya pembangunan jaringan air bersih pada areal pengembangan kawasan, 1 paket.

Tersedianya air bersih untuk menunjang aktifitas kawasan.

4. Pembangunan Jaringan Telekomunikasi dan Teknologi Informasi. Terselenggaranya pembangunan jaringan telekomunikasi dan teknologi informasi pada areal kawasan, 1 paket. Tersedianya jaringan telekomunikasi dan teknologi informasi untuk menunjang aktifitas kawasan.

5. Pembangunan Jaringan Listrik.

Terselenggaranya pembangunan jaringan listrik pada areal

kawasan, 1 paket.

Tersedinya daya listrik untuk menunjang aktifitas kawasan. 6. Pembangunan

Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL).

Terselenggaranya pembangunan IPAL pada areal kawasan, 1 paket.

Tersedianya IPAL yang dapat menjamin limbah atau residu dari aktifitas kawasan tidak merusak lingkungan hidup.

III. Program Penguatan Kelembagaan

1. Penyusunan Draft Struktur Organisasi Kelembagaan

Pengelola (Academic,

Bussines &

Government / ABG).

Terlaksananya rapat penyusunan draft struktur organisasi lembaga pengelola kawasan, 1 draft.

Tersedianya draft struktur organisasi lembaga pengelola kawasan.

2. Pembahasan dan Penetapan Struktur Organisasi Pengelola Kawasan Terlaksananya pembahasan dan penetapan struktur organisasi pengelola kawasan, 2 kegiatan.

Terbentuknya struktur kelembagaan organisasi pengelola kawasan.

3. Penyusunan Rencana Kegiatan Pengelolaan

Kawasan (Bussines

Plan).

Terlaksananya penyusunan rencana kegiatan pengelolaan kawasan, 1 paket.

Tersedianya pedoman pelaksanaan kegiatan yang terencana dan terukur dalam


(41)

| 34

NO. PROGRAM &

KEGIATAN

TOLAK UKUR KINERJA

OUTPUT OUTCOME

4. Sosialisasi kepada Masyarakat tentang Kawasan Sagu Teknopark. Terlaksananya sosialisasi kepada masyarakat tentang keberadaan kawasan, 5 kali. Masyarakat dapat memberikan kontribusi positif terhadap aktifitas kawasan baik langsung maupun tidak langsung.

IV. Program Pengembangan Kelembagaan dan Kerjasama

1. Pengembangan Kerjasama dengan petani produsen sagu.

Terbangunnya kerjasama dengan petani produsen sagu, 10 kelompok tani.

Terjaminnya suplay bahan baku sagu guna menunjang aktifitas kawasan.

2. Pengembangan Kerjasama dengan Pelaku Usaha

Berbahan Baku Sagu skala UMKM.

Terbangunnya kerjasama dan kemitraan dengan pelaku UMKM, 50 pelaku usaha.

Adanya peningkatan nilai tambah produk berbahan baku sagu dari UMKM

3. Pengembangan Kerjasama dengan Pelaku Usaha

Berbahan Baku Sagu Skala Industri

Menengah dan Besar.

Terbangunnya kerjasama dan kemitraan dengan pelaku industri, 10 industri.

Adanya penemuan varian produk sagu yang dapat dihasilkan oleh industry.

4. Pengembangan Kerjasama Penelitian

dengan Lembaga –

Lembaga Penelitian di Dalam dan Luar Negeri.

Terbangunnya kerjasama dengan lembaga penelitian dalam dan luar negeri, 5 lembaga penelitian.

Adanya penemuan pola pengelolaan lahan budidaya dan produk turunan sagu yang lebih inovatif.

5. Pengembangan Kerjasama dalam rangka Peningkatan Sumberdaya Manusia Terbangunnya kerjasama pengembangan sumberdaya manusia, 5 lembaga diklat.

Tersedianya

sumberdaya manusia yang berkualitas dalam pengelolaan lahan budidaya dan produksi tanaman sagu.

V. Program Rehabilitasi Tanaman Sagu

1. Pembibitan Tanaman Sagu.

Terselenggaranya pembibitan tanaman sagu dari berbagai varietas, 1.400 batang

Tersedianya bibit tanaman sagu dari berbagai varietas untuk menjadi bahan

percobaan penelitian. 2. Penanaman Bibit

Tanaman Sagu.

Terselenggaranya penanaman bibit tanaman sagu pada setiap plot percobaan, 7 plot.

Adanya plot percobaan tanaman sagu dengan variasi kelas umur tanaman


(42)

| 35

BAB V

MANAJEMEN PENGEMBANGAN KAWASAN

5.1. Implementasi/Operasionalisasi

Pada umumnya sainspark atau teknopark yang telah ada sebelumnya merupakan kawasan yang dibuat sedemikian rupa dengan menampilkan bentuk perkembangan atau kemajuan mutakhir dalam bidang sains dan teknologi rekayasa. Kehadiran Kawasan Sagu Teknopark Palopo yang berbasis pada komoditas sagu akan menyajikan sesuatu yang berbeda dengan teknopark yang telah ada selama ini.

Kawasan Sagu Teknopark Palopo akan memberikan informasi yang lebih luas tentang pemanfaatan tanaman dan produk sagu bagi masyarakat melalui pengembangan dan inovasi teknologi budidaya maupun pengolahan produknya. Teknologi rekayasa yang dihasilkan dari proses penelitian, pengkajian dan pengembangan yang dilakukan oleh tim peneliti yang ada pada Kawasan Sagu Teknopark Palopo.

Pengembangan Kawasan Sagu Teknopark Palopo akan melibatkan beberapa pihak yang terkait yang mewakili akademisi, pengusaha dan pemerintah. Meskipun secara konseptual hanya ketiga unsur ini yang memainkan peran dominan dalam pengembangan dan pengelolaan kawasan namun tidak menutup kemungkinan adanya partisipasi masyarakat yang diatur kemudian oleh lembaga pengelola kawasan.

Pengaturan peran terhadap ketiga unsur yang terlibat dalam pengelolaan kawasan ini penting untuk dilakukan agar tidak terjadi tumpang tindih tugas dari masing – masing unsur pengelola tersebut. Adanya pengaturan peran ini akan memudahkan dilakukannnya evaluasi terhadap tingkat pencapaian kinerja dari setiap unsur yang terlibat dalam pengelolaan Kawasan Sagu Teknopark sesuai kewenangannya.


(43)

| 36

5.1.1. Implementasi Peran Pemerintah

Peranan pemerintah sebagai pemegang kewenangan untuk menerbitkan regulasi terkait dengan pengembangan Kawasan Sagu Teknopark Palopo sangat penting. Pemerintah dalam konteks ini adalah Pemerintah Pusat (kementerian/lembaga terkait), Pemerintah Provinsi Sulawesi Selatan dan Pemerintah Kota Palopo. Regulasi nasional dan provinsi merupakan acuan standar dalam melakukan pengembangan dan pengelolaan kawasan.

Selanjutnya untuk regulasi daerah Kota Palopo dapat menjadi acuan dalam operasional pengembangan dan pengelolaan Kawasan Sagu Teknopark. Program – program pembangunan Kota Palopo yang diarahkan untuk menunjang perannya sebagai kota jasa perlu mendapat dukungan dari semua pihak.

Pembangunan Kawasan Sagu Teknopark Palopo membutuhkan dukungan regulasi khususnya dari Pemerintah Kota Palopo, yang terkait dengan :

1. Penyediaan lahan untuk areal pengembangan kawasan. 2. Kemudahan perizinan lokasi dan insentif pajak.

3. Pembentukan lembaga pengelola kawasan.

4. Mekanisme investasi dan kerjasama dengan pihak ketiga. 5. Integrasi kawasan dalam rencana tata ruang wilayah.

Dukungan regulasi dari pemerintah akan memberikan kepastian berusaha kepada pihak – pihak yang akan berinvestasi dalam pengelolaan Kawasan Sagu Teknopark Palopo. Pemerintah Kota Palopo sebagai salah satu unsur yang menjadi pengelola Kawasan Sagu Teknopark nantinya akan memainkan perannya dengan mengeluarkan kebijakan yang mendukung eksistensi kawasan tersebut. Kebijakan tersebut tidak hanya dari sisi regulasi namun dapat dikembangkan lagi sampai pada pemasaran dan promosi produk yang dihasilkan dari Kawasan Sagu Teknopark.

Guna menjamin ketersediaan bahan baku sagu maka komitmen daerah se Tana Luwu sangat diperlukan. Komitmen tersebut pada dasarnya telah diwujudkan dengan penandatanganan nota kesepahaman keempat wilayah pada Acara Seminar Nasional Sagu tanggal 2 Juni 2016 yang lalu di Kota Palopo. Komitmen keempat kabupaten/kota di Tana Luwu tersebut selanjutnya disebarluaskan


(44)

| 37 pada penyelenggaraan Symposium Internasional Sagu tanggal 23 Juli 2016 di Makassar.

Komitmen ini harus diwujudkan oleh keempat wilayah di Tana Luwu, yaitu Kota Palopo membangun Kawasan Sagu Teknopark dan tiga kabupaten tersebut menyiapkan lahan budidaya tanaman sagu untuk kepentingan laboratorium alam oleh Kawasan Sagu Teknopark. Sebagai lokomotif dari rencana ini maka Kota Palopo akan membangun dan mengembangkan Kawasan Sagu Teknopark sehingga diharapkan ketiga kabupaten turut pula mewujudkan komitmennya tersebut sebagai tujuan kunjungan penelitian (field study).

Uraian diatas menjelaskan tentang peranan Pemerintah Kota Palopo dalam pengelolaan Kawasan Sagu Teknopark. Namun secara spesifik peranan tersebut dapat diuraikan berdasarkan instansi yang terlibat dalam pembangunan dan pengelolaan kawasan ini nantinya.

Secara garis besarnya peran instansi/lembaga dalam pembangunan dan pengelolaan kawasan ini dapat dibedakan dalam 2 bagian besar yaitu peran pada saat pelaksanaan konstruksi dan peran pada saat operasional / pengelolaan kawasan, sebagaimana yang telah dijelaskan pada Bab 4 sebelumnya. Peran masing – masing instansi tersebut dapat dilihat dalam tabel berikut,


(45)

| 38

Tabel 5 : Peran Beberapa Instansi / Lembaga dalam Pembangunan dan Pengelolaan Kawasan Sagu Teknopark Palopo

NO. INSTANSI PERAN

1. Badan Perencanaan

Pembangunan Daerah.

Memastikan bahwa pembangunan dan pengembangan Kawasan Sagu Teknopark terintegrasi dalam rencana pembangunan daerah dan implikasi pembiayaan yang dibutuhkan untuk pelalsanaan kegiatan.

2. Badan Penelitian dan

Pengembangan Daerah

Sebagai instansi yang menyiapkan regulasi terkait dengan pengelolaan kawasan, melakukan pengendalian terhadap kinerja lembaga pengelola kawasan dan fasilitator kerjasama dengan lembaga eksternal.

3. Dinas Pekerjaan

Umum dan Penataan Ruang.

a. Beperan dalam penyiapan infrastruktur

kawasan seperti jalan, drainase, taman dan lain sebagainya.

b. Mengintegrasikan dokumen perencanaan

ini dengan RTRW Kota Palopo khususnya dalam pencapaian target luasan RTH.

4. Dinas Komunikasi dan

Informatika

Berperan memfasilitasi penyebaran infromasi

tentang produk – produk yang dihasilkan dari

Kawasan Sagu Teknopark Palopo

5. Dinas Pertanahan Berperan dalam memfasilitasi pengadaan

lahan sebagai areal pembangunan Kawasan Sagu Teknopark Palopo

6. Dinas Pendidikan Kerjasama pengembangan kurikulum muatan

lokal tentang pengelolaan sagu pada lembaga pendidikan.

7. Dinas Perindustrian a. Berperan dalam memfasilitasi kerjasama

dengan para pelaku usaha dan pelaku industry berbahan baku sagu.

b. Melakukan fasilitasi pengakuan Hak

Kekayaaan Intelektual (HAKI) terhadap hasil inovasi teknologi, quality control, dan sertifikasi halal bagi produk pangan yang dihasilkan.

c.

8. Dinas Perdagangan Berperan dalam memfasilitasi kerjasama

dagang dengan pengusaha baik dari dalam maupun luar negeri.

9. Dinas Koperasi dan

UMKM

Berperan dalam memfasilitasi kerjasama dengan para pelaku usaha mikro, kecil dan menengah yang berbahan baku sagu.


(46)

| 39

Lanjutan Tabel 3.

NO. INSTANSI PERAN

10. Dinas Kesehatan Berperan dalam melakukan pengawasan

sanitasi dan kualitas produk pangan yang dihasilkan.

11. Dinas Lingkungan

Hidup

Berperan dalam pengawasan dan

pengendalian dampak penting terhadap

lingkungan disekitar kawasan.

12. Dinas Pariwisata &

Ekonomi Kreatif

Berperan dalam memperkenalkan kawasan ini dalam event keparawisataan dan sebagai destinasi wisata edukasi yang ada di Kota Palopo.

13. Dinas Kebudayaan Berperan dalam memperkenalkan secara luas

tentang keterikatan budaya antara tanaman sagu dengan masyarakat Tana Luwu.

14. Bagian Pemerintahan

Setda Kota Palopo

Berperan dalam memfasilitasi penyelesaian permasalahan yang terkait dengan urusan pemerintahan dan kemasyarakatan lainnya.

15. Bagian Hukum Setda

Kota Palopo

Berperan dalam memfasilitasi penyusunan

regulasi, penyelesaian perselisihan dan

permasalahan hukum lainnya.

16. UPTD atau lembaga

pengelola Kawasan Sagu Teknopark Palopo

Operator Kawasan Sagu Teknopark Palopo

17. PDAM Kota Palopo Berperan dalam memfasilitasi jaringan air

bersih pada Kawasan Sagu Teknopark Palopo

18. PT. Telkom Indonesia

Cabang Palopo

Berperan dalam memfasilitasi jaringan

telekomunikasi dan teknologi informasi pada Kawasan Sagu Teknopark Palopo.

19. PT. PLN Cabang

Palopo

Berperan dalam memfasilitasi jaringan listrik pada Kawasan Sagu Teknopark Palopo.

20. BP. POM Berperan dalam memberikan sertifikasi atas

standar kualitas produk yang dihasilkan oleh kawasan ini.

21. Pemerintah kabupaten

se – Tana Luwu

Berperan dalam mendukung penyediaan lahan budidaya tanaman sagu yang akan dijadikan sebagai laboratorium alam dan kunjungan penelitian (field study)


(47)

| 40

Lanjutan Tabel 3.

NO. INSTANSI PERAN

22. Perguruan Tinggi Berperan dalam proses penelitian, pengkajian

dan pengembangan inovasi teknologi dan produk yang dikembangkan dari kawasan ini.

23. Instansi terkait lainnya

baik tingkat provinsi maupun pusat

Berperan dalam memfasilitasi kebutuhan Kawasan Sagu Teknopark Palopo sesuai

tugas dan kewenangannya masing – masing

dalam format kesepakatan yang disetujui bersama.

24. Lembaga donor

(founding)

Berperan dalam memberikan dukungan

finansial dan peralatan teknologi yang modern.

5.1.2. Implementasi Peran Pengusaha / Pelaku Bisnis

Peran unsur pengusaha (business) dalam pengelolaan Kawasan Sagu Teknopark Palopo diharapkan memberikan kontribusi positif terhadap kemajuan kawasan ini. Dunia usaha baik skala besar maupun kecil merupakan pengguna dari produk – produk penelitian dan pengembangan yang dilakukan didalamnya.

Namun demikian, untuk menarik minat pengusaha terlibat dalam pengelolaan kawasan ini, perlu disiapkan sarana dan prasarana pendukung usahanya. Didalam Buku Tata Cara Perencanaan Pengembangan Kawasan yang diterbitkan oleh Bappenas Tahun 2004, disebutkan bahwa diperlukan sarana dan prasarana pendukung pada kawasan teknopark,yaitu :

1. Fasilitas – fasilitas gedung dengan berbagai fungsi antara lain : a. Auditorium Business Centre.

b. Conference Rooms IT & Multimedia Centre c. Meeting Rooms IT & Multimedia Centre d. Exhibition Area

e. Innovation House f. Incubator Centre g. Enterprise House h. EnterpriseR&D Lot dll

2. Fasilitas keamanan standar 24 jampenuh, seperti: a. Uninterrupted Power Supply (UPS)


(1)

| 63

Foto 9

: Kondisi Eksisting Calon Lokasi Pengembangan Kawasan Sagu Teknopark Palopo (STP) di


(2)

PEMERINTAH KOTAPALOPO SAGU TEKNOPARK PALOPO 2017-2021


(3)

(4)

PEMERINTAH KOTAPALOPO SAGU TEKNOPARK PALOPO 2017-2021


(5)

(6)

PEMERINTAH KOTAPALOPO SAGU TEKNOPARK PALOPO 2017-2021