Strategi Penanggulangan Kemiskinan Daerah SPKD Provinsi Jawa Tengah Tahun 2015-2018
V-11
sebesar 10,26 masih lebih tinggi dari porsi Belanja modal sebesar 7,45 dari total Pendapatan Daerah. Dengan demikian Provinsi Jawa
Tengah harus memanfaatkan ruang fiskal yang ada dengan merencanakan Belanja Langsung yang tepat dan memperbesar ruang
fiskal daerah untuk Belanja Modal dalam rangka
mendorong pertumbuhan ekonomi. Komposisi Ruang Fiskal Pendapatan Daerah
Provinsi Jawa Tengah Tahun 2010-2013 dapat dilihat pada tabel 5.6.
Tabel 5. 6 Komposisi Ruang Fiskal Pendapatan Daerah
Provinsi Jawa Tengah Tahun 2010 – 2013
Sektor 2010
2011 2012
2013
Pendapatan ribu rupiah
6.229.527.178,68 7.038.908.737,17 11.694.307.732,92
13.343.358.327,58 Dana
Perimbangan ribu rupiah
1.811.657.949,15 1.950.195.524,63
2.318.806.099,22 2.467.814.628,97
Pendapatan Lainnya
ribu rupiah -
- 2.746.365.589,59
2.662.743.057,72 Belanja Pegawai
Tidak Langsung ribu rupiah
1.279.353.080,00 1.231.734.589,00
1.241.600.971,68 1.368.517.191,27
Belanja Bagi Hasil Kepada Kab.Kota
ribu rupiah 1.182.878.412,00
1.696.013.691,00 2.253.337.259,09
2.503.166.398,28 Ruang Fiskal
31,39 30,70
26,80 32,53
4. Tingkat Ketergantungan Daerah
Rasio Ketergantungan Daerah menggambarkan tingkat ketergantungan suatu daerah terhadap bantuan pihak eksternal, baik itu Pemerintah
Pusat atau Pemerintah Daerah lain. Rasio ini ditunjukkan oleh perbandingan Pendapatan Asli Daerah PAD terhadap total
pendapatan Derajat Otonomi Fiskal dan rasio dana transfer terhadap total pendapatan Rasio Ketergantungan Fiskal.
Derajat Otonomi Fiskal memiliki makna yang berkebalikan dengan Rasio Ketergantungan Fiskal. Semakin besar angka Derajat Otonomi
Fiskal maka ketergantungan daerah semakin kecil. Sebaliknya, semakin besar angka Rasio Ketergantungan Fiskal, maka semakin
besar tingkat ketergantungan daerah terhadap bantuan pihak eksternal. Dengan demikian, daerah yang memiliki tingkat
ketergantungan yang rendah adalah daerah yang memiliki Derajat
Strategi Penanggulangan Kemiskinan Daerah SPKD Provinsi Jawa Tengah Tahun 2015
Otonomi Fiskal yang tinggi sekaligus rendah.
Perkembangan Tingkat Ketergantungan Daerah Provinsi Jawa Tengah Tahun 2010
Grafik 5.9 memberikan potret Derajat Otonomi Fiskal dan Rasio Ketergantungan Fiskal Provinsi Jawa Tengah dari tahun 2010 hingga
2013, rata-rata rasio Derajat Otonomi Fiskal sebesar 65,36 dan rata rata Rasio Ketergantungan Fiskal sebesar 34,36.
menunjukkan bahwa, Provinsi daerah yang rendah.
Tengah tersebut disebabkan oleh tingginya sumber khususnya dari pajak daerah dan
Ketergantungan Daerah Provinsi Jawa Tengah Tahun 2010 dilihat pada tabel 5
Provinsi Jawa Tengah Tahun 2010
Sektor
Derajat Otonomi Fiskal PADPendapatan
Rasio Ketergantungan Fiskal
TransferPendapatan
0.00 10.00
20.00 30.00
40.00 50.00
60.00 70.00
80.00
2010
Derajat Otonomi Fiskal Rasio Ketergantungan Fiskal
Strategi Penanggulangan Kemiskinan Daerah SPKD Provinsi Jawa Tengah Tahun 2015-2018
yang tinggi sekaligus Rasio Ketergantungan Fiskal
Gambar 5. 9 Perkembangan Tingkat Ketergantungan Daerah
Provinsi Jawa Tengah Tahun 2010 – 2013
memberikan potret Derajat Otonomi Fiskal dan Rasio Ketergantungan Fiskal Provinsi Jawa Tengah dari tahun 2010 hingga
rata rasio Derajat Otonomi Fiskal sebesar 65,36 dan rata rata Rasio Ketergantungan Fiskal sebesar 34,36.
bahwa, Provinsi Jawa Tengah memiliki ketergantungan daerah yang rendah. Rendahnya tingkat ketergantungan Provinsi
tersebut disebabkan oleh tingginya sumber khususnya dari pajak daerah dan Lain-lain PAD yang Sah
n Daerah Provinsi Jawa Tengah Tahun 2010 dilihat pada tabel 5.7.
Tabel 5. 7 Tingkat Ketergantungan Daerah
Provinsi Jawa Tengah Tahun 2010 – 2013
2010 2011
2012
70,92 72,29
56,69 29,08
27,71 43,31
2010 2011
2012 2013
2010 2011
2012 70.92
72.29 56.69
Rasio Ketergantungan Fiskal 29.08
27.71 43.31
V-12
Rasio Ketergantungan Fiskal yang
Perkembangan Tingkat Ketergantungan Daerah
memberikan potret Derajat Otonomi Fiskal dan Rasio Ketergantungan Fiskal Provinsi Jawa Tengah dari tahun 2010 hingga
rata rasio Derajat Otonomi Fiskal sebesar 65,36 dan rata- rata Rasio Ketergantungan Fiskal sebesar 34,36. Hal ini
memiliki ketergantungan Rendahnya tingkat ketergantungan Provinsi Jawa
tersebut disebabkan oleh tingginya sumber-sumber PAD lain PAD yang Sah. Tingkat
n Daerah Provinsi Jawa Tengah Tahun 2010-2013 dapat
2013
2013
61,55 38,45
2013
2013 61.55
38.45
Strategi Penanggulangan Kemiskinan Daerah SPKD Provinsi Jawa Tengah Tahun 2015-2018
V-13
Tabel 5.8 menunjukkan komposisi Pendapatan Asli Daerah PAD Provinsi Jawa Tengah Tahun 2010-2013.
Tabel 5. 8 Komposisi Pendapatan Asli Daerah PAD
Provinsi Jawa Tengah Tahun 2010 – 2013
No Jenis
2010 2011
2012 2013
1
Pajak Daerah 3.893.699.996,50
4.599.046.986,90 5.590.597.156,50
6.716.170.095,20 PKB
1.544.313.644,03 1.755.017.905,67
2.024.106.323,23 2.330.853.999,74
BBN KB 1.525.124.469,22
1.957.340.064,57 2.583.208.159,86
3.183.798.573,92 PBB KB
806.492.336,43 878.834.711,01
975.856.575,71 1.193.277.237,84
Pajak Pengambilan ABT
10.759.407,66 Pajak PPAP
7.010.139,16 7.854.305,65
7.426.097,70 8.240.283,70
2
Retribusi Daerah 127.685.944,78
63.711.503,35 68.250.252,46
69.972.595,55
3 Hasil Pengelolaan
Kekayaan Daerah yang Dipisahkan
195.688.500,54 211.976.158,78
238.231.932,82 263.267.978,39
4
Lain-lain PAD yang sah
200.794.787,71 213.978.563,51
732.056.702,33 1.163.389.971,75
Jumlah
4.417.869.229,53 5.088.713.212,54
6.629.136.044,11 8.212.800.640,89
Tabel 5.9 menunjukkan komposisi Dana Perimbangan Daerah Provinsi Jawa Tengah Tahun 2010-2013.
Tabel 5. 9 Komposisi Dana Perimbangan Daerah
Provinsi Jawa Tengah Tahun 2010 – 2013
No Jenis
2010 2011
2012 2013
1
Bagi Hasil Pajak dan Bukan Pajak
614.565.942,15 622.225.501,63
751.282.698,22 714.432.749,97
2
Dana Alokasi Umum DAU
1.168.787.757,00 1.276.180.223,00
1.516.892.951,00 1.670.859.369,00
3
Dana Alokasi Khusus DAK
28.304.250,00 51.789.800,00
50.630.450,00 82.522.510,00
Jumlah
1.811.657.949,15 1.950.195.524,63
2.318.806.099,22 2.467.814.628,97
C. Analisis Belanja Daerah 1. Rasio Belanja Pegawai Terhadap Total Belanja Daerah
Tujuan penghitungan rasio Belanja Pegawai terhadap total Belanja Daerah adalah untuk mengetahui proporsi Belanja Pegawai terhadap
total Belanja Daerah. Data Belanja Pegawai di sini adalah penjumlahan dari Belanja Pegawai langsung dan Belanja Pegawai tidak langsung.
Rasio ini menggambarkan bahwa semakin tinggi angka rasionya maka semakin besar proporsi APBD yang dialokasikan untuk Belanja
Pegawai. Begitu pula sebaliknya, semakin kecil angka rasio Belanja Pegawai maka semakin kecil proporsi APBD yang dialokasikan untuk
Belanja Pegawai APBD.
Strategi Penanggulangan Kemiskinan Daerah SPKD Provinsi Jawa Tengah Tahun 2015
Perkembangan Rasio Belanja Pegawai Terhadap Total Belanja Daerah Provinsi Jawa Tengah Tahun 2010
Grafik 5.10 menunjukkan rata total Belanja Daerah
2013 adalah 17,26 Belanja Daerah
terakhir menunjukkan upaya rasionalisasi terhadap struktur belanja daerah. Secara rinci
Belanja Daerah Provinsi Jawa Tengah Tahun 2010 pada tabel 5.10.
Komposisi Rasio Belanja Pegawai Terhadap Total Belanja Daerah Provinsi Jawa Tengah Tahun 2010
Sektor 2010
Belanja Daerah 4.852.025.591,00
Belanja Pegawai Tidak Langsung
1.279.353.080,00 Langsung
Rasio Belanja Pegawai Terhadap
Total Belanja Daerah
2. Rasio Belanja Modal Terhadap
Rasio Belanja Modal terhadap total Belanja Daerah mencerminkan porsi Belanja Daerah yang dibelanjakan untuk membiayai Belanja
Modal. Belanja Modal ditambah belanja barang dan jasa merupakan belanja pemerintah daerah yang mempunyai pen
terhadap pertumbuhan ekonomi suatu daerah, di dari sektor swasta, rumah tangga, dan luar negeri. Realisasi Belanja
0.00 10.00
20.00 30.00
2010
26.37
Rasio Belanja Pegawai Terhadap Total Belanja Daerah
Strategi Penanggulangan Kemiskinan Daerah SPKD Provinsi Jawa Tengah Tahun 2015-2018
Gambar 5. 10 Perkembangan Rasio Belanja Pegawai Terhadap Total Belanja Daerah
Provinsi Jawa Tengah Tahun 2010 – 2013
menunjukkan rata-rata rasio Belanja Pegawai terhadap total Belanja Daerah Provinsi Jawa Tengah dari tahun 2010 hingga
17,26. Penurunan Belanja Pegawai terhadap total Belanja Daerah secara konsisten dalam kurun waktu empat
jukkan upaya rasionalisasi terhadap struktur belanja Secara rinci komposisi rasio Belanja Pegawai terhadap total
Belanja Daerah Provinsi Jawa Tengah Tahun 2010-2013 dapat dilihat
Tabel 5. 10 Rasio Belanja Pegawai Terhadap Total Belanja Daerah
Provinsi Jawa Tengah Tahun 2010 – 2013
2010 2011
2012
4.852.025.591,00 5.846.515.369,00 11.446.844.105,13
na na
1.559.634.616,55 1.279.353.080,00 1.231.734.589,00
1.241.600.971,68 na
na 318.033.644,87
26,37 21,07
10,85
Rasio Belanja Modal Terhadap Total Belanja Daerah Rasio Belanja Modal terhadap total Belanja Daerah mencerminkan
porsi Belanja Daerah yang dibelanjakan untuk membiayai Belanja Modal. Belanja Modal ditambah belanja barang dan jasa merupakan
belanja pemerintah daerah yang mempunyai pen
mbuhan ekonomi suatu daerah, disamping pengaruh dari sektor swasta, rumah tangga, dan luar negeri. Realisasi Belanja
2011 2012
26.37 21.07
10.85
Rasio Belanja Pegawai Terhadap Total Belanja Daerah
V-14
Perkembangan Rasio Belanja Pegawai Terhadap Total Belanja Daerah
rata rasio Belanja Pegawai terhadap Provinsi Jawa Tengah dari tahun 2010 hingga
Belanja Pegawai terhadap total kurun waktu empat tahun
jukkan upaya rasionalisasi terhadap struktur belanja rasio Belanja Pegawai terhadap total
2013 dapat dilihat
Rasio Belanja Pegawai Terhadap Total Belanja Daerah 2013
2013
11.446.844.105,13 12.724.752.089,98
1.559.634.616,55 1.741.665.387,42
1.241.600.971,68 1.368.517.191,27
318.033.644,87 373.148.196,15
85 10,75
Total Belanja Daerah
Rasio Belanja Modal terhadap total Belanja Daerah mencerminkan porsi Belanja Daerah yang dibelanjakan untuk membiayai Belanja
Modal. Belanja Modal ditambah belanja barang dan jasa merupakan belanja pemerintah daerah yang mempunyai pengaruh signifikan
samping pengaruh dari sektor swasta, rumah tangga, dan luar negeri. Realisasi Belanja
2013
10.75
Rasio Belanja Pegawai Terhadap Total Belanja Daerah
Strategi Penanggulangan Kemiskinan Daerah SPKD Provinsi Jawa Tengah Tahun 2015
Modal akan memiliki perekonomian daerah, o
diharapkan akan semakin baik pengaruhnya terhadap pertumbuhan ekonomi. Sebaliknya, semakin rendah angkanya, semakin berkurang
pengaruhnya terhadap pertumbuhan ekonomi.
Perkembangan Rasio Provinsi Jawa Tengah Tahun 2010
Grafik 5.11 menunjukkan rasio Belanja Modal terhadap total Belanja Daerah Provinsi Jawa Tengah dari tahun 2010 hingga 2013, rata
rasio Belanja Modal terhadap Belanja Daerah sebesar 32,21. Tahun 2012, porsi belanja modal menunjukkan angka penurunan yang cukup
signifikan menjadi sebesar 22,62 dari tahun 2011 sebesar 41,13. Dengan demikian telah terjadi
pegawai kepada peningkatan belanja modal. Hal ini merupakan indikasi negatif terhadap perbaikan kualitas struktur belanja da
menunjukkan Provinsi Jawa Tengah pada tahun 2012 hingga 2013 masih menganggarkan Belanja Modal dengan proporsi yang kecil, yaitu
dibawah 25. Hal ini berarti bahwa Provinsi Jawa Tengah masih belum memberikan perhatian yang cukup untuk mendorong pertu
ekonominya. Secara rinci komposisi
Daerah Provinsi Jawa Tengah Tahun 2010 tabel 5.11.
0.00 10.00
20.00 30.00
40.00 50.00
2010
40.43
Rasio Belanja Modal Terhadap Total Belanja Daerah
Strategi Penanggulangan Kemiskinan Daerah SPKD Provinsi Jawa Tengah Tahun 2015-2018
Modal akan memiliki multiplier effect dalam menggerakan roda perekonomian daerah, oleh karena itu, semakin tinggi angka rasionya,
diharapkan akan semakin baik pengaruhnya terhadap pertumbuhan ekonomi. Sebaliknya, semakin rendah angkanya, semakin berkurang
pengaruhnya terhadap pertumbuhan ekonomi.
Gambar 5. 11 Perkembangan Rasio Belanja Modal Terhadap Total Belanja Daerah
Provinsi Jawa Tengah Tahun 2010 – 2013
menunjukkan rasio Belanja Modal terhadap total Belanja Daerah Provinsi Jawa Tengah dari tahun 2010 hingga 2013, rata
rasio Belanja Modal terhadap Belanja Daerah sebesar 32,21. Tahun 2012, porsi belanja modal menunjukkan angka penurunan yang cukup
gnifikan menjadi sebesar 22,62 dari tahun 2011 sebesar 41,13. Dengan demikian telah terjadi shifting dari penurunan porsi belanja
pegawai kepada peningkatan belanja modal. Hal ini merupakan indikasi negatif terhadap perbaikan kualitas struktur belanja da
menunjukkan Provinsi Jawa Tengah pada tahun 2012 hingga 2013 masih menganggarkan Belanja Modal dengan proporsi yang kecil, yaitu
dibawah 25. Hal ini berarti bahwa Provinsi Jawa Tengah masih belum memberikan perhatian yang cukup untuk mendorong pertu
komposisi rasio Belanja Modal terhadap total Belanja Daerah Provinsi Jawa Tengah Tahun 2010-2013 dapat dilihat pada
2011 2012
40.43 41.13
22.62
Rasio Belanja Modal Terhadap Total Belanja Daerah
V-15
dalam menggerakan roda inggi angka rasionya,
diharapkan akan semakin baik pengaruhnya terhadap pertumbuhan ekonomi. Sebaliknya, semakin rendah angkanya, semakin berkurang
Belanja Modal Terhadap Total Belanja Daerah
menunjukkan rasio Belanja Modal terhadap total Belanja Daerah Provinsi Jawa Tengah dari tahun 2010 hingga 2013, rata-rata
rasio Belanja Modal terhadap Belanja Daerah sebesar 32,21. Tahun 2012, porsi belanja modal menunjukkan angka penurunan yang cukup
gnifikan menjadi sebesar 22,62 dari tahun 2011 sebesar 41,13. dari penurunan porsi belanja
pegawai kepada peningkatan belanja modal. Hal ini merupakan indikasi negatif terhadap perbaikan kualitas struktur belanja daerah,
menunjukkan Provinsi Jawa Tengah pada tahun 2012 hingga 2013 masih menganggarkan Belanja Modal dengan proporsi yang kecil, yaitu
dibawah 25. Hal ini berarti bahwa Provinsi Jawa Tengah masih belum memberikan perhatian yang cukup untuk mendorong pertumbuhan
rasio Belanja Modal terhadap total Belanja 2013 dapat dilihat pada
2013
24.66
Rasio Belanja Modal Terhadap Total Belanja Daerah
Strategi Penanggulangan Kemiskinan Daerah SPKD Provinsi Jawa Tengah Tahun 2015
Komposisi Rasio Belanja Modal Terhadap Total Belanja Provinsi Jawa Tengah Tahun 2010
Sektor
Belanja Daerah 4.852.025.591,00
Belanja Modal 419.476.324,00
Belanja Barang dan Jasa
1.542.074.983,00 Rasio Belanja Modal
Terhadap Total Belanja Daerah
3. Rasio Belanja Modal
Rasio Belanja Modal per kapita menunjukkan seberapa besar belanja yang dialokasikan pemerintah untuk pembangunan infrastruktur
daerah per penduduk. Rasio Belanja Modal per kapita memiliki hubungan yang erat dengan pertumbuhan ekonomi karena Belanja
Modal merupakan salah satu jenis belanja pemerintah yang menjadi pendorong pertumbuhan ekonomi. Rasio ini bermanfaat untuk
menunjukkan
perhatian pemerintah
dalam meningkatkan
perekonomian penduduknya dari pembangunan infrastruktur yang dikeluarkan.
Perkembangan Rasio Belanja Modal Per Kapita Provinsi Jawa Tengah Tahun 2010
Grafik 5.12 menunjukkan rasio Belanja Modal per kapita Provinsi Jawa Tengah dari tahun 2010 hingga 2013, rata
kapita adalah Rp.0,0 Jawa Tengah mengalami kenaikan setiap tahun dari tahun 2010
sebesar Rp.0,06 juta dan tahun 2013 menjadi Rp.0,09 juta. Hal ini
- 50,000.00
100,000.00
Strategi Penanggulangan Kemiskinan Daerah SPKD Provinsi Jawa Tengah Tahun 2015-2018
Tabel 5. 11 Komposisi Rasio Belanja Modal Terhadap Total Belanja
Provinsi Jawa Tengah Tahun 2010 – 2013
2010 2011
2012
4.852.025.591,00 5.846.515.369,00 11.446.844.105,13 419.476.324,00
516.329.782,00 611.274.310,15
1.542.074.983,00 1.888.334.812,00 1.977.523.313,26
40,43 41,13
22,
Rasio Belanja Modal Per Kapita Rasio Belanja Modal per kapita menunjukkan seberapa besar belanja
dialokasikan pemerintah untuk pembangunan infrastruktur daerah per penduduk. Rasio Belanja Modal per kapita memiliki
hubungan yang erat dengan pertumbuhan ekonomi karena Belanja Modal merupakan salah satu jenis belanja pemerintah yang menjadi
tumbuhan ekonomi. Rasio ini bermanfaat untuk menunjukkan
perhatian pemerintah
dalam meningkatkan
perekonomian penduduknya dari pembangunan infrastruktur yang
Gambar 5. 12 Perkembangan Rasio Belanja Modal Per Kapita
Provinsi Jawa Tengah Tahun 2010 – 2013 Ribu Rupiah
menunjukkan rasio Belanja Modal per kapita Provinsi Jawa Tengah dari tahun 2010 hingga 2013, rata-rata rasio Belanja Modal per
kapita adalah Rp.0,07 juta. Rasio Belanja Modal per kapita Provinsi Jawa Tengah mengalami kenaikan setiap tahun dari tahun 2010
sebesar Rp.0,06 juta dan tahun 2013 menjadi Rp.0,09 juta. Hal ini
2010 2011
2012
60,574.13 73,664.17
80,222.53
Rasio Belanja Modal Per Kapita
V-16
Komposisi Rasio Belanja Modal Terhadap Total Belanja Daerah 2013
2013
11.446.844.105,13 12.724.752.089,98 611.274.310,15
994.740.520,11 1.977.523.313,26
2.143.166.750,75 22,62
24,66
Rasio Belanja Modal per kapita menunjukkan seberapa besar belanja dialokasikan pemerintah untuk pembangunan infrastruktur
daerah per penduduk. Rasio Belanja Modal per kapita memiliki hubungan yang erat dengan pertumbuhan ekonomi karena Belanja
Modal merupakan salah satu jenis belanja pemerintah yang menjadi
tumbuhan ekonomi. Rasio ini bermanfaat untuk menunjukkan
perhatian pemerintah
dalam meningkatkan
perekonomian penduduknya dari pembangunan infrastruktur yang
Perkembangan Rasio Belanja Modal Per Kapita 2013
menunjukkan rasio Belanja Modal per kapita Provinsi Jawa rata rasio Belanja Modal per
asio Belanja Modal per kapita Provinsi Jawa Tengah mengalami kenaikan setiap tahun dari tahun 2010
sebesar Rp.0,06 juta dan tahun 2013 menjadi Rp.0,09 juta. Hal ini
2013
94,332.47
Strategi Penanggulangan Kemiskinan Daerah SPKD Provinsi Jawa Tengah Tahun 2015-2018
V-17
menandakan bahwa anggaran Belanja Modal untuk merangsang pertumbuhan ekonomi di Jawa Tengah semakin meningkat.
Secara rinci komposisi rasio Belanja Modal Per Kapita Provinsi Jawa Tengah Tahun 2010-2013 dapat dilihat pada tabel 5.12.
Tabel 5. 12 Komposisi Rasio Belanja Modal Terhadap Jumlah Penduduk
Provinsi Jawa Tengah Tahun 2010 – 2013
Sektor 2010
2011 2012
2013
Jumlah Penduduk
32.382.657 32.643.612
32.270.207 33.264.339
Belanja Modal 419.476.324,00
516.329.782,00 611.274.310,15
994.740.520,11 Belanja Barang
dan Jasa 1.542.074.983,00
1.888.334.812,00 1.977.523.313,26
2.143.166.750,75 Rasio Belanja
Modal Per Kapita 60,574.13
73,664.17 80,222.53
94,332.47
4. Rasio Belanja Bantuan Sosial Terhadap Total Belanja Daerah
Belanja Bantuan Sosial merupakan salah satu pos dalam belanja tidak langsung. Bantuan sosial adalah pemberian bantuan yang sifatnya
tidak secara terus menerus dan selektif dalam bentuk uangbarang kepada masyarakat atau organisasi profesi yang bertujuan untuk
kepentingan umum. Dalam bantuan sosial termasuk antara lain bantuan partai politik sesuai dengan peraturan perundang-undangan.
Seringkali pemberitaan di media massa melaporkan bahwa pada masa- masa tertentu seperti menjelang pemilihan umum ataupun pemilihan
kepala daerah, belanja ini menjadi isu yang panas dan banyak diperbincangkan di kalangan masyarakat.
Dari sisi pemerintah daerah, bantuan sosial ini berpotensi menimbulkan tumpang tindih kegiatan dengan kegiatan yang
dilakukan oleh satuan kerja perangkat daerah SKPD, di mana keduanya menggunakan dana dari APBD. Sebagai contoh, bantuan
sosial kepada masyarakat di lingkungan kumuh, pondok pesantren, bantuan untuk bidang sanitasi, penyediaan akses air bersih, dan
sebagainya yang juga dilaksanakan oleh SKPD. Oleh karena itu, perlu adanya pemantauan terhadap jumlah anggaran yang dialokasikan
untuk Belanja Bantuan Sosial. Agar pengelolaan Belanja Bantuan Sosial dilaksanakan secara transparan dan akuntabel, saat ini
Pemerintah telah menetapkan pengaturannya dalam Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 39 Tahun 2012 Tentang Perubahan atas