Laju Pertumbuhan PDB per Tenaga Kerja

Strategi Penanggulangan Kemiskinan Daerah SPKD Provinsi Jawa Tengah Tahun 2015-2018 IV-8 2 Kemampuan petugas kesehatan untuk menawarkan test HIV utamanya pada ibu hamil, pasien TB, Infeksi Menular Seksual IMS, Hepatitis dan populasi kunci yang berisiko

b. Aspek Pemanfaatan

1 Pola perilaku masyarakat yang buruk, antara lain penggunaan kondom pada hubungan seks beresiko tinggi masih rendah dan migrasi penduduk. 2 Rendahnya kemampuan masyarakat dalam mengakses pengobatan Antiretroviral ARV. 3 Kurangnya pengetahuan masyarakat tentang seks beresiko tinggi. 4 Rendahnya keterbukaan masyarakat untuk deteksi dini HIVAIDS. 7. Proporsi Kasus Tuberculosis yang Disembuhkan Melalui Directly Observed Treatment, Short-Course DOTS Permasalahan Proporsi Kasus Tuberculosis yang disembuhkan Melalui DOTS pada bidang kesehatan lebih pada aspek pemanfaatan yaitu: 1 Rendahnya perilaku hidup bersih dan sehat masyarakat. 2 Tekanan ekonomi. 3 Rendahnya kesadaran masyarakat untuk minum obat secara rutin 6 bulan secara berkelanjutan. 4 Rendahnya peran dan dukungan keluarga sebagai Pendamping Minum Obat PMO. 8. Angka kematian Demam Berdarah Dengeu DBD Permasalahan Angka kematian DBD pada bidang kesehatan lebih pada aspek pemanfaatan yaitu: 1 Keterlambatan penegakan diagnosa kasus. 2 Belum optimalnya penerapan SOP Standar Operasional Prosedur dalam penanganan kasus Strategi Penanggulangan Kemiskinan Daerah SPKD Provinsi Jawa Tengah Tahun 2015-2018 IV-9 3 Kurangnya pengetahuan masyarakat tentang fase perjalanan penyakit DBD 4 Banyak penemuan kasus dengan strain virus double diagnosis ganda sehingga memperparah kondisi pasien.

IV. BIDANG PENDIDIKAN

1. Angka Partisipasi Murni SDMI Sederajat Permasalahan Angka Partisipasi Murni SDMI Sederajat pada bidang pendidikan masih terdapat anak usia 7-12 tahun yang tidak atau belum sekolah, bila dilihat dari aspek ketersediaan dan aspek pemanfaatan adalah sebagai berikut: a. Aspek Ketersediaan 1 Masih lemahnya regulasi yang mengakomodir peserta didik miskin. 2 Belum optimalnya tata kelola pembiayaan penyelenggaraan pendidikan CSR dan dana partisipasi masyarakat. 3 Kualitas sarana dan prasarana sekolah belum sesuai Standart Pelayanan Minimum SPM Pendidikan terutama perpustakaan dan laboratorium komputer. 4 Kurangnya jumlah guru sesuai SPM. 5 Belum meratanya distribusi guru sesuai dengan kebutuhan sekolah. 6 Belum tersedia dan terkelolanya data sasaran jumlah penduduk usia 7-12 tahun yang tidak bersekolah antisipasi Kartu Indonesia PintarKIP. 7 Kebutuhan biaya operasional sekolah belum mencukupi pada sekolah dengan jumlah peserta didik yang kurang dari 120 orang. 8 Rendahnya cakupan Bantuan Siswa Miskin BSM.

b. Aspek Pemanfaatan

1 Kondisi lingkungan pergaulan mempengaruhi motivasi dan minat belajar anak. Strategi Penanggulangan Kemiskinan Daerah SPKD Provinsi Jawa Tengah Tahun 2015-2018 IV-10 2 Di wilayah nelayan, pertanian dan industri masih terdapat orang tua yang memiliki kesadaran untuk pendidikan anak rendah. 3 Rendahnya kemampuan ekonomi masyarakat berakibat antara lain anak usia sekolah terpaksa menjadi tulang punggung keluarga dan kurangnya kemampuan memenuhi kebutuhan anak untuk mengikuti pendidikan. 4 Masih terdapat penduduk usia sekolah 7-12 tahun dengan motivasi belajarsekolah yang rendah disebabkan faktor budaya. 2. Angka Partisipasi Murni SMPMTs Sederajat Permasalahan Angka Partisipasi Murni SMPMTs Sederajat pada bidang pendidikan masih terdapat anak usia 13-15 tahun yang tidak atau belum sekolah, bila dilihat dari aspek ketersediaan dan aspek pemanfaatan adalah sebagai berikut: a. Aspek Ketersediaan 1 Masih lemahnya regulasi yang mengakomodir peserta didik miskin. 2 Belum optimalnya tata kelola pembiayaan penyelenggaraan pendidikan CSR dan dana partisipasi masyarakat. 3 Ketersediaan gedung sekolah dan ruang kelas belum sesuai Standart Pelayanan Minimum SPM Pendidikan serta belum memenuhi kebutuhan masyarakat. 4 Kurangnya jumlah guru sesuai kualifikasi SPM atau Standar Nasional Pendidikan SNP. 5 Kualitas sarana dan prasarana sekolah belum sesuai SPM laboratorium IPA dan Komputer, Perpustakaan, tempat olahraga atau SNP. 6 Belum tersedia dan terkelolanya data sasaran jumlah penduduk usia 13-15 tahun yang tidak bersekolah antisipasi Kartu Indonesia PintarKIP. 7 Rendahnya cakupan Bantuan Siswa Miskin BSM. Strategi Penanggulangan Kemiskinan Daerah SPKD Provinsi Jawa Tengah Tahun 2015-2018 IV-11 b. Aspek Pemanfaatan 1 Kondisi lingkungan pergaulan kurang mendukung motivasi dan minat belajar anak. 2 Rendahnya kemampuan ekonomi masyarakat berakibat antara lain anak usia sekolah terpaksa menjadi tulang punggung keluarga dan kemampuan memenuhi kebutuhan anak untuk mengikuti pendidikan. 3 Masih terdapat penduduk usia sekolah 13-15 tahun dengan motivasi belajarsekolah yang rendah disebabkan masih rendahnya aksesibilitas sekolah aspek geografis dan faktor budaya. 3. Angka Partisipasi Murni SMAMA Sederajat Permasalahan Angka Partisipasi Murni SMAMA Sederajat pada bidang pendidikan masih terdapat anak usia 16-18 tahun yang tidak atau belum sekolah, bila dilihat dari aspek ketersediaan dan aspek pemanfaatan adalah sebagai berikut: a. Aspek Ketersediaan 1 Masih lemahnya regulasi pendidikan yang mengakomodir peserta didik miskin. 2 Belum optimalnya tata kelola pembiayaan penyelenggaraan pendidikan CSR dan dana partisipasi masyarakat. 3 Ketersediaan gedung sekolah dan ruang kelas belum sesuai Standart Nasional Pendidikan SNP serta belum memenuhi kebutuhan masyarakat. 4 Kurangnya jumlah guru sesuai SNP. 5 Kualitas dan kuantitas sarana prasarana sekolah belum sesuai SNP. 6 Belum tersedia dan terkelolanya data sasaran jumlah penduduk usia 16-18 tahun yang tidak bersekolah antisipasi Kartu Indonesia PintarKIP. 7 Rendahnya cakupan Bantuan Siswa Miskin BSM. Strategi Penanggulangan Kemiskinan Daerah SPKD Provinsi Jawa Tengah Tahun 2015-2018 IV-12 b. Aspek Pemanfaatan 1 Kondisi lingkungan pergaulan kurang mendukung motivasi dan minat belajar anak. 2 Rendahnya kemampuan ekonomi masyarakat berakibat antara lain anak usia sekolah terpaksa menjadi tulang punggung keluarga dan kemampuan memenuhi kebutuhan anak untuk mengikuti pendidikan sekolah menengah. 3 Masih terdapat penduduk usia sekolah 16-18 tahun dengan motivasi belajarsekolah yang rendah disebabkan masih rendahnya aksesibilitas sekolah menengah aspek geografis dan faktor budaya. 4. Angka Putus Sekolah SDMI Permasalahan Angka Putus Sekolah SDMI Sederajat pada bidang pendidikan bila dilihat dari aspek ketersediaan dan aspek pemanfaatan adalah sebagai berikut:

a. Aspek Ketersediaan

1 Masih lemahnya regulasi yang mengakomodir peserta didik miskin. 2 Belum optimalnya tata kelola pembiayaan penyelenggaraan pendidikan CSR dan dana partisipasi masyarakat. 3 Kurangnya perhatian dan pengawasan guru dan sekolah terhadap perilaku siswa, tumbuh kembang anak dan pendidikan karakter anak. 4 Rendahnya cakupan Bantuan Siswa Miskin BSM.

b. Aspek Pemanfaatan

1 Pengawasan orang tua RTM terhadap perkembangan dan tumbuh kembang anak masih kurang, mereka lebih berkonsentrasi untuk mencari nafkah untuk penghidupan keluarga. 2 Kondisi lingkungan pergaulan kurang mendukung motivasi dan minat belajar anak. Strategi Penanggulangan Kemiskinan Daerah SPKD Provinsi Jawa Tengah Tahun 2015-2018 IV-13 3 Rendahnya kemampuan ekonomi masyarakat berakibat antara lain anak usia sekolah terpaksa menjadi tulang punggung keluarga dan kemampuan memenuhi kebutuhan anak untuk mengikuti pendidikan. 4 Masih terdapat penduduk usia sekolah 7-12 tahun dengan motivasi belajarsekolah yang rendah disebabkan masih rendahnya aksesibilitas sekolah aspek geografis dan faktor budaya. 5. Angka Putus Sekolah SMPMTs Permasalahan Angka Putus Sekolah SMPMTs Sederajat pada bidang pendidikan bila dilihat dari aspek ketersediaan dan aspek pemanfaatan adalah sebagai berikut:

a. Aspek Ketersediaan

1 Masih lemahnya regulasi yang mengakomodir peserta didik miskin. 2 Belum optimalnya tata kelola pembiayaan penyelenggaraan pendidikan CSR dan dana partisipasi masyarakat. 3 Kurangnya perhatian dan pengawasan guru dan sekolah terhadap perilaku peserta didik, perkembangan tumbuh kembang anak dan pendidikan karakter anak. 4 Rendahnya cakupan Bantuan Siswa Miskin BSM.

b. Aspek Pemanfaatan

1 Pengawasan orang tua RTM terhadap perkembangan tumbuhkembang anak masih kurang dan lebih berkonsetrasi mencari nafkah untuk penghidupan keluarga. 2 Kondisi lingkungan pergaulan kurang mendukung motivasi dan minat belajar anak. 3 Rendahnya kemampuan ekonomi masyarakat berakibat antara lain anak usia sekolah terpaksa menjadi tulang punggung keluarga dan kemampuan memenuhi kebutuhan anak untuk mengikuti pendidikan Strategi Penanggulangan Kemiskinan Daerah SPKD Provinsi Jawa Tengah Tahun 2015-2018 IV-14 4 Masih terdapat penduduk usia sekolah 13 – 15 tahun dengan motivasi belajarsekolah yang rendah disebabkan masih rendahnya aksesibilitas sekolah aspek geografis dan faktor budaya. 6. Angka Melek Huruf Permasalahan Angka Melek Huruf AMH bila dilihat dari aspek ketersediaan dan aspek pemanfaatan adalah sebagai berikut: a. Aspek Ketersediaan 1 Belum sinkronnya data penduduk buta huruf antar instansi terkait. 2 Belum optimalnya kualitas, ketersediaan dan keterjangkauan pelayanan pemberantasan buta aksara. 3 Pelestarian warga belajar keaksaraan fungsional yang telah melek huruf belum optimal.

b. Aspek Pemanfaatan

1 Kondisi lingkungan masyarakat belum sepenuhnya mendukung program pemberantasan buta aksara. 2 Rendahnya kemampuan ekonomi masyarakat berakibat antara lain anak usia sekolah terpaksa menjadi tulang punggung keluarga dan kemampuan memenuhi kebutuhan anak untuk mengikuti pendidikan. 3 Letak lokasi Kelompok Belajar Masyarakat jauh dari masyarakat sasaran di ibukota kecamatan sehingga masyarakat di desa-desa di wilayah kecamatan tersebut enggan mengikuti program pemberantasan buta aksara. 4 Kesadaran masyarakat yang masih buta huruf untuk mengikuti penyelenggaraan pemberantasan buta aksara masih rendah. Strategi Penanggulangan Kemiskinan Daerah SPKD Provinsi Jawa Tengah Tahun 2015-2018 IV-15 V. BIDANG INFRASTRUKTUR DASAR 1. Akses Air Minum Layak Perkotaan Permasalahan Akses Air Minum Layak Perkotaan pada bidang infrastruktur dasar bila dilihat dari aspek ketersediaan dan aspek pemanfaatan adalah sebagai berikut:

a. Aspek Ketersediaan

1 Keterbatasan ketersediaan sumber air disebabkan antara lain karena kerusakan daerah hulu, eksploitasi air tanah yang berlebihan dan konversi lahan. 2 Belum optimalnya penyediaan jaringan air disebabkan antara lain oleh pembiayaan pemasangan jaringan masih mahal. 3 Belum optimalnya tata kelola penyaluran air. 4 Belum optimalnya kebijakan pemerintah dalam penyediaan air yang berpihak pada masyarakat miskin. 5 Lemahnya pengawasan penggunaan air non rumah tangga.

b. Aspek Pemanfaatan

1 Rendahnya kesadaran masyarakat dalam pemanfaatan air. 2 Meningkatnya kebutuhan air akibat bertambahnya jumlah penduduk baik dari fertilitas maupun urbanisasi. 3 Masih rendahnya tingkat kesadaran masyarakat terhadap ketentuan teknis pengelolaan air limbah grey and yellow water terutama jarak antara resapan air pembuangan grey watter dengan sumber air bersih. 2. Proporsi Rumah Tidak Layak Huni Permasalahan Proporsi Rumah Tidak Layak Huni pada bidang infrastruktur dasar bila dilihat dari aspek ketersediaan dan aspek pemanfaatan adalah sebagai berikut:

a. Aspek Ketersediaan

1 Belum optimalnya penanganan penyediaan rumah layak huni. 2 Belum optimalnya dukungan swadaya masyarakat. Strategi Penanggulangan Kemiskinan Daerah SPKD Provinsi Jawa Tengah Tahun 2015-2018 IV-16 3 Belum optimal peran swasta baik developer skala besar maupun skala kecil. 4 Keterbatasan penyediaan dan keterjangkauan pengadaan material. 5 Belum adanya kebijakan yang mengatur tentang penyediaan hunian bagi Masyarakat Berpenghasilan Rendah MBR di Provinsi Jawa Tengah. 6 Belum optimalnya penanganan di kawasan permukiman kumuh atau di kawasan permukiman liar. 7 Belum optimalnya komunikasi dua arah dengan masyarakat sebagai penerima program bantuan di dalam peningkatan kualitas rumah tidak layak huni maupun pembangunan rumah layak huni. 8 Masih terdapat rumah tidak layak huni karena tidak dapat mengakses sumber penerangan PLN.

b. Aspek Pemanfaatan

1 Belum sepenuhnya masyarakat menghendaki kepemilikan rumah layak huni. 2 Rendahnya kemampuan ekonomi. 3 Belum adanya pemberdayaan perekonomian masyarakat yang bertujuan untuk mengalokasikan biaya untuk perbaikan rumah atau pembangunan rumah layak huni tanpa secara swadaya. 4 Belum optimalnya koordinasi masyarakat sebagai penerima bantuan program untuk saling bekerjasama di dalam peningkatan kualitas rumah tidak layak huni maupun pembangunan rumah layak huni dengan menggunakan pola pengadaan informal. 5 Masih rendahnya tingkat kesadaran masyarakat yang tinggal di rumah tidak layak huni terkait dengan kondisi sanitasi dan pembuangan akhir sanitasi yang tidak layak. Strategi Penanggulangan Kemiskinan Daerah SPKD Provinsi Jawa Tengah Tahun 2015-2018 IV-17 VI. BIDANG KETAHANAN PANGAN 1. Menyediakan Produksi Pangan Permasalahan pertanian pada bidang ketahanan pangan bila dilihat dari beberapa aspek adalah sebagai berikut: a. Aspek Ketersediaan 1 Belum adanya definisi petani. 2 Belum adanya database petani. 3 Petani belum memiliki identitas hukum. 4 Belum adanya jaminan harga yang layak bagi petani. UU No. 19 tahun 2013 belum diimplementasikan. 5 Belum adanya Perusahaan Daerah yang membeli produk pangan petani ketika panen raya. 6 Subsidi masih diarahkan untuk pupuk. Sebaiknya subsidi diarahkan untuk output atau hasil produksi. 7 Belum adanya aturan mengenai tata niaga pertanian yang adil. 8 Belum ada kebijakan kompensasi bagi petani. 9 Kebijakan mengenai pengurangan alih fungsi lahan belum berhasil. 10 Kebijakan pemanfaatan lahan pekarangan belum secara masif dilaksanakan. 11 Belum adanya pemanfaatan teknologi pertanian modern spesifik lokasi oleh pemerintah dari sumber-sumber teknologi. 12 Belum adanya kebijakan untuk menyediakan penelitian dan pengembangan pertanian. 13 Kurangnya peran pemerintah dalam pemanfaatan tenaga ahli pertanian terutama dari lembaga riset dan teknologi. 14 Belum optimalnya aksesibiltas jalan, irigasi, energi, air, transportasi, pasar. 15 Ketersediaan embung masih kurang. 16 Pemerintah belum mendorong secara maksimal munculnya usaha pertanian dari sisi hulu seperti bibit, pupuk, alsintan Strategi Penanggulangan Kemiskinan Daerah SPKD Provinsi Jawa Tengah Tahun 2015-2018 IV-18 dan dari sisi hilir seperti pengolahan, perdagangan dan agrowisata. 17 Kebijakan mengenai integrated farming system belum berjalan maksimal. 18 Kurangnya ketersediaan lumbung pangangudang penyimpanan hasil pertanian yang layak. 19 Bantuan peralatan tidak sesuai kemampuan SDM dan kebutuhan. 20 Belum ada kejelasan status buruh tani sebagai pekerja. 21 Pemerintah belum memanfaatkan pedagang sebagai important intermediary. Selama ini pedagang malah dimusuhi.

b. Aspek Pemanfaatan

1 Petani hanya sebegai penerima harga. Sebagai produsen, seharusnya petani sebagai penentu harga. Yang terjadi adalah pada saat panen harga jatuh, pada saat paceklik ada operasi pasar dari pemerintah. 2 Usaha pertanian masih kecil sekali dan terpencar-pencar, petani masih sulit bersatu. 3 Biaya produksi masih tinggi sehingga produk tidak dapat bersaing. Penggunaan pupuk belum tepat. 4 Masih tingginya angka kehilangan hasil. 5 Kualitas.dan kuantitas SDM pada sektor pertanian masih rendah. 6 Produktivitas Tenaga Kerja Pertanian masih rendah. 7 Upah tenaga kerja pertanian masih rendah. 8 Semakin berkurangnya minat generasi muda di sektor pertanian. 9 Kelembagaan petani masih bersifat sosial, belum memiliki budaya bisnis dan usaha. 10 Kelembagaan petani masih sendiri-sendiri dan kecil-kecil. 11 Sebagian besar usaha pertanian masih bersifat sole propriertorship farming, belum partnership farming, apalagi corporate farming. Strategi Penanggulangan Kemiskinan Daerah SPKD Provinsi Jawa Tengah Tahun 2015-2018 IV-19 12 Penerapatan teknologi pertanian precision agriculture masih kurang intensif. 13 Tingginya biaya operasional alat mesin pertanian. 14 Kurangnya pemanfaatan hasil riset bidang pertanian. 15 Kurangnya kesadaran untuk menggunakan pupuk dan benih yang berkualitas. 16 Keterbatasan lahan pertanian yang produktif. 17 Petani mengalami kesulitan air terutama dimusim kemarau dan bajir di musim penghujan. 18 Berkurangnya kearifan lokal dalam mendukung produktivitas. 19 Belum terintegrasinya sistem pola tanam yang baik dan benar. 20 Belum sepenuhnya petani melaksanakan integrated farming system. 21 Belum memadainya sarana dan prasarana pertanian yang berkualitas. 22 Kurangnya minat dan pemahaman petani tentang mekanisme resi gudang tunda jual. 23 Terjadi puso pada musim-musim tertentu. 2. Ketersediaan Pangan Permasalahanketersediaan pangan pada bidang ketahanan pangan bila dilihat dari beberapa aspek adalah sebagai berikut: a. Aspek Ketersediaan 1 Belum adanya data yang pasti mengenai warga miskin. 2 Belum ada kebijakan untuk memberikan kompensasi kepada warga miskin tatkala harga pangan naik. 3 Belum optimalnya Sistem Resi Gudang SRG. 4 Terbatasnya jumlah gudang cadangan pangan. 5 Belum adanya mekanisme pengendalian distribusi produksi beras. 6 Panjangnya rantai distribusi. Strategi Penanggulangan Kemiskinan Daerah SPKD Provinsi Jawa Tengah Tahun 2015-2018 IV-20 7 Operasi pasar dinikmati juga oleh warga mampu serta merugikan petani sehingga perlu diganti dengan pemberian kompensasi kepada warga miskin saja. 8 Warga yang mampu semakin bertambah, namun pemerintah belum memiliki program dan kebijakan bagaimana melibatkan warga mampu dalam membantu mencukupi kebutuhan pangan bagi warga yang tidak mampu.

b. Aspek Pemanfaatan

1 Beras masih menjadi makanan utama. 2 Rendahnya diversifikasi pangan masyarakat. 3 Banyak warga miskin yang belum menikmati bantuan raskinrastra beras masyarakat sejahtera. 4 Kemiskinan kultural sikap mental merasa miskin. 5 Terbatasnya jumlah subsidi bahan Kebutuhan Pokok Masyarakat KEPOKMAS. 6 Pendapatan masyarakat miskin rendah. 7 Warga belum banyak memanfaatkan pekarangan dan halaman rumahnya untuk mencukupi kebutuhan pangannya. 8 Petani dan buruh tani tidak memiliki usaha lainnya. 9 Rendahnya daya juang petani untuk meningkatkan pendapatan. 10 Budaya gotong royong dalam masyarakat semakin menurun. 11 Ada potensi warga mampu atau kaya yang mencukupi kebutuhan warga miskin. Potensi ini belum digali dan belum dimanfaatkan. 12 Berkurangnya kecintaan terhadap budaya lokal. 13 Belum optimalnya sistem atau tata kelola dalam pengendalian inflasi daerah peningkatan peran Tim Pemantauan dan Pengendalian Inflasi DaerahTPID dan Bulog. 14 Belum optimalnya peran dan fungsi KUD dalam tataniaga komoditas pangan. Strategi Penanggulangan Kemiskinan Daerah SPKD Provinsi Jawa Tengah Tahun 2015-2018 IV-21 B. ANALISIS PRIORITAS WILAYAH INTERVENSI Analisis prioritas wilayah intervensi bertujuan untuk menentukan wilayah KabupatenKota mana yang memiliki kondisi “kritis” daerah prioritas yang perlu segera mendapatkan intervensi berdasarkan kondisi atau performance indikator utama dan indikator pendukung. Analisis wilayah intervensi ini menggunakan teknik analisis kuadran, dengan mempersandingkan antara dua indikator indikator x dan indikator y yang memiliki keterkaitanhubungan. Analisis ini dapat membantu Daerah dalam menetapkan wilayah prioritas intervensi kebijakan, sehingga kebijakan yang diambil lebih efektif dan tepat sasaran. Prioritas wilayah intervensi berdasarkan prioritas intervensi bidang, sebagai berikut:

1. KEMISKINAN KONSUMSI

Prioritas wilayah intervensi bidang kemiskinan konsumsi berdasarkan prioritas intervensi bidang, yaitu Indeks Keparahan Kemiskinan P2 sebagai berikut:  Prioritas 1 12 kab. : Kabupaten Wonosobo, Kebumen, Rembang, Brebes, Purbalingga, Pemalang, Banjarnegara, Banyumas, Sragen, Klaten, Grobogan dan Blora  Prioritas 2 5 kab. : Kabupaten Demak, Cilacap, Purworejo, Wonogiri dan Magelang  Prioritas 3 3 kab. : Kabupaten Karanganyar, Boyolali dan Batang  Prioritas 4 15 kab.kota : Kabupaten Pekalongan, Pati, Kendal, Temanggung, Tegal, Sukoharjo, Jepara, Semarang, Kudus, Kota Surakarta, Magelang, Tegal, Pekalongan, Salatiga dan Semarang Secara rinci prioritas wilayah intervensi indikator Indeks Keparahan Kemiskinan P2 dapat dilihat pada Gambar 4.1. Strategi Penanggulangan Kemiskinan Daerah SPKD Provinsi Jawa Tengah Tahun 2015 Prioritas Wilayah Persentase Penduduk Miskin P0 Terhadap Sumber : BPS Provinsi Jawa Tengah Prioritas wilayah intervensi berdasarkan prioritas kemiskinan non konsumsi, sebagai berikut:

1. KETENAGAKERJAAN 1 Tingkat Pengangguran Terbuka TPT

Prioritas wilayah intervensi sebagai berikut:  Prioritas 1  Prioritas 2  Prioritas 3  Prioritas 4 Kab. Jepara Kota Magelang Kota Salatiga Kota Semarang Kota Pekalongan 0.00 0.20 0.40 0.60 0.80 1.00 1.20 1.40 5.00 7.00 In de ks K ep ar ah an K em is ki na n P 2 Strategi Penanggulangan Kemiskinan Daerah SPKD Provinsi Jawa Tengah Tahun 2015-2018 Gambar 4. 1 Prioritas Wilayah Persentase Penduduk Miskin P0 Terhadap Indeks Keparahan Kemiskinan P2 Provinsi Jawa Tengah Provinsi Jawa Tengah, diolah Prioritas wilayah intervensi berdasarkan prioritas kemiskinan non konsumsi, sebagai berikut: KETENAGAKERJAAN Tingkat Pengangguran Terbuka TPT Prioritas wilayah intervensi sebagai berikut: : Kabupaten Cilacap, Magelang, Sragen, Pemalang dan Brebes : Kabupaten Banyumas, Purbalingga, Banjarnegara, Kebumen, Purworejo, Wonosobo, Klaten, Wonogiri, Grobogan, Blora, Rembang dan Demak : Kabupaten. Pati, Kendal, Batang, Kota Magelang, Surakarta, Semarang : Kabupaten Boyolali, Sukoharjo, Kudus, Jepara, Semarang, Temanggung, Kota Salatiga dan Pekalongan Kab. Cilacap Kab. Banjarnegara Kab. Purworejo Kab. Magelang Kab. Boyolali Kab. Klaten Kab. Sukoharjo Kab. Wonogiri Kab. Karanganyar Kab. Sragen Kab. Grobogan Kab. Blora Kab. Pati Kab. Kudus Kab. Jepara Kab. Demak Kab. Semarang Kab. Temanggung Kab. Kendal Kab. Batang Kab. Pekalongan Kab. Tegal Kota Magelang Kota Surakarta Kota Pekalongan Kota Tegal 9.00 11.00 13.00 15.00 17.00 19.00 Tingkat Kemiskinan IV-22 Prioritas Wilayah Persentase Penduduk Miskin P0 Kemiskinan P2 Prioritas wilayah intervensi berdasarkan prioritas intervensi bidang Cilacap, Magelang, Sragen, Pemalang Banyumas, Purbalingga, Banjarnegara, Kebumen, Purworejo, Wonosobo, Klaten, Wonogiri, Demak Pekalongan, Tegal, Kota Magelang, Surakarta, Semarang dan Tegal Boyolali, Sukoharjo, Karanganyar, Kudus, Jepara, Semarang, Temanggung, Kota Kab. Banyumas Kab. Purbalingga Kab. Banjarnegara Kab. Kebumen Kab. Wonosobo Kab. Rembang Kab. Pemalang Kab. Brebes 19.00 21.00 23.00 Strategi Penanggulangan Kemiskinan Daerah SPKD Provinsi Jawa Tengah Tahun 2015 Terhadap 2 Laju Pertumbuhan PDB Per Tenaga Kerja Prioritas wilayah intervensi sebagai berikut:  Prioritas 1  Prioritas 2  Prioritas 3  Prioritas 4 Kab. Kudus Kab. Semarang Kab. Temanggung Kab. Tegal Kota Magelang Kota Surakarta Kota Salatiga Kota Semarang Kota Pekalongan Kota Tegal 3.00 4.00 5.00 6.00 7.00 8.00 9.00 10.00 5.00 7.00 9.00 Ti ngk at P en ga ng gu ra n Te rb uk a Strategi Penanggulangan Kemiskinan Daerah SPKD Provinsi Jawa Tengah Tahun 2015-2018 Gambar 4. 2 Prioritas Wilayah Tingkat Kemiskinan Terhadap Tingkat Pengangguran Terbuka Provinsi Jawa Tengah 2014 Laju Pertumbuhan PDB Per Tenaga Kerja Prioritas wilayah intervensi sebagai berikut: : Kabupaten. Banyumas, Banjarnegara, Kebumen, Wonosobo, Magelang, Wonogiri, Grobogan, Demak dan Pemalang : Kabupaten Cilacap, Purbalingga, Purworejo, Klaten, Sragen, Blora, Rembang dan Brebes : Kabupaten. Sukoharjo, Kudus, Jepara, Semarang, Temanggung, Kendal, Batang, Tegal, Kota Semarang dan Pekalongan : Kabupaten. Boyolali, Karanganyar, Kota Magelang, Surakarta, Salatiga Kab. Cilacap Kab. Purbalingga Kab. Banjarnegara Kab. Purworejo Kab. Magelang Kab. Boyolali Kab. Klaten Kab. Sukoharjo Kab. Wonogiri Kab. Karanganyar Kab. Sragen Kab. Grobogan Kab. Blora Kab. Pati Kab. Jepara Kab. Demak Kab. Semarang Kab. Temanggung Kab. Kendal Kab. Batang Kab. Pekalongan Kab. Pemalang Kab. Tegal Kota Magelang Kota Surakarta 9.00 11.00 13.00 15.00 17.00 19.00 Tingkat Kemiskinan IV-23 Tingkat Kemiskinan Tingkat Pengangguran Terbuka . Banyumas, Banjarnegara, Kebumen, Wonosobo, Magelang, Wonogiri, Grobogan, Demak Cilacap, Purbalingga, Purworejo, Klaten, Brebes . Sukoharjo, Kudus, Jepara, Semarang, Batang, Tegal, Kota Semarang . Boyolali, Karanganyar, Pati, Pekalongan, Kota Magelang, Surakarta, Salatiga dan Tegal Kab. Banyumas Kab. Purbalingga Kab. Banjarnegara Kab. Kebumen Kab. Wonosobo Kab. Rembang Kab. Pemalang Kab. Brebes 21.00 23.00 25.00 Strategi Penanggulangan Kemiskinan Daerah SPKD Provinsi Jawa Tengah Tahun 2015 Terhadap

2. KESEHATAN 1 Angka Kematian Ibu

Prioritas wilayah intervensi sebagai berikut:  Prioritas 1  Prioritas 2  Prioritas 3  Prioritas 4 Kab. Sukoharjo Kab. Kudus Kab. Jepara Kab. Semarang Kab. Tegal Kota Magelang Kota Surakarta Kota Salatiga Kota Semarang Kota Pekalongan Kota Tegal -8.50 -3.50 1.50 6.50 11.50 5.00 7.00 9.00 La ju p er tu m bu ha n PD RB p er te na ga k er ja Strategi Penanggulangan Kemiskinan Daerah SPKD Provinsi Jawa Tengah Tahun 2015-2018 Gambar 4. 3 Prioritas Wilayah Tingkat Kemiskinan Terhadap Laju Pertumbuhan PDB Per Tenaga Kerja Provinsi Jawa Tengah 2014 Angka Kematian Ibu Melahirkan AKI Prioritas wilayah intervensi sebagai berikut: : Kabupaten. Wonogiri : Kabupaten. Cilacap, Banyumas Banjarnegara, Kebumen, Purworejo Magelang, Klaten, Sragen, Grobogan Rembang, Demak, Pemalang dan Brebes : Kabupaten. Temanggung, Kendal Pekalongan, Kota Magelang, Semarang dan Tegal : Kabupaten. Boyolali, Sukoharjo, Kudus, Jepara, Semarang, Tegal dan Salatiga Kab. Cilacap Kab. Banyumas Kab. Banjarnegara Kab. Purworejo Kab. Magelang Kab. Boyolali Kab. Klaten Kab. Sukoharjo Kab. Wonogiri Kab. Karanganyar Kab. Sragen Kab. Grobogan Kab. Blora Kab. Pati Kab. Demak Kab. Temanggung Kab. Kendal Kab. Batang Kab. Pekalongan Kab. Pemalang Kab. Tegal Kota Magelang Kota Surakarta 9.00 11.00 13.00 15.00 17.00 19.00 Tingkat Kemiskinan IV-24 Tingkat Kemiskinan Laju Pertumbuhan PDB Per Tenaga Kerja Banyumas, Purbalingga, Purworejo, Wonosobo, Grobogan, Blora, Brebes Kendal, Batang, Semarang, Pekalongan Karanganyar, Pati, Tegal, Kota Surakarta Kab. Banyumas Kab. Purbalingga Kab. Banjarnegara Kab. Kebumen Kab. Wonosobo Kab. Rembang Kab. Pemalang Kab. Brebes 21.00 23.00 25.00 Strategi Penanggulangan Kemiskinan Daerah SPKD Provinsi Jawa Tengah Tahun 2015 Terhadap Angka Kematian Ibu Melahirkan AKI 2 Prevalensi Balita Kekurangan Gizi  Gizi Buruk Prioritas wilayah intervensi sebagai berikut:  Prioritas 1  Prioritas 2  Prioritas 3  Prioritas 4 Kab. Kudus Kab. Jepara Kab. Semarang Kota Magelang Kota Salatiga Kota Semarang Kota Pekalongan 0.00 50.00 100.00 150.00 200.00 250.00 300.00 5.00 7.00 An gk a Ke m at ia n Ib u M el ah irk an P er 1 00 .0 00 K el ah ira n Hi du p Strategi Penanggulangan Kemiskinan Daerah SPKD Provinsi Jawa Tengah Tahun 2015-2018 Gambar 4. 4 Prioritas Wilayah Tingkat Kemiskinan Terhadap Angka Kematian Ibu Melahirkan AKI Provinsi Jawa Tengah 2014 Prevalensi Balita Kekurangan Gizi Gizi Buruk Prioritas wilayah intervensi sebagai berikut: Prioritas 1 : Kabupaten Cilacap, Banjarnegara Wonogiri, Blora, Rembang dan Prioritas 2 : Kabupaten Banyumas, Purbalingga Wonosobo, Magelang, Klaten Demak dan Pemalang Prioritas 3 : Kabupaten Jepara, Semarang Tegal, Kota Magelang, Kota Pekalongan Tegal Prioritas 4 : Boyolali, Sukoharjo, Karanganyar Temanggung, Kendal, Kota Surakarta Semarang Kab. Cilacap Kab. Banyumas Kab. Banjarnegara Kab. Purworejo Kab. Magelang Kab. Boyolali Kab. Klaten Kab. Sukoharjo Kab. Wonogiri Kab. Karanganyar Kab. Sragen Kab. Grobogan Kab. Blora Kab. Pati Kab. Jepara Kab. Demak Kab. Temanggung Kab. Kendal Kab. Batang Kab. Pekalongan Kab. Pemalang Kab. Tegal Kota Magelang Kota Surakarta Kota Tegal 9.00 11.00 13.00 15.00 17.00 19.00 Tingkat Kemiskinan IV-25 Prioritas Wilayah Tingkat Kemiskinan Terhadap Angka Kematian Ibu Melahirkan AKI Banjarnegara, Purworejo, dan Brebes Purbalingga, Kebumen, Klaten, Sragen, Grobogan, Semarang, Batang, Pekalongan, Kota Pekalongan dan Kota Karanganyar, Pati, Kudus, Kota Surakarta, Salatiga dan Kab. Banyumas Kab. Purbalingga Kab. Kebumen Kab. Wonosobo Kab. Rembang Kab. Pemalang Kab. Brebes 21.00 23.00 25.00