Hasil Identifikasi Tumbuhan Hasil Skrining Fitokimia Hasil Analisis Aktivitas Antioksidan EEBP Metode β-Karoten-Asam

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Identifikasi Tumbuhan

Hasil identifikasi tumbuhan yang diteliti di Herbarium Bogoriense, Bidang Botani Pusat Penelitian Biologi-LIPI Bogor adalah sampel buah paprika merah, kuning, dan hijau termasuk suku Solanaceae, jenis Capsicum annum L. cv.group grossum. 4.2 Hasil Karakteristik Simplisia 4.2.1 Pemeriksaan makroskopik buah paprika Hasil pemeriksaan makroskopik buah paprika adalah memiliki bentuk seperti tomat, dengan permukaan mengkilat, bergelombang besar atau bersegi- segi sangat jelas. Buah paprika berongga pada bagian dalamnya. Ukuran buah bervariasi, ada yang berukuran besar, panjang atau pendek. Warna paprika yaitu merah, kuning dan hijau dengan rasa agak manis, dan tidak terlalu pedas. Ketiganya memiliki bau yang khas seperti cabe.

4.2.2 Pemeriksaan makroskopik simplisia buah paprika

Hasil pemeriksaan simplisia buah paprika merah adalah simplisia berwarna merah kecoklatan, simplisia buah paprika kuning diperoleh simplisia berwarna kuning kehitaman dan simplisia buah paprika hijau adalah simplisia berwarna hijau kecoklatan. Ketiga simplisia memiliki bau yang khas yaitu seperti cabe dan memiliki permukaan yang kasar.

4.2.3 Pemeriksaan mikroskopik serbuk simplisia buah paprika

Pemeriksaan dilakukan terhadap serbuk simplisia buah paprika hijau, paprika merah dan paprika kuning. Hasil pemeriksaan mikroskopik ketiga Universitas Sumatera Utara simplisia tidak jauh berbeda, yaitu menunjukkan adanya sel parenkim, pembuluh kayu, sel endokarp, dan tetes-tetes minyak.

4.2.4 Hasil pemeriksaan karakteristik serbuk simplisia dan ekstrak etanol

Hasil pemeriksaan kadar air, kadar sari larut dalam air, kadar sari larut dalam etanol, kadar abu total dan kadar abu yang tidak larut asam dapat dilihat pada Tabel 4.1. Tabel 4.1 Hasil pemeriksaan karakteristik simplisia buah paprika No. Parameter Hasil Merah Kuning Hijau 1. Kadar air 7,98 7,98 5,98 2. Kadar sari larut dalam air 37,39 43,98 39,42 3. Kadar sari larut dalam etanol 25,85 24,53 28,55 4. Kadar abu total 6,82 6,20 6,86 5. Kadar abu tidak larut dalam asam 1,60 0,97 0,87 Berdasarkan Tabel 4.1 di atas diperoleh kadar air simplisia buah paprika merah, kuning dan hijau berturut-turut adalah 7,98; 7,98; 5,98. Hal ini telah memenuhi persyaratan yang tertera yaitu syarat kadar air untuk simplisia buah adalah ≤ 8 Ditjen POM, 1985. Hasil pemeriksaan kadar sari larut dalam air, simplisia buah paprika kuning memiliki persentase yang lebih tinggi yaitu sebesar 43,98. Hal ini karena buah paprika kuning mengandung senyawa-senyawa larut dalam air seperti protein dan karbohidrat yang lebih banyak dibandingkan dengan buah paprika merah dan hijau. Buah paprika merah, kuning dan hijau secara berturut-turut memiliki protein sebesar 0,99 g; 1 g; 0,86 g. Senyawa-senyawa yang dapat larut dalam air adalah glikosida, gula, gom, protein, enzim, zat warna dan asam organik Arnita, 2012; Depkes RI, 1995. Penetapan kadar sari yang larut dalam etanol menyatakan jumlah zat yang tersari dalam pelarut etanol seperti Universitas Sumatera Utara glikosida, antrakinon, steroid, flavonoid, klorofil dan dalam jumlah sedikit yang larut yaitu lemak dan saponin Depkes RI, 1995. Tujuan penetapan kadar abu adalah untuk mengetahui kandungan senyawa anorganik dalam simplisia misalnya Mg, Ca, Na, Zn dan K. Kadar abu tidak larut dalam asam untuk mengetahui kadar senyawa anorganik yang tidak larut dalam asam misalnya silikat WHO, 1998. Pada pemeriksaan ini, karakterisasi simplisia belum tertera didalam Materia Medika Indonesia MMI. Hasil pemeriksaan kadar air, kadar abu total dan kadar abu yang tidak larut asam dapat dilihat pada Tabel 4.2. Tabel 4.2 Hasil pemeriksaan karakteristik ekstrak etanol buah paprika No. Parameter Hasil Merah Kuning Hijau 1. Kadar air 21,29 20,52 19,24 2. Kadar abu total 5,44 4,72 5,04 3. Kadar abu tidak larut dalam asam 0,54 0,45 0,72 Berdasarkan Tabel 4.2 di atas, diperoleh kadar air ekstrak etanol buah paprika merah, paprika kuning, dan paprika hijau secara berturut-turut sebesar 21,29; 20,52; dan 19,24. Ekstrak kental extractum spissum memiliki kandungan air sampai 30, dan pada pemeriksaan ini kadar air ketiga jenis ekstrak etanol buah paprika telah memenuhi persyaratan yang telah ditentukan Voigt, 1994. Kadar air yang melebihi persyaratan memungkinkan terjadinya pertumbuhan jamur. Berdasarkan pada tabel di atas, dapat dilihat bahwa kadar abu total ekstrak etanol buah paprika merah lebih besar yaitu mencapai 5,44. Hal ini karena paprika merah memiliki kandungan senyawa-senyawa anorganik lebih banyak dibandingkan dengan buah paprika kuning dan hijau. Paprika merah mengandung tinggi senyawa anorganik seperti seng 0,25 mg, kalium 211 mg. paprika Universitas Sumatera Utara kuning mengandung seng 0,17 mg, kalium 212 mg dan paprika hijau mengandung seng 0,13 mg, kalium 175 mg Arnita, 2012.

4.3 Hasil Skrining Fitokimia

Hasil skrining fitokimia terhadap simplisia dan ekstrak etanol buah paprika merah, kuning dan hijau diketahui bahwa ketiga tanaman mengandung golongan senyawa-senyawa kimia seperti yang terlihat pada Tabel 4.3. Tabel 4.3 Hasil skrining fitokimia simplisia dan ekstrak etanol buah paprika merah, kuning dan hijau No. Pemeriksaan Hasil Paprika merah Paprika kuning Paprika hijau 1. Alkaloid - - - 2. Flavonoida + + + 3. Tanin - - - 4. Saponin - - - 5. Glikosida + + + 6. Glikosida antrakinon - - - 7. Steroida triterpenoida + + + Keterangan: + positif : mengandung golongan senyawa - negatif : tidak mengandung golongan senyawa Hasil yang diperoleh pada Tabel 4.3 di atas menunjukkan bahwa ketiga serbuk simplisia buah paprika baik merah, kuning dan hijau mengandung golongan senyawa kimia yang sama yaitu flavonoid, glikosida dan steroidtriterpenoid. Buah paprika memiliki potensi sebagai antioksidan, yaitu dengan adanya senyawa-senyawa yang mempunyai potensi sebagai antioksidan umumnya merupakan senyawa flavonoida Kumalaningsih, 2006. Senyawa flavonoid tersebut bertindak sebagai penangkap radikal bebas karena gugus hidroksil yang dikandungnya mendonorkan hidrogen kepada radikal bebas. Senyawa tersebut mampu menetralisir radikal bebas dengan memberikan elektron kepadanya sehingga atom dengan elektron yang tidak berpasangan mendapat pasangan elektron dan tidak lagi menjadi radikal Silalahi, 2006. Universitas Sumatera Utara

4.4 Hasil Analisis Aktivitas Antioksidan EEBP Metode DPPH

Hasil uji aktivitas antioksidan EEBP dengan metode pemerangkapan 1,1- diphenyl-2-picrylhidrazyl DPPH secara spektrofotometri dilakukan pengukuran pada panjang gelombang 516 nm. Larutan DPPH dalam metanol menghasilkan serapan maksimum pada panjang gelombang 516 nm, termasuk dalam kisaran panjang gelombang sinar tampak 400-750 nm Rohman, 2007.

4.4.1 Hasil Penentuan Panjang Gelombang Serapan Maksimum

Pengukuran serapan maksimum larutan DPPH 40 ppm dalam metanol dengan menggunakan spektrofotometer UV-Visibel. Data hasil pengukuran panjang gelombang maksimum dapat dilihat pada Gambar 4.1. Gambar 4 .1 Kurva serapan maksimum larutan DPPH 40 ppm dalam metanol secara spektrofotometri visibel Hasil pengukuran menunjukkan bahwa larutan DPPH dalam metanol menghasilkan serapan maksimum pada panjang gelombang 516 nm Molyneux, 2003.

4.4.2 Hasil Analisis Aktivitas Antioksidan

Aktivitas antioksidan ekstrak etanol dari buah paprika merah, paprika kuning dan paprika hijau diperoleh dari hasil pengukuran absorbansi DPPH pada menit ke-60 dengan adanya penambahan larutan uji dengan konsentrasi 50 ppm, Universitas Sumatera Utara 100 ppm, 200 ppm dan 400 ppm yang dibandingkan dengan kontrol DPPH tanpa penambahan larutan uji. Pada hasil analisis aktivitas antioksidan EEBP dapat dilihat adanya penurunan nilai absorbansi DPPH yang diberi larutan uji terhadap kontrol pada setiap kenaikan konsentrasi. Penurunan absorbansi DPPH dengan penambahan EEBP dapat dilihat pada Tabel 4.4, 4.5, dan 4.6 serta penurunan absorbansi DPPH dengan penambahan vitamin C dapat dilihat pada Tabel 4.7. Tabel 4.4 Penurunan absorbansi DPPH dengan penambahan ekstrak etanol buah Paprika Merah EEBPM menggunakan metode DPPH Larutan uji Konsentrasi ppm Absorbansi Pemerangkapan I II III I II III Rata- rata EEBPM 1,134 1,134 1,135 0,00 0,00 0,00 0,00 50 0,855 0,854 0,854 24,60 24,69 24,76 24,68 100 0,691 0,690 0,690 39,07 39,15 39,21 39,14 200 0,432 0,429 0,426 61,90 62,17 62,47 62,18 400 0,303 0,304 0,304 73,28 73,19 73,22 73,23 Tabel 4.5 Penurunan absorbansi DPPH dengan penambahan ekstrak etanol buah Paprika Kuning EEBPK menggunakan metode DPPH Larutan uji Konsentrasi ppm Absorbansi Pemerangkapan I II III I II III Rata- rata EEBPK 1,090 1,091 1,092 0,00 0,00 0,00 0,00 50 0,855 0,855 0,855 21,56 21,63 21,70 21,63 100 0,696 0,695 0,694 36,15 36,30 36,45 36,30 200 0,484 0,479 0,477 55,87 56,10 56,32 56,10 400 0,272 0,269 0,268 75,05 75,34 75,46 75,28 Tabel 4.6 Penurunan absorbansi DPPH dengan penambahan ekstrak etanol buah Paprika Hijau EEBPH menggunakan metode DPPH Larutan uji Konsentrasi ppm Absorbansi Pemerangkapan I II III I II III Rata- rata EEBPH 1,060 1,061 1,062 0,00 0,00 0,00 0,00 50 0,965 0,965 0,965 8,96 9,04 9,13 9,04 100 0,894 0,898 0,900 15,66 15,36 15,25 15,42 200 0,768 0,769 0,769 27,55 27,52 27,59 27,55 400 0,519 0,514 0,512 51,04 51,56 51,79 51,46 Universitas Sumatera Utara Tabel 4.7 Penurunan absorbansi DPPH dengan penambahan vitamin C menggunakan metode DPPH Larutan uji Konsentrasi ppm Absorbansi Pemerangkapan I II III I II III Rata- rata Vitamin C 1,007 1,008 1,009 0,00 0,00 0,00 0,00 1 0,858 0,860 0,863 14,80 14,68 14,47 14,68 2 0,696 0,697 0,698 30,88 30,85 30,82 30,85 4 0,408 0,410 0,412 59,48 59,33 59,17 59,33 8 0,044 0,044 0,044 95,63 95,63 95,64 95,63 Berdasarkan Tabel 4.4, 4.5, 4.6, dan 4.7 di atas dapat dilihat bahwa adanya penurunan nilai absorbansi DPPH yang diberi EEBPM, EEBPK dan EEBPH serta sebagai pembandingnya vitamin C pada setiap kenaikan konsentrasi. Penurunan absorbansi yang semakin besar menunjukkan aktivitas antioksidan yang semakin besar pula. Ekstrak etanol buah paprika merah memiliki penurunan yang paling besar, kemudian ekstrak etanol buah paprika kuning dan yang paling kecil adalah ekstrak etanol buah paprika hijau. Hal ini dikarenakan bahwa buah paprika merah memiliki pigmen karotenoid dengan aktivitas provitamin A yang lebih besar dari buah paprika kuning dan hijau. Total karotenoid dan β-karoten meningkat dengan bertambahnya tingkat kematangan buah paprika. Kadar capsaicin menurun dengan bertambahnya tingkat kematangan, sedangkan total karotenoidnya meningkat Nadeem, 2011. Penurunan nilai absorbansi terjadi karena larutan uji memerangkap DPPH dan pemerangkapan terjadi karena adanya transfer elektron atom hidrogen antioksidan kepada DPPH. Interaksi antioksidan dengan DPPH secara transfer elektron atom hidrogen kepada DPPH, akan menetralkan radikal bebas DPPH. Semua elektron pada radikal bebas DPPH menjadi berpasangan, akan ditandai dengan warna larutan yang berubah dari ungu tua menjadi kuning terang dan Universitas Sumatera Utara absorbansi pada panjang gelombang maksimumnya akan hilang Molyneux, 2004. Hubungan antara konsentrasi dengan persentase pemerangkapan radikal bebas DPPH ekstrak etanol buah paprika merah, paprika kuning dan paprika hijau dapat dilihat pada pada Gambar 4.2 dan untuk vitamin C dapat dilihat pada Gambar 4.3. 10 20 30 40 50 60 70 80 90 100 50 100 200 400 P em er a ng ka pa n D P P H Konsentrasi ppm EEBPM EEBPK EEBPH Keterangan: Gambar 4.2 Grafik Persentase Pemerangkapan DPPH versus Konsentrasi EEBPM, EEBPK dan EEBPH 10 20 30 40 50 60 70 80 90 100 1 2 4 8 P em er a ng ka pa n D P P H Konsentrasi ppm Vitamin C Keterangan: Gambar 4.3 Grafik Persentase Pemerangkapan DPPH versus Konsentrasi Vitamin C Universitas Sumatera Utara Berdasarkan Gambar 4.2 dan 4.3 di atas, dapat dilihat bahwa dengan peningkatan konsentrasi, maka terjadi peningkatan persentase pemerangkapan radikal bebas DPPH. Dengan meningkatnya konsentrasi, maka aktivitas pemerangkapan radikal DPPH semakin besar, sehingga dapat dianalogikan sebagai aktivitas antioksidan Rafi, 2013.

4.4.3 Hasil Analisis Nilai IC

50 Inhibitory Concentration Sampel Uji Nilai IC 50 diperoleh berdasarkan perhitungan persamaan regresi linier yang didapatkan dengan cara memplot konsentrasi larutan uji dan persen peredaman DPPH sebagai parameter aktivitas antioksidan, dimana konsentrasi sampel ppm sebagai absis sumbu X dan nilai inhibisi sebagai ordinat sumbu Y. Contoh perhitungan nilai IC 50 dapat dilihat pada Lampiran 14, halaman 100. Hasil persamaan regresi linier dan hasil analisis IC 50 yang diperoleh untuk ekstrak etanol buah paprika merah, paprika kuning dan paprika hijau dapat dilihat pada Tabel 4.8. Tabel 4.8 Hasil persamaan regresi linier dan hasil analisis IC 50 yang diperoleh dari ekstrak etanol buah paprika merah, paprika kuning, paprika hijau dan vitamin C Larutan Uji Persamaan regresi IC 50 ppm EEBPM Y = 0,1699X + 14,361 209,76 EEBPK Y = 0,1765X + 11,387 218,77 EEBPH Y = 0,2654X – 19,116 260,42 Vitamin C Y = 5,7364X + 22,889 4,73 Berdasarkan Tabel 4.8 di atas menunjukkan bahwa ekstrak etanol buah paprika baik merah, kuning maupun hijau memiliki aktivitas antioksidan yang sangat lemah, sedangkan vitamin C memiliki aktivitas antioksidan yang sangat kuat dengan nilai IC 50 sebesar 4,73 ppm. Hal ini dikarenakan bahwa vitamin C merupakan senyawa murni sedangkan EEBP masih berupa campuran beberapa senyawa Cahyono, 2012 sehingga perlu untuk dilakukan isolasi flavonoid. Universitas Sumatera Utara Berdasarkan hasil analisis diatas, diperoleh nilai IC 50 EEBPH lebih besar daripada EEBPM dan EEBPK yaitu sebesar 260,42 ppm. Hal ini berarti bahwa EEBPH membutuhkan konsentrasi yang lebih besar untuk dapat memerangkap radikal bebas DPPH sebesar 50. Dari ketiga sampel, yang paling tinggi aktivitas ant ioksidannya adalah paprika merah karena paprika merah memiliki β-karoten 5,4 mgg, capsanthin 8,0 mgg, kuersetin 34,0 mgg dan luteolin 11,0 mgg, paprika kuning memiliki kadar β-karoten 0,2 mgg, sedangkan paprika hijau tidak memiliki capsanthin dan kadar luteolin 2,0 mgg Nadeem, 2011. Semakin tinggi nilai IC 50 suatu sampel, maka semakin lemah sampel tersebut memerangkap radikal bebas sehingga memberikan aktivitas antioksidan yang lemah juga. Untuk lebih jelas dapat dilihat pada Tabel 4.9. Tabel 4.9 Kategori nilai IC 50 sebagai antioksidan No. Kategori Konsentrasi ppm 1. Sangat kuat 50 2. Kuat 50-100 3. Sedang 101-150 4. Lemah 151-200 Dikutip dari Mardawati, dkk., 2008. Kemampuan sampel uji dalam memerangkap 1,1-diphenyl-2- picrylhidrazyl DPPH sebagai radikal bebas dalam larutan metanol dengan nilai IC 50 konsentrasi sampel uji yang mampu memerangkap radikal bebas sebesar 50 digunakan sebagai parameter untuk menentukan aktivitas antioksidan sampel uji tersebut Prakash, 2001.

4.5 Hasil Analisis Aktivitas Antioksidan EEBP Metode β-Karoten-Asam

Linoleat Hasil uji aktivitas antioksidan ekstrak etanol buah paprika merah, kuning dan hijau dengan menggunakan metode β-karoten-asam linoleat didasarkan atas hilangnya warna β-karoten oleh adanya radikal bebas yaitu hidroperoksid yang Universitas Sumatera Utara berasal dari asam linoleat. β-karoten akan kehilangan sifatnya sebagai antioksidan karena terjadi proses oksidasi yang menyebabkan ikatan rangkap pada β-karoten berikatan dengan atom hidrogen dari salah satu gugus metilen dialil pada asam linoleat, sehingga β-karoten akan kehilangan gugus kromofor yang memberikan warna jingga. Intensitas warna β-karoten dapat diukur pada panjang gelombang 470 nm. Aktivitas antioksidan dari ekstrak etanol buah paprika merah, kuning dan hijau dapat dilihat pada Tabel 4.10, 4.11, dan 4.12. Tabel 4.10 Persentase Aktivitas Antioksidan Ekstrak Etanol Buah Paprika Merah EEBPM Dari Berbagai Konsentrasi Dengan Metode β- Karoten-Asam Linoleat Waktu menit Aktivitas Antioksidan EEBPM 1000 ppm EEBPM 2000 ppm EEBPM 3000 ppm BHT 100 ppm Kuersetin 100 ppm 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 15 30,25 31,36 34,22 44,99 41,87 30 41,10 37,83 40,38 60,42 59,50 45 46,13 41,45 42,26 68,51 55,76 60 36,75 53,57 57,05 65,17 52,07 75 31,73 48,67 54,09 62,14 47,16 90 31,74 40,99 46,91 58,38 37,69 105 27,99 32,23 33,80 53,07 33,78 120 25,63 27,44 30,77 44,97 33,24 Universitas Sumatera Utara Tabel 4.11 Persentase Aktivitas Antioksidan Ekstrak Etanol Buah Paprika Kuning EEBPK Dari Berbagai Konsentrasi Denga n Metode β- Karoten-Asam Linoleat Waktu menit Aktivitas Antioksidan EEBPK 1000 ppm EEBPK 2000 ppm EEBPK 3000 ppm BHT 100 ppm Kuersetin 100 ppm 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 15 26,00 27,66 31,64 44,99 41,87 30 29,41 32,76 34,45 60,42 59,50 45 34,84 39,80 41,26 68,51 55,76 60 38,08 36,87 35,74 65,17 52,07 75 31,71 35,22 34,08 62,14 47,16 90 28,58 31,13 30,29 58,38 37,69 105 26,66 26,77 29,74 53,07 33,78 120 25,71 25,10 28,75 44,97 33,24 Tabel 4.12 Persentase Aktivitas Antioksidan Ekstrak Etanol Buah Paprika Hijau EEBPH Dari Berbagai Konsentrasi Dengan Metode β-Karoten- Asam Linoleat Waktu menit Aktivitas Antioksidan EEBPH 1000 ppm EEBPH 2000 ppm EEBPH 3000 ppm BHT 100 ppm Kuersetin 100 ppm 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 15 25,72 27,66 31,64 44,99 41,87 30 27,76 32,76 34,45 60,42 59,50 45 31,66 39,80 41,26 68,51 55,76 60 36,13 36,87 35,74 65,17 52,07 75 34,42 35,22 34,08 62,14 47,16 90 30,04 31,13 30,29 58,38 37,69 105 26,34 26,77 29,74 53,07 33,78 120 24,68 25,10 28,75 44,97 33,24 Berdasarkan Tabel 4.10, 4.11, dan 4.12 tersebut dapat dilihat bahwa semakin tinggi konsentrasi sampel maka semakin tinggi pula persentase aktivitas antioksidannya, yaitu aktivitas antioksidan EEBP konsentrasi 3000 ppm EEBP 2000 ppm EEBP 1000 ppm. Persentase aktivitas antioksidan pembanding butil hidroksitoluena BHT kuersetin masing-masing dengan konsentrasi 100 ppm. Jika dibandingkan antara ketiga sampel dan pembanding butil hidroksitoluena BHT 100 ppm kuersetin 100 ppm EEBP 3000 ppm EEBP 2000 ppm EEBP 1000 ppm. Universitas Sumatera Utara Hubungan antara aktivitas antioksidan EEBPM, EEBPK, EEBPH, butil hidroksitoluena BHT, dan kuersertin dengan konsentrasi yang berbeda dapat dilihat Gambar 4.4, 4.5 dan 4.6. 10 20 30 40 50 60 70 80 15 30 45 60 75 90 105 120 Ak tivit a s An tio k sid a n M e to d e β -k ar ot en -as a m l in ol eat Waktu menit BHT 100 ppm Kuersetin 100 ppm EEBPM 1000 ppm EEBPM 2000 ppm EEBPM 3000 ppm Gambar 4.4 Grafik Persentase Aktivitas Antioksidan versus Waktu EEBPM, BHT dan Kuersetin 10 20 30 40 50 60 70 80 15 30 45 60 75 90 105 120 Ak tivit a s An tio k sid a n M e to d e β -k ar ot en -as a m l in ol eat Waktu menit BHT 100 ppm Kuersetin 100 ppm EEBPK 1000 ppm EEBPK 2000 ppm EEBPK 3000 ppm Gambar 4.5 Grafik Persentase Aktivitas Antioksidan versus Waktu EEBPK, BHT dan Kuersetin Universitas Sumatera Utara 10 20 30 40 50 60 70 80 15 30 45 60 75 90 105 120 Ak tivit a s An tio k sid a n M e to d e β -k ar ot en -as a m l in ol eat Waktu menit BHT 100 ppm Kuersetin 100 ppm EEBPH 1000 ppm EEBPH 2000 ppm EEBPH 3000 ppm Gambar 4.6 Grafik Persentase Aktivitas Antioksidan versus Waktu EEBPH, BHT dan Kuersetin Berdasarkan Gambar 4.4, 4.5, dan 4.6 terlihat bahwa dengan peningkatan konsentrasi, maka aktivitas antioksidannya juga meningkat yaitu aktivitas antioksidan EEBP 3000 ppm EEBP 2000 ppm EEBP 1000 ppm. Dari ketiga buah paprika tersebut, yang mempunyai aktivitas antioksidan besar adalah buah paprika merah, kemudian paprika kuning dan paprika hijau. Aktivitas antioksidan pembanding yang digunakan diperoleh hasil butil hidroksitoluena BHT 100 ppm lebih besar daripada kuersetin 100 ppm. Perbedaan kemampuan aktivitas antioksidan juga terlihat pada waktu dimana terjadinya aktivitas antioksidan maksimum. Pada EEBPM 3000 ppm kemampuan aktivitas antioksidan maksimumnya tercapai pada menit ke-60, EEBPK 3000 ppm kemampuan aktivitas antioksidan maksimumnya tercapai pada menit ke-60 sedangkan EEBPH 3000 ppm kemampuan aktivitas antioksidan maksimumnya tercapai pada menit ke-45. Perbedaan ini menunjukkan bahwa pada menit ke-45, EEBPH 3000 ppm tidak mampu lagi melindungi gugus kro mofor pada β-karoten sehingga terjadi proses oksidasi yang menyebabkan Universitas Sumatera Utara ikatan rangkap pada β-karoten berikatan dengan atom hidrogen dari salah satu gugus metilen dialil pada asam linoleat yang ditandai dengan pemucatan warna β- karoten Rosidah, et al., 2008. Data persentase aktivitas antioksidan dari ketiga ekstrak etanol buah paprika juga dianalisis secara stratistik dengan metode ANAVA lalu dilanjutkan uji Post Hoc LSD untuk melihat perbedaan yang nyata dari setiap sampel. Hasil analisis variansi menunjukkan adanya perbedaan yang signifikan dari sampel yang diuji dengan nilai signifikansi p 0,05. Hasil analisis statistik dapat dilihat pada Tabel 4.13. Tabel 4.13 Hasil analisis statistik EEBPM, EEBPK, EEBPH, BHT dan kuersetin Berdasarkan hasil analisis statistik diatas diperoleh bahwa terdapat perbedaan yang signifikan antara EEBPM, EEBPK, EEBPH, BHT, dan kuersetin dengan nilai signifikansi 0,000. Untuk mengetahui sampel mana yang mempunyai persen aktivitas antioksidan yang sama dapat dilihat analisis secara Tukey HSD pada tabel 4.14. Tabel 4.14 Hasil analisis statistik secara Tukey HSD Universitas Sumatera Utara Berdasarkan hasil analisis tersebut dapat dilihat bahwa tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara EEBPH konsentrasi 1000 ppm, 2000 ppm, 3000 ppm, EEBPK konsentrasi 1000 ppm, 2000 ppm, 3000 ppm, dan EEBPM konsentrasi 1000 ppm dengan nilai signifikansi 0,582. Berdasarkan data diatas tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara EEBPK konsentrasi 3000 ppm, EEBPH konsentrasi 3000 ppm, dan EEBPM konsentrasi 1000 ppm, 2000 ppm dengan nilai signifikansi 0,134. Berdasarkan data diatas tidak terdapat perbedaan yang signifikan pula antara EEBPM konsentrasi 2000 ppm, 3000 ppm dengan kuersetin konsentrasi 100 ppm dengan nilai signifikansi 0,135. Tetapi, jika semua sampel dibandingkan dengan pembanding BHT konsentrasi 100 ppm diperoleh hasil bahwa terdapat perbedaan yang signifikan. Diantara ketiga macam buah paprika tersebut, yang memiliki aktivitas antioksidan paling besar adalah buah paprika merah dengan konsentrasi 3000 ppm. Paprika merah memiliki pigmen karotenoid lebih banyak yang berguna sebagai pemerangkap radikal bebas. Konsentrasi berbanding lurus dengan aktivitas antioksidan, semakin tinggi konsentrasi maka aktivitas antioksidan suatu senyawa makin besar pula. Konstituen kimia dengan aktivitas antioksidan ditemukan pada tumbuhan dalam konsentrasi tinggi Velioglu, 1998. Universitas Sumatera Utara

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, maka kesimpulan dari penelitian ini adalah: a. Hasil karakterisasi simplisia buah paprika merah, paprika kuning, dan paprika hijau secara berturut-turut diperoleh kadar air 7,98, 7,98, 5,98, kadar sari larut air 37,39, 43,98, 39,42, kadar sari larut etanol 25,85, 24,53, 28,55, kadar abu total 6,82, 6,20, 6,86, dan kadar abu tidak larut asam 1,60, 0,97, 0,87. Hasil karakterisasi ekstrak etanol buah paprika merah, kuning dan hijau berturut-turut diperoleh kadar air 21,29; 20,52; 19,24, kadar abu total 5,44; 4,72; 5,04 dan kadar abu yang tidak larut dalam asam 0,54; 0,45; 1,60. b. Hasil skrining fitokimia ketiga simplisia buah paprika menunjukkan adanya senyawa kimia golongan flavonoid, glikosida dan steroidtriterpenoid. c. Hasil pengukuran aktivitas antioksidan metode pemerangkapan radikal bebas 1,1-diphenyl-2-picrylhydrazil DPPH, EEBP baik paprika merah, paprika kuning, dan paprika hijau menunjukkan kekuatan antioksidan yang sangat lemah. d. Nilai IC 50 EEBPM diperoleh 209,76 ppm, EEBPK diperoleh 218,77 ppm, EEBPH diperoleh 260,42 ppm dan vitamin C diperoleh 4,73 ppm dengan menggunakan DPPH. e. Hasil pengukuran aktivitas antioksidan metode β-karoten-asam linoleat diperoleh aktivitas antioksidan ekstrak etanol buah paprika merah EEBPM Universitas Sumatera Utara

Dokumen yang terkait

Karakterisasi Simplisia Dan Skrining Fitokimia Serta Uji Aktivitas Antioksidan Jus Buah Sirsak Dan Ekstrak Etanol Daun Sirsak

5 68 100

Karakterisasi Simplisia dan Skrining Fitokimia serta Uji Aktivitas Antioksidan Ekstrak Buah Tumbuhan Pare (Momordica charantia L.)

14 120 84

Karakterisasi Simplisia, Skrining Fitokimia Dan Uji Aktivitas Antioksidan Ekstrak Etanol Buah Goji Berry (Lycium barbarum L.)

15 84 92

Karakterisasi Simplisia dan Skrining Fitokimia serta Uji Aktivitas Antioksidan Ekstrak Ekstrak Etanol Buah Terong Lalap Ungu (Solanum melongena L).

17 74 78

Karakterisasi Simplisia dan Skrining Fitokimia serta Uji Aktivitas Antioksidan Ekstrak Ekstrak Etanol Buah Terong Lalap Ungu (Solanum melongena L).

8 35 78

Cover Karakterisasi Simplisia dan Skrining Fitokimia serta Uji Aktivitas Antioksidan Ekstrak Ekstrak Etanol Buah Terong Lalap Ungu (Solanum melongena L).

0 0 15

Abstract Karakterisasi Simplisia dan Skrining Fitokimia serta Uji Aktivitas Antioksidan Ekstrak Ekstrak Etanol Buah Terong Lalap Ungu (Solanum melongena L).

0 0 2

Reference Karakterisasi Simplisia dan Skrining Fitokimia serta Uji Aktivitas Antioksidan Ekstrak Ekstrak Etanol Buah Terong Lalap Ungu (Solanum melongena L).

0 0 4

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Uraian Tumbuhan - Karakterisasi Simplisia Dan Skrining Fitokimia Serta Uji Aktivitas Antioksidan Ekstrak Etanol Buah Paprika (Capsicum annum L. cv.group grossum)

0 0 18

Karakterisasi Simplisia Dan Skrining Fitokimia Serta Uji Aktivitas Antioksidan Ekstrak Etanol Buah Paprika (Capsicum annum L. cv.group grossum)

3 3 15