Simpul Transportasi Kota Pematang Siantar Route Angkutan Umum Kota Pematang Siantar Terminal Sarantama dalam Sistem Jaringan Transportasi Kota Pematang Siantar

4.1.3. Kondisi Transportasi Kota Pematang Siantar

1. Simpul Transportasi Kota Pematang Siantar

Berdasarkan data Dinas Perhubungan Kota Pematang Siantar menyebutkan simpul transportasi di Kota Pematang Siantar sebagai berikut : 1. Terminal angkutan umum antar kota dan internal kota Terminal Sarantama berlokasi di Tanjung Pinggir yang melayani pergerakan regional. 2. Terminal angkutan kota direncanakan di lokasi Pasar Dwikora dan Siantar Marihat. 3. Penyediaan sub Terminal di area Stasiun Kereta Api. 4. Penyediaan halte di Kawasan Pusat Kota.

2. Route Angkutan Umum Kota Pematang Siantar

Berdasarkan data dari Dinas Perhubungan Kota Pematang Siantar, pada tahun 2013 terdapat 33 perusahaan angkutan dengan 1522 kenderaan yang melayani 88 trayek di seluruh wilayah Kota Pematang Siantar. Dilihat dari trayek yang melayani angkutan penumpang, di Kota Pematang Siantar terdapat 20 trayek Angkutan Antar Kota Antar Propinsi AKAP dan Angkutan Kota Dalam Provinsi AKDP yang dilayani oleh 8 perusahaan angkutan dengan 218 armada kenderaan. Trayek AKAP ini melayani dari kota Medan – kota Pematang Siantar jalur lintas tengah - sampai kota yogyakarta. Angkutan kota di wilayah kota Pematang Siantar dan angkutan pedesaan ANGDES melayani 68 trayek dengan 25 perusahaan yang mengoperasikan 1304 kenderaan dengan berbagai tipe dan kondisi. Universitas Sumatera Utara Table 4.1.3 Jumlah Perusahaan Angkutan di Kota Pematang Siantar No Jenis Pelayanan Jumlah Perusahaan Jumlah Trayek Jumlah Kendaraan 1 2 3 4 Angkutan Kota Akutan Desa ANGDES Angkutan AKDP AKAP Angkutan Taksi 13 12 8 - 40 28 20 - 1107 197 218 TOTAL 33 88 1522 Sumber : Dinas Perhubungan Kota Pematang Siantar, 2013

3. Terminal Sarantama dalam Sistem Jaringan Transportasi Kota Pematang Siantar

Terminal Sarantama adalah Terminal tipe A, dalam sistem jaringan transportasi perkotaan Kota Pematang Siantar berada di kawasan pusat kegiatan sekunder di Kecamatan Martoba, Kelurahan Tanjung Pinggir yang posisinya diantara jalan arteri primer lintas tengah dan arteri sekunder, yang mana penentuan lokasi tersebut sesuai dengan rencana tata ruang kota yang salah satunya bertujuan untuk mengatasi kepadatan lalu-lintas pada pusat kegiatan primer dan pengembangan pusat kegiatan sekunder. Sedangkan karakteristik Terminal dibagi 4 bagian yang terpisah, dalam arti masing-masing bagian mempunyai pintu masuk dan keluar sendiri, yaitu bagian I Terminal untuk bus angkutan Antar Kota Antar Propinsi AKAP, bagian II Terminal Universitas Sumatera Utara untuk bus Angkutan Antar Kota Dalam Propinsi AKDP, bagian III Angkutan Desa ANGDES dan Angkutan Kota ANGKOT dan bagian IV untuk Terminal Taksi, dimana luas keseluruhan area parkir 8035.15 m2 dengan luas parkir AKAP 1258.00 m2 + luas parkir AKDP 3288.00 m2 + luas parkir ANGDES - ANGKOT 2958.15 m2 + luas parkir Taksi 491.40 m2. Jalan aksess masuk internal Terminal untuk AKAP dan AKDP lebar badan jalan 12 m’ dan ANGDES - ANGKOT - Taksi lebar badan jalan 7 m’. Sebagai jalan aksess dari ke Terminal terdapat ruas jalan AMD disebelah depan pintu masuk – keluar dengan lebar 14 m’ dan pengaturan arus lalu lintas sistem dua arah. Sesuai dengan Rencana Umum Tata Ruang Kota Pematang Siantar kawasan sekitar Terminal Sarantama akan dipergunakan sebagai pusat kegiatan sekunder pusat pendidikan, industri, rekreasi, permukiman dan pertanian yang mana pada saat ini kondisi kawasan tersebut masih belum berkembang dapat dikatakan masih sepi. 4.1.4. Sejarah dan Romantika Terminal Sukadame Siantar Terminal Sukadame sebelum dibangun tahun 70-an, adalah rawa-rawa yang sering dijadikan sebagai tempat pembuangan sampah. Namun karena lokasinya dianggap strategis, Pemerintah Kota Siantar meliriknya untuk dijadikan sebagai terminal. Saat itu di Siantar telah ada dua terminal, yaitu terminal di Jalan Patuan Nagari dan di Jalan Pantoan. Laurimba Saragih yang saat itu menjabat Walikota Siantar menyatukan kedua terminal dengan membangun sebuah terminal yang terbilang megah. Terminal yang dibangun di Kelurahan Sukadame, Kecamatan Siantar Utara itu kemudian dinamai Terminal Sukadame Kota Siantar. Universitas Sumatera Utara Dibangunnya terminal di daerah itu mendatangkan rezeki bagi warga setempat sering disebut sebagai warga par Parluasan. Banyaknya angkutan umum yang melewati terminal itu membuka lowongan pekerjaan bagi warga Parluasan. Banyak warga yang bekerja di sekitar terminal sebagai pedagang, supir, agen bus, atau tukang semir sepatu. Warga dari daerah lainnya pun mulai berdatangan untuk mengadu nasib di tempat itu. Geliat ekonomi yang cukup pesat kemudian menimbulkan persaingan untuk memperebutkan daerah kekuasaan. Misalnya untuk menjadi penguasa sektor bongkar muat barang, perebutan mandor bus, hingga menjadi ketua tukang semir. Perkelahian demi perkelahian pun kerap terjadi dalam perebutan itu. Untuk memenangkan persaingan, masing-masing pihak mulai membangun organisasi genk. Ngadu Purba, Jendam Damanik, Burhanudin Purba, Ramli Silalahi, serta beberapa orang lagi, bergabung dalam Organisasi Karvetri Karyawan Veteran Republik Indonesia. Mereka kemudian menguasai bongkar muat angkutan di seluruh Siantar. Kemudian Amir Damanik bersama Terem Sembiring, Rakyat, Nasib, dan beberapa nama lain, menguasai keamanan di sejumlah perusahaan yang saat itu mulai berkembang di Siantar. Selain itu, beberapa nama lainnya seperti Ater Siahaan, Dobur dan lainnya pun mulai bermunculan. Keberadaan mereka pun cukup disegani di dalam maupun di luar Kota Siantar. Universitas Sumatera Utara Seiring waktu, di antara sejumlah nama itu ada dua nama yakni Amir Damanik dan Ramli Silalahi yang muncul menjadi penguasa Siantar. Keduanya oleh masyarakat setempat sering disebut dengan julukan Singa Siantar. Mereka menjadi rival berat dalam perebutan kekuasaan di Siantar. Pertarungan antara keduanya selalu menjadi buah bibir. Saat tersiar kabar bahwa keduanya akan melakukan pertarungan di Terminal Sukadame, ribuan warga Siantar pasti berbondong-bondong datang untuk menyaksikannya. Setelah Amir Damanik terbunuh oleh beberapa musuhnya dan ditambah dengan munculnya penembak misterius petrus, nama-nama penguasa Siantar ini mulai jarang kedengaran. Beberapa di antaranya beralih profesi menjadi pengusaha, sedangkan sebagian lagi pergi meninggalkan Siantar. Terminal itu kemudian tak terkendali dan dikuasai preman-preman baru. Para pencopet sampai agen bus liar bermunculan dan menimbulkan keresahan bagi pengunjung terminal. Tak jarang warga yang hendak bepergian melalui terminal itu harus menangis karena seluruh uangnya hilang diambil copet. Sementara agen bus liar sering memaksa penumpang untuk menaiki bus tertentu dengan tarif yang dibuat sesukanya. Akibatnya, terminal mulai sepi karena penumpang enggan naik atau turun di tempat itu. Oleh warga dari daerah lain, Siantar kemudian disebut sebagai ’kota copet’. Warga Siantar yang berada di perantauan pun kena getahnya karena sering disebut sebagai copet. Keadaan itu berlangsung hingga pertengahan 1990 sebelum kepolisian melakukan operasi preman secara rutin. Pasca dipindahkannya terminal ke Tanjung Pinggir, Kecamatan Siantar Martoba, Oleh Walikota Siantar RE Siahaan, eks Terminal Sukadame kemudian Universitas Sumatera Utara dijadikan sebagai terminal sayur dan buah-buahan yang menampung hasil pertanian dari daerah sekitar. Transaksi perdagangan di tempat itu biasanya dilakukan pada malam hari. Untuk menunjang aktivitas perdagangan malam hari, Pemerintah Kota Siantar membangun lampu jalan untuk menerangi seluruh area terminal. Pada siang hari, eks terminal ini masih disibukkan oleh aktivitas awak bus yang enggan pindah ke Terminal Tanjung Pinggir “Walau telah berubah fungsi, namun segenap sejarah dan romantika yang terjadi terminal itu akan selalu menjadi kenangan bagi masyarakat Siantar,” ujar Mangatas Simanungkalit, Selasa 1011. Dia adalah salah satu pelaku sejarah yang pada tahun 70-an menjabat sebagai Ketua Kesatuan Aksi Pemuda Pelajar Indonesia KAPPI. Dia juga merupakan tokoh Eksponen 66. Eks Terminal Sukadame, lanjut Simanungkalit, merupakan saksi bisu tentang kerasnya kehidupan di Kota Siantar. Terminal itu telah melahirkan beberapa nama yang sukses sebagai pengusaha. Misalnya Ramli, Ater Siahaan, dan Dobur, yang menjadi kontraktor papan atas di Siantar. Sementara sejumlah nama lainnya menjadi orang yang sangat disegani di tanah rantau sumber : http:batakpos- online.comcontentview1176756 Universitas Sumatera Utara

4.2 Profil Informan