Kebijkan Pemerintah kota Dalam Pembangunan sarana Transportasi yang Tidak Partisipatif

padahalnya harga minyak kita sama namun tarif kita beda. Dan mengingat mahalnya harga minyak, oli, bahan-bahan keperluan perbaikan seperti separepart suku cadang yang mahal, lain lagi perawatan rutinnya, beruntung saya angkot ini punya saya sendiri. Bagaimana bila saya supir serap?? Berapa lagi yg saya bawa kerumah.”yazid Harahap, 30. Menurut Pak kocu berikut ini: “menurut saya, harusnya keputusan pak walikota hendaknya dipertimbangkan kembali agar kita sama-sama enak, penumpang tidak keberatan dan kita punya penghasilan yg cukup dari narik angkot ini. Semuanya mahal, minyak dalam sehari untuk angkot bisa mengkabiskan 10 liter lain lagi setoran, paling kami hanya bisa bawa pulang uang hnya kira- kira 40.000 rupiah perhari.” kocu,43. 4.4 Kebijakan Pemerintah Kota Untuk Merelokasi Terminal dalam hubungannya dengan Harapan Supir Angkutan Umum

4.4.1 Kebijkan Pemerintah kota Dalam Pembangunan sarana Transportasi yang Tidak Partisipatif

Pada dasarnya transportasi kota adalah kegiatan yang menghubungkan antara tata guna lahan satu dengan yang lainnya dalam suatu kota. Dalam perencanaan kota, perkembangan transportasi dan perkembangan kota tidak dapat diabaikan karena merupakan dua hal yang saling mendukung. Berkembangnya tata guna lahan dalam suatu kota merupakan salah satu sebab meningkatnya kebutuhan akan transportasi. Sebaliknya kebutuhan transportasi yang baik dan lancar akan mempercepat Universitas Sumatera Utara perkembangan tata guna lahan dalam suatu kota karena akan mempercepat pergerakan penduduk. Peningkatan aktivitas di Kota Pematangsiantar seiring dengan visi Kota Pematangsiantar menjadi kota perdagangan dan jasa perlu didukung oleh kemampuan sistem transportasi yang baik, karena Kota Pematangsiatar merupakan pintu gerbang arus pergerakan baik orang maupun barang yang datang. Pembangunan terminal angkutan umum regional yang dilakukan oleh pemerintah Kota Pematangsiantar diharapkan akan mampu memberikan solusi terhadap masalah- masalah yang muncul akibat perkembangan kegiatan transportasi di Kota Pematangsiantar, selain itu karena lokasi pembangunan terminal ini di wilayah pinggir kota dan merupakan wilayah perbatasan, keberadaan terminal diharapkan mampu untuk memacu perkembangan wilayah tersebut, namun seiring dengan perkembangannya setelah terminal tersebut dibangun dan difungsikan, kebanyakan pengguna angkutan umum tidak memanfaatkan terminal tersebut dengan baik, sehingga membuat perkembangan aktivitas yang ada di terminal kurang maksimal. Seperti kutipan wawancara dengan Fendi Siregar berikut ini: “menurut saya, kebijakan pemerintah kota pemtang siantar ini dalam hal pembangunan transportasi tidak jeli dalam melihat segala aspek. Pemerintah hanya memikirkan untuk pembangunan kota saja, tanpa melihat apa yang kami supirpengusaha angkutan butuhkan. Bila pemerintah mengeluarkan kebijakan untuk memindahkan terminal Parluasan ini, maka sediakan pula lah sarana penunjang lainnya seperti pasar dan pemukiman Sehingga sewa disana banyak. Lihatlah apa yg terjadi di Terminal Tanjung pinggir saat ini, apa yg ada di sana ? sepi, jauh, dan tak ada sewa.”Fendi Siregar,46. Universitas Sumatera Utara Disamping itu timbulnya penolakan Supir dan Pengguna angkutan umum dalam kota dan angkutan umum yang berasal dari luar Kota Pematang Siantar untuk menggunakan terminal tersebut mengakibatkan bangunan terminal yang sudah dibangun sedemikian baik menjadi terbengkalai dan terkesan tidak terurus, bangun-bangun seperti toilet, tempat karcis, sarana air bersih menjadi tidak terurus sehingga tidak menutup kemungkinan akan rusak karena tidak pernah digunakan. Seprti kutipan wawancara dengan bapak Gultom berikut ini: “Dengan kebijakan pemerintah merelokasi terminal sukadame ke terminal tanjung pinggir yang tidak lengkap sarana penunjangnya bagaimana kami bisa menyambung nyawa di sana. Penolakan kami ini terjadi juga karna keadaan. Dengan keadaan sperti saat ini saja kami sudah sulit untuk mengambil sewa karena lin lintas sudah bnyak yg bertumpang tindih. Apa lagi kami masuk ke terminal sarantama itu.. andai saja pemerintah juga menyediakan sarana penunjang yg lengkap seperti di bangunya pasarpajak di dekat dengan terminal dan pembukaan lahan untuk pemukinan penduduk sehingga suasana ekonomi di tanjung pinggir itu hidup. Pasti akan menguntungkan bagi semua pihak.”Gultom,43. Melihat keadaan dia atas, supirpengusaha angkutan umum beranggapan bahwa pembangunan yang dilakuakan pemerintah dalam merelokasi Terminal Sukadame dianggap tidak partisipatif dengan mengesampingkan apa yg di butuhkan atau harapan para supi pemilik usaha angkutan umum. Universitas Sumatera Utara

4.4.2 Pemerintah Kota dalam Melihat Resistensi Supir Angkutan Umum