Pemerintah Kota dalam Melihat Resistensi Supir Angkutan Umum

4.4.2 Pemerintah Kota dalam Melihat Resistensi Supir Angkutan Umum

pemerintah sebagai salah satu pilar utama dalam pelaksanaan pemerintahan memiliki peranan yang sangat strategis karena merupakan unsur pelaksana tugas pemerintahan, pembangunan, dan kemasyarakatan. Sampai saat ini hasil yang telah dicapai masih belum sesuai dengan apa yang diharapkan dengan indikator masih rendahnya kualitas pelayanan umum kepada masyarakat. Pemerintah kota Pematang Siantar membentuk kebijakan untuk melakuakn relokasi terminal yang baru karena pemerintah menganggap terminal Parluasan yang sebelumnya di anggap tidak memenuhi standar sebagai terminal penumpang tipe A. Dengan pembangunan dan penataan kota yang dilakukan pemerintah untuk merelokasi terminal SukadameParluasan menimbulkan dampak pada masyarakat, khususnya pada sopir angkutan kota yang menilai kebijakan pemerintah tersebut merupakan kebijakan sepihak karena tidak melakukan sosiolisasi dan pembangunan yang dinilai tidak partisivatif terhadap masyarakat sebagai pengguna terminal. Pembangun terminal Tanjung Pinggir sudah selesai pada 1998, saat Walikota Siantar dijabat Abu Hanifa, namun sampai kini Terminal Tanjung Pinggir belum juga maksimal di manfaatkan supir angkutan umum sebagai tempat untuk menaikkan dan menurunkan penumpang. Seperti wawancara dengan bapak Drs. Jonny Panjaitan,Msi. Selaku Sekertaris Dinas Perhubungan, Komunikasi dan Informatika Kota Pematang Siantar: “Bila dikatakan pembangunan yang kita pemko lakukan dalam halnya merelokasi Terminal Sukadame ke Terminal Tanjung Pinggir menurut saya sudah benar. Melihat kondisi perkembangan pertumbuhan kota, sudah tidak Universitas Sumatera Utara layak terminal berada di inti kota karena akan menambah kesemrautan pada inti kota. Alasan lain pemerintah kota merelokasi terminal suka dame karena terminal tersebut sudah tidak layak untuk di gunakan karena sudah tidak mampu lagi menampung armada angkutan umum yang akan masuk baik itu dari dalam kota maupun dari luar kota.”Jonny Panjaitan,53. Bila ditinjau dari segi pembangunan tata kota, Pemerintah kota Pematang Siantar sudah melakukan upaya yang benar, namun dalam penerapan dan implementasinya banyak mengalami kendala. Kendala tersebut timbul dari perlawanan supir angkutan umum yang menolak relokasi Terminal Sukadame dengan tindakan mereka yang enggan masuk kedalam Terminal Tanjung Pinggir yang telah disediakan pemerintah kota Pematang Siantar menggantikan Terminal Sukadame. Penuturan berikut dilanjud oleh bapak Jonny Panjaitan: “Kita sudah berikan terminal yang layak yang berstandar terminal tipe A, tetapi para supir tetap juga enggan masuk ke terminal ini. Dalam hal ini kita juga sudah melakukan tindakan seperti memberi himbauan tertulis kepada pihak Pengusaha angkutan umum dan Organda. Dan pada masa percobaan tahun 2003 terminal berjalan efektif 80 sukses. Namun berselang waktu 2bulan supir mulai merasa keberatan dengan sepinya penumpang. Dan meraka berangsur enggan utuk masuk terminal sarantama ini.” “Dengan keadaan seperti itu kita sudah melakukan pemberian sangsi dengan cara kita peringati dengan surat teguran yang berisi kepada Pengusaha AKDPAKAP dan angkutan kota yang tidak masuk kedalam terminal akan kita layangkan surat kepada pemerintah Provinsi untuk di tindak dengan Universitas Sumatera Utara sangsi pencabutan izin trayek. Namun hal ini juga tidah diindahkan oleh para supir, telah ada 4empat kali masa percobaan mulai dari tahun 2003 sampai 2007 yang kita lakukan namun tetap gagal.” Hal yang sama juga ditambahkan oleh bapak Syamsudin Hutasuhut selaku Kepala Seksi Terminal dan Parkir Dinas Perhubungan sebagai berikut: “Akibat kemandekkan fungsi Terminal Sarantama ini mobilitas orang dan barang saat ini menumpuk, sehingga konsen transportasi tidak terpencar semua menumpuk pada inti koata. Dan bila kita melihat Terminal yang ada di Pasar Horas dan terminal dijalan Imam Bonjol itu berawal dari sebuah Halte dan itu “bukan terminal” karena semua itu tercipta dari sebuah kondisi. Kondisi tersebut merupakan resistensi yg di lakukan supir angkutan. Para supir juga melakukan perlawanan secara laten, hal ini kita ketahui dari hasil penelusuran rahasia dengan menerjunkan anggota dari dishub untuk menjadi penumpang pada salah satu armada AKDP. Dan hasilnya cukup mengejudkan, supir dan kernet mencoba mempengaruhi sewapenumpang lainnya utk setuju tidak masuk kedalam terminal dgn berbagai alasannya. “kalau kita nanti di suruh masuk Terminal Tanjungpinggir katakan tidak mau Begitu tutur kernet itu.” Menemukan yang namanya Terminal Liar di Kota Pematang Siantar tidak sulit. Seperti di sepanjangseputar Makam Pahlawan dan Jalan Merdeka seputar Pusat Perbelanjaan Modern Ramayana, sudah lama berubah menjadi terminal liar yang Universitas Sumatera Utara dihuni berbagai angkutan umum Antar Kota Dalam Provinsi AKDP dan Antara Kota Antar Provinsi AKAP, belum lagi angkutan kota angkot. Perda Pemko Pematangsiantar yang mengatur terminal, sepertinya tidak digubris, bahkan ada kesan sengaja dibiarkan ‘terkondisi’ seperti itu, yang pada akhirnya membuka peluang petugas Dishub dan Satpol PP untuk melakukan ‘pungli’. Seperti penuturan Pak Suhartono sebagai supir angkot: “ Lihatlah di Jalan Merdeka dekat Pasar Horas. Persis di depan Pos Polisi kini berubah menjadi Terminal Liar tempat nangkringnya angkutan umum berbagai merek. Petugas Polri yang ada di seputar lokasi sepertinya ‘diam saja’.”suhartono,39. Dari penjelasan diatas dapat dapat di lihat, Pemerintah Kota Pematang Siantar dalam hal ini khususnya dinas perhubungan tidak mampu menghalau resistensi yang di lakukan supirpemilik usaha angkutan dalam pengefektifan Terminal Sarantama di Kecamatan Tanjung Pinggir. Satu hal yang terlepas dari dinas perhubungan dan merupakan tugas dari Pemerintah kota untuk mempersiapkan sarana dan perasarana baik itu lingkup Terminal dan sarana di luar terminal seperti pasar pusat perbelanjaan dan pemukiman tempat tinggal untuk masyarakat yang belum terpenuhi. Hal inilah yang melatar belakangi alasan supir angkutan umum melakukan resistensinya.

4.4.3 Bentuk Resistensi Supir Angkutan Kota Dengan Kebijakan Pemerintah