4.2.5. Hasil Penentuan Efisiensi Inhibitor Korosi.
Penentuan efisiensi inhibitor korosi dilakukan dalam media korosi HCl 0,1 N selama selang waktu 24, 48, 72, 96 dan 120 jam dengan variasi konsentrasi
inhibitor 1000 ppm, 3000ppm, 5000ppm dan 7000 ppm. Dalam hal ini, logam yang digunakan yaitu logam seng. Lempeng seng digunakan karena logam seng
adalah suatu logam aktif dengan banyak aplikasi industri dan sebagian besar digunakan untuk perlindungan korosi terhadap baja Shah et al, 2011. Lempeng
seng bersifat melapisi material baja untuk memberikan ketahanan yang lebih baik terhadap korosi, namun ketika berada pada udara yang lembab, seng cepat
berkarat dengan membentuk suatu produk korosi yang dikenal sebagai karat putih. Hal serupa juga terjadi pada pembersihan seng dengan menggunakan
larutan asam menyebabkan seng lebih mudah berkarat. Oleh karena itu proteksi terhadap logam seng bersifat sangat penting Eddy et al, 2010. Komponen logam
seng yaitu terdiri dari 45 Zn dan 55 logam Al. logam tersebut akan mengalami reaksi reduksi oksidasi dengan reaksi sebagai berikut:
b. Al 2H
+
+ 2e
-
Al
3+
+ 3e
-
oksidasi H
2
reduksi x 2
x 3 2Al + 6H
+
2 Al
3+
+ 3H
2
Dalam hal ini dapat diketahui bahwa semakin tinggi konsentrasi asam klorida yang digunakan maka semakin banyak atom-atom yang terlepas dari
logam tersebut sehingga korosi semakin meningkat Riegher,1992. Adapun kemungkinan mekanisme terjadinya proses korosi pada logam yang dikemukakan
oleh Trethewey clan Chamberlain, 1991, sebagai berikut : pertama, zat agresif seperti sulfat diperkirakan akan mengurangi kekuatan ikatan antar logam dengan
adanya zat agresif tersebut, sehingga energi yang digunakan dalam mengikat ion- ion agresif oleh atom-atom logam akan mengurangi energi ikatan antara atom-
atom. Kedua, korosi logam disebabkan oleh reduksi ion hidrogen yang berlangsung dalam larutan. Molekul-molekul hidrogen yang terbentuk diadsorpsi
oleh logam menyebabkan ikatan-ikatan antar logam pada lempeng seng Zn
Zn
2+
+ 2e
2H
+
+ 2e H
2
oksidasi reduksi
Zn + 2H
+
Zn
2+
+ H
2
a.
Universitas Sumatera Utara
mengalami pelemahan atau perapuhan. Dari mekanisme tersebut dapat dijelaskan bahwa semakin besar konsentrasi ion-ion agresif seperti klorida dan ion hidrogen
dalam larutan maka ikatan antara atom-atom logam dalam lempeng seng akan semakin lemah, sehingga korosi akan semakin meningkat.
Pada pengujian efisiensi inhibitor korosi metode yang digunakan adalah metode kehilangan berat. Dimana prinsip pada metode kehilangan berat yaitu
semakin kecil selisih berat kehilangan lempeng seng tanpa penambahan inhibitor dengan berat kehilangan lempeng seng dengan adanya penambahan inhibitor
maka nilai efisiensi inhibitor akan semakin besar Chitra et al, 2010. Dalam hal ini,dapat dilihat bahwa pada penambahan inhibitor korosi maka kehilangan berat
pada seng pun berkurang juga. Dalam hal ini penambahan konsentrasi inhibitor berbanding terbalik dengan kehilangan berat logam seng. Namun pengaruh waktu
perendaman seng berbanding lurus terhadap kehilangan berat lempeng seng. Hal ini dikarenakan Basa Schiff tidak mampu membentuk membran teradsorpsi pada
permukaan logam seng sehingga difusi antara ion-ion agresif dan O
2
terhadap logam tidak dapat dibatasi sehingga korosi masih dapat berlangsung.
Menurut Trethewey dan Chamberlain 1991 molekul-molekul organik dapat bertindak sebagai inhibitor dengan cara teradsorpsi pada permukaan logam
sehingga dapat membatasi difusi oksigen kepermukaan logam, memerangkap ion- ion logam pada permukaan, memantapkan lapisan ganda dan dapat mereduksi
laju pelarutan logam. Kemudian Hayakawa 1980 telah melakukan percobaan dengan menggunakan senyawa organik sebagai inhibitor, dimana senyawa
tersebut akan membentuk senyawa kelat yang dapat mereduksi laju. Untuk kondisi dari Basa schiff ini, prinsip interaksi antara inhibitor dengan permukaan
logam adalah adsorpsi kimia Ashraf et al, 2011.
Universitas Sumatera Utara
Basa Schiff yang disintesa pada penelitian ini terdiri dari 2 jenis yaitu: 1.
Basa Schiff reaksi antara aldehida metil ester asam lemak dengan senyawa amina primer alifatis Basa Schiff I
2. Basa Schiff reaksi antara aldehida metil ester asam lemak dengan senyawa
amina primer aromatis Basa Schiff II
Dari kedua pengujian inhibitor tersebut, diperoleh data bahwa penggunaan inhibitor yaitu Basa Schiff II memiliki nilai efisiensi inhibisi korosi yang lebih
tinggi. Hal ini dikarenakan pada Basa Schiff II lebih banyak terdapat pasangan elektron bebas yang dapat membatasi difusi O
2
pada permukaan logam. Sumber elektron bebas pada Basa Schiff II yaitu ikatan rangkap ikatan π pada benzena
dan ikatan π pada C=N. Sedangkan pada Basa Schiff I sumber elektron bebas
hanya terdapat pada dua atom N dari etilendiamin. Hal ini menyebabkan kemampuan Basa Schiff I dalam menghambat korosi pada logam seng lebih
rendah. Pernyatan diatas sejalan dengan pernyataan Munir bahwa Basa Schiff yang memiliki cincin aromatis dalam strukturnya memiliki sistem konjugasi yang
lebih efektif karena bersifat lebih stabil. Hal ini didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh Yayan Sunarya pada tahun 2004. Pada penelitian ini dilakukan
pengujian efisiensi inhibisi terhadap senyawa 2-aminobenzotriazol dan 3-amino- 1,2,4-triazol dengan metode polarisasi elektrokimia. Dari hasil penelitian
diperoleh data bahwa persen inhibisi dari senyawa 2-aminobenzotriazol sebesar 93 sedangkan persen inhibisi untuk senyawa 3-amino-1,2,4-triazol hanya
sebesar 50 . Hal ini dikarenakan senyawa 2-aminobenzotriazol mengandung cincin aromatik dan memiliki karakter lebih basa empat atom N berdampingan,
juga strukturnya lebih planar sehingga dapat menutupi permukaan logam lebih efisien. Sedangkan pada senyawa 3-amino-1,2,4-triazol tidak mengandung cincin
aromatik tetapi memiliki empat atom nitrogen yang berdampingan. Grafik pada pengujian efisiensi inhibitor dapat dilihat pada Gambar 4.9. dan 4.10.
Universitas Sumatera Utara
Gambar 4.9. Grafik Pengaruh Waktu Perendaman dan Variasi Konsentrasi Inhibitor Korosi terhadap Kehilangan Berat Lempeng Seng.
0,01 0,02
0,03 0,04
0,05 0,06
0,07 0,08
0,09 0,1
24 48
72 96
120 24
48 72
96 120
24 48
72 96
120 24
48 72
96 120
1000 ppm 3000 ppm
5000 ppm 7000 ppm
B er
a t
K eh
il a
n g
a n
L em
p en
g Sen
g g
Waktu Perendaman jam dan Konsentrasi Inhibitor Korosi ppm
Tanpa Inhibitor Asam Oleat Campuran
metil oleat campuran Aldehida Metil Oleat
Campuran Etilendiamin
Anilina Basa Schiff I
Basa Schiff II
Universitas Sumatera Utara
Gambar 4.10. Grafik Pengaruh Waktu Perendaman dan Variasi Konsentrasi Inhibitor Korosi terhadap Efisiensi Inhibito
10 20
30 40
50 60
70 80
90 100
24 48
72 96
120 24
48 72
96 120
24 48
72 96
120 24
48 72
96 120
1000 ppm 3000 ppm
5000 ppm 7000 ppm
E fis
ie n
si I n
h ib
ito r
Waktu Perendaman jam dan Konsentrasi Inhibitor Korosi ppm
Asam Oleat Campuran metil oleat campuran
Aldehida Metil Oleat Campuran Etilendiamin
Anilina Basa Schiff I
Basa Schiff II
Universitas Sumatera Utara
Dari kedua grafik tersebut, dapat ditentukan nilai rata-rata efisiensi inhibitor korosinya. Pada grafik dapat dilihat bahwa konsentrasi inhibitor berbanding lurus
dengan nilai efisiensi inhibitor. Peningkatan konsentrasi inhibitor dapat meningkatkan nilai efisiensi inhibitor terutama pada nilai efisiensi inhibitor Basa
Schiff I dan Basa Schiff II Gambar 4.11..
Gambar 4.11. Grafik pengaruh konsentrasi inhibitor terhadap rata-rata efisiensi inhibitor.
10 20
30 40
50 60
70 80
90
1000 ppm 3000 ppm
5000 ppm 7000 ppm
Ra ta
-R a
ta E
fis ie
n si I
n h
ib ito
r
Konsentrasi Inhibitor ppm
Asam Oleat Campuran metil oleat campuran
Aldehida Metil Oleat Campuran
Etilendiamin Anilina
Basa Schiff I Basa Schiff II
Universitas Sumatera Utara
BAB 5
KESIMPULAN DAN SARAN