4.2.1. Pembentukan Metil Oleat Campuran melalui Reaksi Esterifikasi
Metil oleat campuran diperoleh melalui reaksi antara asam oleat campuran dengan metanol absolut menggunakan katalis H
2
SO
4
. Dalam hal ini asam lemak yang diutamakan adalah asam lemak tak jenuh yaitu asam oleat 74,48 , asam
linoleat 13,57 , asam linolenat 0.84 . Reaksi yang terjadi sebagai berikut :
H
3
C CH
2 4
C H
CHCH
2
CH C
H CH
2 7
C OH
O
CH
3
CH
2
CH CHCH
2
CH CHCH
2
CH C H
CH
2 7
C OH
O
+
CH
3
OH 3
H
2
SO
4
Benzena H
3
C CH
2 7
H C
C H
CH
2 7
C
O OH
H
3
C CH
2 4
C H
CHCH
2
CH C
H CH
2 7
C OCH
3
O
CH
3
CH
2
CH CHCH
2
CH CHCH
2
CH C H
CH
2 7
C OCH
3
O H
3
C CH
2 7
H C
C H
CH
2 7
C O
OCH
3
+ H
2
O 3
asam oleat
asam linoleat
asam linolenat metanol
metil oleat
metil linoleat
metil linolenat
Gambar 4.5. Reaksi Pembentukan Metil Oleat Campuran.
Hasil analisa dengan menggunakan Spektroskopi FT-IR memberikan puncak serapan pada daerah bilangan gelombang 3010 cm
-1
merupakan puncak serapan untuk –C-H sp
2
dari gugus –CH=CH- dan didukung dengan serapan pada bilangan gelombang 1651,07 cm
-1
yang merupakan serapan khas dari ikatan C=C. Pada bilangan gelombang 1743,65 cm
-1
merupakan serapan khas dari gugus karbonil C=O dari ester dan didukung dengan puncak vibrasi C-O-C pada
daerah bilangan gelombang 1172,72 cm
-1
, sehingga dapat disimpulkan adanya
Universitas Sumatera Utara
gugus ester. Serapan pada daerah bilangan gelombang 2924,09-2854,65 cm
-1
menunjukkan adanya vibrasi vibrasi streching dari C-H sp
3
yang didukung vibrasi bending C-H sp
3
pada bilangan gelombang 1365,6 cm
-1
. Pada daerah bilangan gelombang 725,23 cm
-1
merupakan vibrasi CH
2
pada –CH
2 n
- dimana n ≥ 4
Gambar 4.1.
4.2.2. Ozonolisis Metil Oleat Campuran membentuk Campuran Aldehida Turunan Metil Oleat.
Senyawa aldehida dapat dihasilkan dari hasil ozonolisis metil oleat campuran dengan adanya KI 5 pada suhu ± 10
o
C dimana penambahan KI dalam proses ozonolisis bertujuan untuk memerangkap ozon berlebih atau
menghapus tingkat ambient ozone ozon bebas dalam proses ozonolisis Fick, 2003. Akhir dari proses ozonolisis dihasilkan perubahan warna dari kuning
kecoklatan menjadi warna kuning pucat selama 20 jam yang mana menunjukkan reaksi ozonolisis telah selesai dan dilanjutkan dengan penambahan
serbuk Zn dalam larutan asam asetat encer CH
3
COOH 20 yang akan mereduksi ozonida membentuk campuran aldehida turunan metil oleat.
Uji senyawa aldehida dengan 2 pereaksi dapat dilihat pada tabel 4.3.
Tabel 4.3. Hasil Uji Aldehida Terhadap Pereaksi Tertentu Sampel
Pereaksi dalam Uji Hasil
Aldehida Turunan Metil
Pereaksi Fehling Endapan merah bata
positif
Oleat Pereaksi Tollens
Cermin perak positif
Gambar dari uji pereaksi dapat dilihat pada Lampiran 5. Dari hasil uji bilangan iodin yaitu sebesar 88,86 sedangkan bilangan iodin metil oleat 110,88
menunjukkan bahwa telah terjadi pemutusan ikatan π dari asam lemak tak jenuh
pada metil oleat campuran Tabel 4.2.
Universitas Sumatera Utara
Dari analisis spektroskopi FT-IR memberikan dukungan spektrum pada daerah bilangan gelombang 2677,2 cm
-1
menunjukkan uluran C-H yang khas pada aldehida, didukung oleh puncak serapan pada daerah bilangan gelombang
2924,09-2854,65 cm
-1
yang menunjukkan vibrasi streching C-H sp
3
yang didukung oleh vibrasi bending pada daerah 1442,75 cm
-1
. Puncak serapan pada daerah bilangan gelombang 1743,65 cm
-1
menunjukkan uluran C=O aldehidaester didukung oleh vibrasi CH
2 n
dimana n ≥4 dengan munculnya
puncak serapan pada daerah panjang gelombang 725,23 cm
-1
. Puncak serapan C=O aldehida berada pada daerah 1740-1720 cm
-1
sehingga tertutupi oleh puncak
serapan C=O ester Silverstain et al, 1981 Gambar 4.2..
Adapun reaksi ozonolisis dari metil oleat, metil linoleat dan metil linolenat yang berlangsung secara hipotesis dalam pembuatan campuran aldehida yaitu :
H
3
C CH
2 4
C H
CHCH
2
CH C
H CH
2 7
C OCH
3
O
CH
3
CH
2
CH CHCH
2
CH CHCH
2
CH C H
CH
2 7
C OCH
3
O H
3
C CH
2 7
H C
C H
CH
2 7
C O
OCH
3
metil oleat metil linoleat
metil linolenat Ozon O
3
KI 5
H
3
C CH
2 4
C H
CHCH
2
CH C
H CH
2 7
C OCH
3
O
CH
3
CH
2
CH CHCH
2
CH CHCH
2
CH C H
CH
2 7
C OCH
3
O H
3
C CH
2 7
CH C
H CH
2 7
C O
OCH
3
O O
O
O O
O O
O O
O O
O O
O O
O O
O
molozonida
Universitas Sumatera Utara
H
3
C CH
2 4
CH CHCH
2
CH CH
CH
2 7
C OCH
3
O
CH
3
CH
2
CH CHCH
2
CH CHCH
2
CH CH
CH
2 7
C OCH
3
O H
3
C CH
2 7
CH CH
CH
2 7
C O
OCH
3
O O
O
O O
O O
O O
O O
O O
O O
O O
O Zn
CH
3
COOH
H
3
C CH
2 4
C CCH
2
C
CH
3
CH
2
C H
3
C CH
2 7
C C
CH
2 7
C O
OCH
3
O H
+ H
O 3
O O
O
H H
H + 3
O H
+ Senyawa ozonida
heksanal +
ZnCH
3
COO
2
+ H
2
O nonanal
propanal 9-metoksi-1-nonanal
1,3-dipropanal
Gambar 4.6. Reaksi ozonolisis metil oleat campuran membentuk campuran aldehida turunan metil oleat.
4.2.3. Hasil Sintesis Basa Schiff melalui Reaksi Kondensasi Campuran Aldehida turunan Metil Oleat dengan Etilendiamina Basa Schiff I
Basa Schiff dihasilkan dari hasil reaksi kondensasi campuran aldehida turunan metil oleat dengan etilendiamina dilakukan dengan cara direfluks pada
suhu 115-120
o
C dalam pelarut toluena selama 4 jam. Terjadinya peningkatan bilangan iodin dari 88,86 terhadap campuran aldehida turunan metil oleat menjadi
109,99 terhadap basa Schiff I menunjukkan bahwa telah terbentuknya ikatan rangkap pada C=N. Analisa dengan spektroskopi FT-IR munculnya uluran C=N
pada puncak serapan daerah bilangan gelombang 1635,64 cm
-1
yang tajam menunjukkan serapan khas basa Schiff, didukung gugus C=O ester pada bilangan
gelombang 1743,65 cm
-1
, serapan khas vibrasi streching C-H sp
3
pada bilangan geolmbang 2924,09 cm
-1
dan serapan khas vibrasi bending C-H sp
3
pada bilangan gelombang 1442,75 cm
-1
Gambar 4.3..
Universitas Sumatera Utara
Dari hasil yang diperoleh dapat dibuat hipotesa reaksi sebagai berikut:
H
3
C CH
2 4
C CCH
2
C CH
3
CH
2
C H
3
C CH
2 7
C C
CH
2 7
C O
OCH
3
O H
+ H
O 6
O O
O H
H H
+ 6 O
H +
2
2 2
+ 12 NH
2
CH
2
CH
2
NH
2
CH
2 7
C H
NCH
2
CH
2
N
C H
CH
2 7
CH
3
H
3
C
H C
CH
2 7
C O
H
3
CO NCH
2
CH
2
N
H C
CH
2 7
C O
OCH
3
H
3
C CH
2 4
H C
NCH
2
CH
2
N
C H
CH
2 4
CH
3
H
3
C CH
2
H C
NCH
2
CH
2
N
C H
CH
2
CH
3
HC
NCH
2
CH
2
N H
2
C CH
3 6
+
+ +
+ campuran aldehida
etilendiamin
Basa Schiff I + 12 H
2
O
Gambar 4.7. Reaksi pembuatan Basa Schiff I.
Reaksi yang dikemukakan pada gambar 4.7. terjadi jika masing-masing aldehida yang bereaksi dalam bentuk tunggal, tetapi karena etilendiamin memiliki 2 gugus
amina maka dapat terjadi reaksi secara acak dari senyawa aldehida sebagai gugus alkil dalam reaksi. Demikian juga dari hasil Spektrum FT-IR, pada bilangan
gelombang 3302,13 cm
-1
menunjukkan vibrasi khas amina primer NH
2
dimana terdapat gugus amina primer yang tidak bereaksi dengan senyawa aldehida
membentuk senyawa imina.
4.2.4. Hasil SintesisBasa Schiff melalui Reaksi Kondensasi Campuran Aldehida Turunan Metil Oleat dengan Anilina Basa Schiff II
Basa Schiff dihasilkan dari hasil reaksi kondensasi campuran aldehida turunan metil oleat dengan anilina dilakukan dengan cara direfluks pada suhu
115-120
o
C dalam pelarut toluena selama 4 jam. Terjadinya peningkatan bilangan
Universitas Sumatera Utara
iodin dari 88,86 terhadap campuran aldehida turunan metil oleat menjadi 168,74 terhadap basa Schiff II menunjukkan bahwa adanya
penambahan ikatan π dalam senyawa Basa Schiff tersebut dari anilina. Analisa dengan spektroskopi FT-IR
munculnya uluran C=N pada puncak serapan daerah bilangan gelombang 1651,07cm
-1
menunjukan vibrasi C=N dan didukung dengan serapan ulur C-N pada bilangan gelombang 1242,07 cm
-1
. Serapan pada bilangan gelombang 3008 cm
-1
didukung dengan serapan ulur 1597,06 cm
-1
menunjukkan adanya vibrasi C=C dari senyawa aromatis. Hal ini juga dukung oleh puncak vibrasi pada daerah
bilangan gelombang 2924,09 cm
-1
dan 2854,65 cm
-1
menunjukkan serapan khas vibrasi stretching C-H sp
3
yang didukung dengan vibrasi bending C-H sp
3
pada daerah bilangan gelombang 1365,60 cm
-1
. Serapan pada daerah bilangan gelombang 1743,65 cm
-1
adalah vibrasi stretching gugus karbonil C=O dari ester pada senyawa tersebut dan didukung dengan vibrasi bending C-O-C ester
pada daerah bilangan gelombang 1172,72 cm
-1
Gambar 4.4..
Dari hasil tersebut, adapun reaksi pembentukan Basa Schiff secara hipotesa yang diperoleh adalah sebagai berikut:
H
3
C CH
2 4
C CCH
2
C CH
3
CH
2
C H
3
C CH
2 7
C C
CH
2 7
C O
OCH
3
O H
+ H
O 3
O O
O H
H H
+ 3 O
H +
+
campuran aldehida 12
NH
2
refluks 115-120
o
C
H
3
C CH
2 4
C H
CHCH
2
CH CH
3
CH
2
CH H
3
C CH
2 7
C H
C H
CH
2 7
C
N
+ N
N N
N +
3 N
+
Basa Schiff II 3
O OCH
3
+ 12 H
2
O
Gambar 4.8. Reaksi pembuatan Basa Schiff II
Universitas Sumatera Utara
4.2.5. Hasil Penentuan Efisiensi Inhibitor Korosi.