Metodologi Penelitian Oleokimia Sintesis Basa Schiff Dari Hasil Kondensasi Etilendiamin Dan Anilina Dengan Senyawa Aldehida Hasil Ozonolisis Metil Oleat Serta Pemanfaatannya Sebagai inhibitor Korosi Pada Logam Seng

1.6. Lokasi Penelitian

Penelitian untuk pembuatan metil oleat campuran, ozonolisis metil oleat campuran, pembuatan Basa Schiff dan penimbangan berat spesimen seng dilakukan di Laboratorium Kimia Organik FMIPA USU Medan, analisis Kromatografi Gas dan uji bilangan iodin dilakukan di salah satu Laboratorium perusahaan swasta di Medan, analisa Spektroskopi FT-IR dilakukan di laboratorium Kimia Organik FMIPA UGM Yogyakarta.

1.7. Metodologi Penelitian

Penelitian yang dilakukan bersifat eksperimen laboratorium. Asam oleat campuran diesterifikasi dengan metanol absolut membentuk metil oleat campuran. Metil oleat campuran kemudian diozonolisis dengan menggunakan ozonisator selama 20 jam dimana hasil reaksi direduksi dengan serbuk Zn dan asam asetat encer dan diaduk hingga merata. Campuran disaring untuk memisahkan endapan ZnCH 3 COO 2 , selanjutnya dicuci dengan aquadest dan didestilasi vakum untuk memisahkan sisa asam asetat dan air. Aldehida dari metil oleat campuran kemudian dipisahkan menjadi dua bagian. Bagian pertama direaksikan dengan etilendiamin dengan cara direfluks selama 4 jam pada suhu 115-120 ⁰C dalam pelarut toluena. Hasilnya kemudian didestilasi vakum untuk menguapkan sisa etilendiamin dan pelarut toluena sehingga diperoleh Basa Schiff I. Bagian kedua direaksikan dengan anilina dengan cara direfluks selama 4 jam pada suhu 115-120 ⁰C dalam pelarut toluena. Hasilnya kemudian didestilasi vakum untuk menguapkan sisa anilina dan pelarut toluena sehingga diperoleh Basa Schiff II. Kedua Basa Schiff tersebut kemudian diuji efisiensi inhibitor korosinya terhadap logam seng dalam media HCl 0,1 N. Universitas Sumatera Utara Adapun variabel-variabel untuk penentuan effisiensi inhibitor korosi dalam penelitian ini adalah 1. Variabel terikat a. Kehilangan berat seng akibat korosi. 2. Variabel tetap a. Volume campuran 50 mL b. Temperatur temperatur ruangan c. Berat seng tanpa inhibitor HCl 0,1 N 3. Variabel bebas a. Konsentrasi inhibitor 1000 ppm, 3000 ppm, 5000 ppm, 7000 ppm b. Waktu perendaman 24,48,72,96,120 jam. Universitas Sumatera Utara BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Oleokimia

Oleokimia merupakan bahan kimia yang berasal dari minyak atau lemak alami, baik dari tumbuhan maupun hewan. Pada saat ini dan pada waktu yang akan datang produk oleokimia akan semakin banyak berperan menggantikan produk-produk turunan minyak bumi petrokimia. Oleokimia memliki beberapa keunggulan dibandingkan dengan produk petrokimia, seperti harga, sumber yang dapat diperbaharui dan produk yang ramah lingkungan Tambun, 2008. Oleokimia didefenisikan sebagai pembuatan asam lemak dan gliserin serta turunannya baik yang berasal dari hasil pemecahan trigliserida yang terkandung minyak atau lemak alami maupun yang berasal dari produk petrokimia. Produk oleokimia dasar yang utama adalah asam lemak, ester asam lemak, alkohol asam lemak, amina asam lemak, serta gliserol yang merupakan produk samping yang juga tidak kalah pentingnya Elisabet, 1999. Beberapa bahan-bahan oleokimia dapat diperoleh dari petrokimia. Perbedaannya adalah oleokimia alami merupakan turunan dari minyak atau lemak, oleokimia sintesis diperoleh dari bahan-bahan petrokimia seperti asam lemak dari bahan etilena dan parafin, dan gliserin dari bahan propilena Richtler and Knaut, 1984. Diagram alur oleokimia dapat digambarkan pada tabel 2.1. dibawah ini. Universitas Sumatera Utara Tabel 2.1. Diagram Alur Proses Oleokimia dari Bahan Dasar Minyak atau Lemak menjadi Oleokimia dan Turunan Oleokimia Bahan Dasar Bahan Dasar Oleokimia Turunan Oleokimia Minyak Lemak Asam Lemak Diikuti reaksi-reaksi seperti : Aminasi Klorinasi Dimerisasi Epoksidasi Etoksidasi Hidrogenasi Kuarternisasi Sulfasi Transesterifikasi Esterifikasi Saponifikasi Amina Asam Lemak Alkohol Asam Lemak Amina Asam Lemak Metil Ester Asam Lemak Propilen, Parafin dan Etilen Sumber : Richtler and Knaut, 1984 : Alami : Sintesis Gliserol 2.2.Asam lemak Asam lemak merupakan asam karboksilat alifatis berantai panjang Sastrohamidjojo, 2005. Jenis asam lemak menjadi penentu perbedaan sifat dari trigliserida namun komponen gliserol bersifat identik untuk setiap trigliserida. Beberapa aspek yang membedakan jenis asam lemak yaitu: a. panjang rantai karbon b. Jumlah ikatan rangkap c. Posisi ikatan rangkap Universitas Sumatera Utara d. Konfigurasi dari atom hidrogen yang berikatan dengan karbon berikatan rangkap, posisi cis atau trans dan e. Posisi dari ikatan asam lemak dengan gliserol Asam lemak ditemukan dalam lemak makanan pada panjang rantai karbon 4-24 atom karbon O’brien, 2009. Asam lemak sebagai penyusun lemak ini dapat dibedakan antara asam lemak jenuh dan tak jenuh. Asam lemak disebut jenuh bila semua atom karbon dalam rantainya diikat tidak kurang daripada dua atom hidrogen, sehingga dengan demikian tidak ada ikatan rangkap. Asam-asam lemak jenuh yang telah dapat diidentifikasi sebagai bagian dari lemak mempunyai atom C 4 hingga C 26. Jenis-jenis asam lemak jenuh dijelaskan pada tabel 2.2. Adapun struktur umum rantai karbon dari asam lemak jenuh adalah sebagai berikut: C H H C H H C H H C H H C H H C H H C H H C H H C H H C H H C C OH H H O Gambar 2.1. Struktur asam lemak jenuh Asam-asam lemak yang didalam rantai karbonnya mengandung ikatan rangkap dinamakan sebagai asam lemak tak jenuh. Derajat ketidakjenuhan dari minyak tergantung pada jumlah rata-rata dari ikatan rangkap didalam asam lemak. Jenis- jenis asam lemak tak jenuh dijelaskan pada tabel 2.3. H 2 C CH 2 4 C H C H CH 2 7 C OH O Gambar 2.2. Struktur asam lemak tak jenuh Rantai karbon dari asam lemak tak jenuh Sastrohamidjojo, 2005. Asam lemak dengan jumlah atom karbon lebih dari 12 tidak larut dalam air dingin maupun air panas, tetapi dalam jumlah rantai atom karbon yang pendek bersifat larut dalam air, demikian juga sifat kelarutan garam dari asam lemak yang mempunyai berat molekul rendah dan tidak jenuh lebih mudah larut dalam Universitas Sumatera Utara alkohol daripada garam dari asam lemak yang mempunyai berat molekul tinggi dan jenuh Winarno, 1984. Asam oleat mempunyai rantai karbon yang sangat panjang dengan asam stearat, tetapi pada suhu kamar, asam oleat berupa bentuk cairan. Disamping itu, makin banyak jumlah ikatan rangkap pada suatu asam lemak maka makin rendah titik leburnya Poedjiadi, 1994. Tabel 2.2. Asam Lemak Jenuh yang Terdapat dalam Lemak dan Minyak Sumber : Ketaren, 2008 Asam lemak jenuh Rumus molekul Sumber Asal Titik cair o C n- Butirat CH 3 CH 2 2 COOH lemak susu sapi, mentega -7,6 n-Kaproat CH 3 CH 2 4 COOH mentega, minyak kelapa, minyak kelapa sawit -1,5 n-Kaprilat CH 3 CH 2 6 COOH Domba 1,6 Kaprat CH 3 CH 2 8 COOH susu sapi dan kambing, minyak kelapa, minyak kelapa sawit 31,5 Laurat CH 3 CH 2 10 COOH susu, minyak inti sawit, spermaseti, mnyak laural, minyak kelapa 44 Miristat CH 3 CH 2 12 COOH minyak pala, susu ternak, dan lemak nabati; minyak babi dan minyak ikan hiu 58 Palmitat CH 3 CH 3 14 COOH sebagian besar terdapat dalam lemak hewani dan minyak nabati 64 Stearat CH 3 CH 3 16 COOH Domba 69,4 Universitas Sumatera Utara Tabel 2.3. Asam Lemak Tidak Jenuh yang Terdapat dalam Lemak dan Minyak Sumber: Ketaren, 2008 Hampir semua asam lemak yang terdapat dalam alam mempunyai jumlah atom karbon yang genap karena asam ini dibiosintesis dari gugus asetil berkarbon dua dalam asetil koenzim A Fessenden dan Fessenden, 1992. 2.3.Asam Oleat Asam oleat merupakan penyusun dari lemak-lemak tanaman atau hewan. Asam oleat dapat dipisahkan dari zat tersebut dengan cara hidrolisis, sebagian asam oleat berada bersama-sama dengan asam stearat dan asam palmitat. Struktur asam oleat adalah CH 3 CH 2 7 CH=CHCH 2 7 COOH. Asam lemak yang tidak jenuh ini masing-masing mempunyai bentuk cis yaitu asam oleat dan trans dari asam oleat sering juga disebut asam allooleat. Asam oleat membentuk cis karena mempunyai titik lebur yang rendah dan pembakaran yang tinggi. Asam lemak tak jenuh Rumus molekul Sumber asal Titik cair o C Palmitoleat CH 3 CH 2 5 CH=CHCH 2 7 COOH minyak kacang dan jagung 33 Oleat CH 3 CH 2 7 CH=CHCH 2 7 COOH disebagian besar minyak dan lemak 14 Linoleat CH 3 CH 2 4 CH=CHCH 2 CH=CHCH 2 7 COOH Minyak biji kapas, biji lin, biji poppy -3 Linolenat CH 3 CH 2 CH=CHCH 2 CH=CHCH 2 CH= CHCH 2 7 COOH Minyak perilla, biji lin -11 Universitas Sumatera Utara Bentuk struktur asam oleat dalam bentuk cis dan trans yakni sebagai berikut: C C H CH 2 7 COOH H CH 3 CH 2 7 C C H CH 2 7 COOH H CH 3 CH 2 7 Asam oleat Asam oleat Asam cis-9-oktadekanoat Asam trans-9-oktadekanoat Gambar 2.3. Struktur cis dan trans asam oleat. Sastrohamidjojo, 2005. Asam oleat, asam linoleat dan asam linolenat biasanya terdapat bersama dengan asam lemak lain seperti asam laurat, asam miristat, asam palmitat, asam stearat dan asam lemak lainnya. Asam lemak tidak jenuh tersebut dapat diubah ke berbagai bentuk turunannya antara lain dalam pembentukan ester asam lemak dengan poliol seperti sorbitol, manitol dan sebagainya untuk membentuk surfaktan. Ester asam lemak dengan poliol tersebut memiliki sifat surfaktan karena disamping memiliki gugus ester juga masih memiliki gugus hidroksil sehingga terjadi keseimbangan antara gugus yang bersifat lipofil dengan gugus yang bersifat hidrofil Tarigan, 2005. Penelitian tentang asam oleat telah banyak dikembangkan, misalnya dalam pembuatan bahan bakar alternatif biodiesel. Asam oleat dikonversi menjadi produk biodiesel di unit reaksi dengan penambahan alkohol dan katalis, kemudian dimurnikan di unit pemisahan Kusmiyati, 2008 2.4.Ester Asam Lemak Ester adalah turunan asam karboksilat yang dibentuk oleh gugus alkoksi dan asil merupakan salah satu dari kelas-kelas senyawa organik yang sangat berguna, dapat diubah melalui berbagai proses menjadi aneka ragam senyawa lain Fessenden dan Fessenden, 1992. Rumus umum ester adalah RCOOR ’ Besari dkk, 1982. Ester merupakan turunan dari asam karboksilat, dimana dapat Universitas Sumatera Utara dibentuk melalui reaksi langsung antara suatu asam karboksilat dengan alkohol yang disebut dengan reaksi esterifikasi Shreve, 1 956. Yang dikelompokkan sebagai ester asam lemak meliputi: a. Ester karboksilat tunggal dengan panjang rantai karbon mulai dari C 6 sampai C 20 . b. Ester asam lemak yang hanya mengandung karbon, hidrogen dan oksigen c. Ester alkohol dari asam lemak tersebut diatas termasuk juga dalam kelompok ester asam lemak Ester yang paling sederhana adalah metil ester asam lemak yang dapat dihasilkan melalui reaksi esterifikasi antara asam lemak dengan metanol. Ester asam lemak sering dimodifikasi untuk digunakan sebagai bahan makanan, surfaktan, polimer, sintesis, zat aditif, bahan kosmetik, dan kebutuhan lain Meffert,1984. Metil ester asam lemak yang merupakan bagian dari pada ester asam lemak mono alkohol merupakan zat antara dalam industri oleokimia disamping dapat digunakan sebagai bahan bakar diesel Ozgul, l993. Ester diturunkan dari asam dengan mengganti gugus -OH dan gugus -OR. Ester dinamai dengan cara yang sama dengan garam asam karboksilatnya. Bagian R dari gugus –OR ditulis dahulu, diikuti dengan nama asam dengan akhiran -at. Bila asam karboksilat dan alkohol dipanaskan dengan kehadiran katalis asam biasanya HCl atau H 2 SO 4 kesetimbangan tercapai dengan ester dan air, proses ini disebut dengan esterifikasi Fischer Hart, 2003. Ester-Ester umumnya mempunyai bau yang enak, seperti rasa buah dan wangi buah-buahan atau bagian tumbuhan yang lain yang memiliki aroma bau yang enak Hart, 1990. Ester biasanya dipreparasi dari asam atau klorida asam. Asam karboksilat diubah secara langsung menjadi ester melalui reaksi substitusi nukleofilik SN 2 garam karboksilat dengan alkil halida primer atau melalui reaksi asam dengan alkohol. Klorida asam dikonversikan menjadi ester melalui reaksi dengan alkohol dalam suasana basa Murry, 1994. Universitas Sumatera Utara Ester asam lemak terdapat dalam bentuk ester antara gliserol dengan asam lemak ataupun dengan phospat seperti phospolipid. Disamping itu ada juga ester antara asam lemak dengan alkoholnya yang membentuk monoester terdapat pada minyak jojoba. Ester asam lemak sering dimodifikasi baik untuk bahan makanan maupun untuk bahan surfaktan, aditif, detergen dan lain sebagainya Endo et al, 1997. Esterifikasi adalah suatu reaksi ionik yang merupakan gabungan dari reaksi adisi dan reaksi penataan ulang eliminasi Davidek, 1990. Esterifikasi juga dapat didefenisikan sebagai reaksi antara asam karboksilat dan alkohol Gandhi, 1997. Esterifikasi dapat dilakukan dengan menggunakan katalis enzim lipase dan asam anorganik asam sulfat dan asam klorida, dengan berbagai variasi alkohol biasanya metanol, etanol, l-propanol, 1-butanol, amyl alkohol, dan lain-lain Ozgulsun, 2008. Asam anorganik yang digunakan sebagai katalis akan menyebabkan asam karboksilat mengalami konjugasi sehingga asam konjugat dari asam karboksilat tersebutlah yang akan berperan sebagai substrat. Cara lain dalam pembentukan ester adalah dengan melewatkan HCI kedalam campuran reaksi tersebut dan direfluks. Cara ini dikenal dengan nama metode Fischer-Spieser. Esterifikasi tanpa katalis dapat juga dilakukan dengan satu molekul asam karboksilat dan satu pereaksi secara berlebih. Pertambahan hasil juga dipengaruhi oleh dehidrasi yang artinya menarik air yang terbentuk sebagai hasil samping reaksi. Air dapat dipisahkan dengan cara menambahkan pelarut yang bersifat non polar seperti misalnya benzena dan kloroform sehingga air yang terbentuk akan segera terikat pada pelarut yang digunakan atau dengan manambahkan molekular sieves Yan, 2001. Esterifikasi asam karboksilat dengan asam alkohol merupakan reaksi reversibel. Bila asam karboksilat diesterkan, digunakan alkohol berlebih. Untuk membuat reaksi kebalikannya, yakni hidrolisis berkataliskan asam dari ester menjadi asam karboksilat digunakan air berlebihan. Kelebihan air akan menggeser kesetimbangan ke arah sisi asam karboksilat Fessenden, 1992. Universitas Sumatera Utara

2.5. Ozonolisis

Dokumen yang terkait

Sintesis Basa Schiff Dari Hasil Kondensasi Sinamaldehida Dengan Etilendiamin dan Fenilhidrazin Serta Pemanfaatannya Sebagai Inhibitor Korosi Pada Logam Seng

31 156 80

Sintesis Basa Schiff Dari Hasil Kondensasi Sinamaldehida Dengan Etilendiamin dan Fenilhidrazin Serta Pemanfaatannya Sebagai Inhibitor Korosi Pada Logam Seng

0 0 12

Sintesis Basa Schiff Dari Hasil Kondensasi Sinamaldehida Dengan Etilendiamin dan Fenilhidrazin Serta Pemanfaatannya Sebagai Inhibitor Korosi Pada Logam Seng

0 0 2

Sintesis Basa Schiff Dari Hasil Kondensasi Sinamaldehida Dengan Etilendiamin dan Fenilhidrazin Serta Pemanfaatannya Sebagai Inhibitor Korosi Pada Logam Seng

0 0 5

Sintesis Basa Schiff Dari Hasil Kondensasi Sinamaldehida Dengan Etilendiamin dan Fenilhidrazin Serta Pemanfaatannya Sebagai Inhibitor Korosi Pada Logam Seng

0 2 18

Sintesis Basa Schiff Dari Hasil Kondensasi Sinamaldehida Dengan Etilendiamin dan Fenilhidrazin Serta Pemanfaatannya Sebagai Inhibitor Korosi Pada Logam Seng

0 1 5

Sintesis Basa Schiff Dari Hasil Kondensasi Etilendiamin Dan Anilina Dengan Senyawa Aldehida Hasil Ozonolisis Metil Oleat Serta Pemanfaatannya Sebagai inhibitor Korosi Pada Logam Seng

0 0 13

Sintesis Basa Schiff Dari Hasil Kondensasi Etilendiamin Dan Anilina Dengan Senyawa Aldehida Hasil Ozonolisis Metil Oleat Serta Pemanfaatannya Sebagai inhibitor Korosi Pada Logam Seng

0 0 20

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Oleokimia - Sintesis Basa Schiff Dari Hasil Kondensasi Etilendiamin Dan Anilina Dengan Senyawa Aldehida Hasil Ozonolisis Metil Oleat Serta Pemanfaatannya Sebagai inhibitor Korosi Pada Logam Seng

0 0 23

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang - Sintesis Basa Schiff Dari Hasil Kondensasi Etilendiamin Dan Anilina Dengan Senyawa Aldehida Hasil Ozonolisis Metil Oleat Serta Pemanfaatannya Sebagai inhibitor Korosi Pada Logam Seng

0 9 7