Gambar 5: Histogram Kemampuan Berbicara Bahasa Jerman Peserta Didik sesudah Siklus II
Dari tabel dan gambar di atas diketahui bahwa terjadi peningkatan kemampuan berbicara peserta didik setelah Siklus II. Rata-rata nilai
peserta didik meningkat dari sebesar 73,82 setelah siklus I menjadi sebesar 81,18 setelah siklus II. Persentase ketuntasan belajar klasikal
meningkat dari 76 menjadi 88. Dari hasil tersebut dapat diketahui bahwa kemampuan berbicara peserta didik telah mengelami peningkatan
dan berhasil mencapai keberhasilan kelas sebesar 85. 2
Hasil Angket Sikap Peserta Didik Sebagaimana angket pada siklus I, pada siklus II sikap peserta
didik terhadap pembelajaran bahasan Jerman kembali dinilai melalui angket sebanyak 25 item dengan 5 pilihan jawaban. Sikap peserta didik
terhadap pembelajaran secara keseluruhan diukur melalui angket dengan rentang skor 1-5, sehingga diperoleh rentang skor ideal 25 - 125. Dari
hasil penelitian ini dapat diperoleh nilai rerata ideal sebesar 75 dan standar
20 40
60 80
100
Nilai Tertinggi Nilai Terendah Rata-Rata Nilai Tes
Persentase Ketuntasan
Belajar 80
50 73.82
76 95
65 81.18
88
Setelah Siklus I Setelah Siklus II
deviasi ideal sebesar 16,7. Nilai tersebut kemudian digunakan untuk mencari rentang kriteria skor yang digunakan untuk mengkategorikan
sikap peserta didik terhadap pembelajaran. Hasil dari pengkategorian tersebut dapat dilihat pada tabel berikut.
Tabel 7: Sikap Peserta Didik sesudah Akhir Siklus II No
Kategori Jumlah
Peserta Didik Persentase
1 Sangat Baik
8 24
2 Baik
21 62
3 Cukup Baik
5 15
4 Kurang Baik
5 Tidak Baik
Jumlah 34
100
Sumber: data diolah 2012 Perbandingan jumlah pada masing-masing kategori tersebut dapat
juga dilihat pada gambar berikut.
Gambar 6: Histogram Sikap Peserta Didik sesudah Akhir Siklus II
Tabel dan gambar di atas menunjukkan bahwa setelah akhir siklus II, mayoritas peserta didik memiliki sikap yang tergolong baik, yaitu
sebanyak 21 peserta didik 62. Jumlah yang paling sedikit adalah
10 20
30 40
50 60
70
Sangat Baik
Baik Cukup
Baik Kurang
Baik Tidak
Baik
P ers
en ta
se J
u m
la h
P es
ert a
D id
ik
KriteriaKategori
Sikap Siswa
jumlah peserta didik dengan sikap dalam kategori cukup yang hanya berjumlah sebanyak 5 peserta didik 15.
3 Lembar Observasi
Pada tahap observasi kembali dilakukan langkah-langkah sebagaimana langkah yang telah dilakukan pada siklus I. Berdasarkan
observasi pada keseluruhan siklus II diperoleh temuan sesuai tabel berikut.
Tabel 8: Hasil Observasi Aktivitas Peserta Didik pada Siklus II No
Kelompok Kategori Keaktifan
1 Kelompok 1
Tinggi 2
Kelompok 2 Tinggi
3 Kelompok 3
Tinggi 4
Kelompok 4 Sedang
5 Kelompok 5
Tinggi 6
Kelompok 6 Tinggi
Keterangan: Sedang : 50 - 75 dari total anggota kelompok aktif
Tinggi : 75 dari total anggota kelompok aktif
Tabel di atas menunjukkan bahwa keseluruhan kelompok memiliki keaktifan yang berada pada kategori tinggi, kecuali pada kelompok 4 yang
masih memiliki keaktifan dalam kategori sedang. Hal ini dapat diartikan bahwa mayoritas anggota kelompok telah aktif dalam proses pembelajaran
dan bersedia untuk melakukan dialog dalam bahasa Jerman. Jumlah peserta didik yang aktif dalam pembelajaran tentunya telah mencapai
75. d.
Refleksi Setelah melakukan pengamatan atas tindakan pembelajaran di
dalam kelas, selanjutnya diadakan refleksi atas segala kegiatan yang telah
dilakukan dalam siklus II. Dalam kegiatan siklus II didapatkan hasil refleksi sebagai berikut.
1 Berdasarkan data hasil tes pada siklus belum tercapai ketuntasan
klasikal. Ketuntasan belajar kemampuan berbicara yang diperoleh pada siklus II sebesar 86 dengan nilai rata-rata sebesar 81,18. Nilai
terendah 65 dan nilai tertinggi 95. Hal ini menunjukkan perubahan ke arah yang lebih baik dan telah sesuai dengan yang diharapkan karena
hasil yang diharapkan telah mencapai ketuntasan klasikal yang diharapkan, yaitu
≥ 85. 2
Hasil angket sikap peserta didik menunjukkan bahwa mayoritas peserta didik memiliki sikap yang tergolong dalam kategori baik
dengan jumlah sebanyak 21 peserta didik 62. Hasil ini telah dapat dikatakan baik karena menunjukkan bahwa peserta didik telah
menunjukan sikap yang lebih baik. Selanjutnya, sikap peserta didik tersebut tentunya perlu dipertahankan.
3 Selama pembelajaran berlangsung kemampuan peserta didik dalam
pembelajaran seperti bertanya, menjelaskan, dengan berbicara dalam bahasa Jerman telah mengalami kemajuan yang cukup berarti. Peserta
didik yang terlibat aktif dalam keseluruhan kegiatan pada siklus II adalah sebesar 75 dari masing-masing kelompok.
4 Secara garis besar pelaksanaan siklus II berlangsung dengan baik. Hal
tersebut dapat dilihat dari akhir siklus II yang mampu menuntaskan kemampuan berbicara dari 30 peserta didik. Akan tetapi, kegiatan pada
pembelajaran ini perlu dipertahankan agar hasil belajar peserta didik meningkat sesuai dengan yang diharapkan.
C. Pembahasan
Dalam kegiatan belajar mengajar diharapkan dapat tercipta kondisi atau suatu proses yang mengarahkan peserta didik untuk melakukan aktifitas belajar.
Proses interaksi antara guru dengan peserta didik dalam proses belajar mengajar bukan hanya merupakan proses yang berkelanjutan tapi juga berlangsung dalam
rangka mencapai tujuan tertentu. Oleh karena itu, guru harus merancang model pembelajaran yang efektif, sehingga tujuan pembelajaran dapat tercapai secara
optimal. Salah satu tolak ukur berkualitas atau tidaknya suatu pembelajaran dapat diketahui melalui hasil belajar peserta didik melalui standar kecakapan yang
sesuai dengan materi pelajaran seperti halnya kemampuan berbicara. Sistem pengelolaan kurikulum yang berlaku saat sekarang ini menuntut
suatu kegiatan belajar mengajar yang memberdayakan suatu potensi peserta didik untuk menguasai kompetensi yang diharapkan. Untuk itu peneliti menggunakan
metode pembelajaran kooperatif dengan teknik jigsaw untuk meningkatkan kemampuan berbicara dan sikap peserta didik pada pembelajaran bahasa Jerman,
khususnya pada peserta didik kelas XI IA-4 SMA Negeri 3 Kediri. Penelitian ini didesain dengan menggunakan model penelitian tindakan kelas karena bertujuan
memperbaiki proses pembelajaran. Metode pembelajaran kooperatif teknik jigsaw merupakan salah satu
metode pembelajaran kooperatif yang sederhana. Pembelajaran kooperatif dengan teknik jigsaw ini merupakan metode belajar kooperatif dengan cara peserta didik
belajar dalam kelompok kecil yang terdiri atas 5-6 orang secara heterogen dan peserta didik bekerja sama dengan saling ketergantungan positif dan bertanggung
jawab secara mandiri. Berdasarkan hasil penelitian dapat dikatakan bahwa metode pembelajaran kooperatif teknik jigsaw dapat meningkatkan kemampuan berbicara
serta meningkatkan sikap positif peserta didik terhadap pembelajaran bahasa Jerman. Setelah dilakukan pembelajaran dengan menggunakan metode
pembelajaran kooperatif teknik jigsaw terlihat bahwa kemampuan berbicara peserta didik mengalami peningkatan. Perolehan nilai rata-rata peserta didik pada
akhir tes siklus I yaitu 73,82 dengan klasikal 76, siklus II 81,18 dengan ketuntasan klasikal pada akhir siklus II sebesar 88. Dengan demikian,
kemampuan berbicara peserta didik pada akhir siklus II sudah memenuhi indikator yang telah ditetapkan dalam penelitian ini yaitu sekurang-kurangnya
85 dari keseluruhan peserta didik yang ada di kelas tersebut telah memperoleh nilai kemampuan berbicara
di atas KKM, yaitu ≥ 75. Pada siklus I, mayoritas peserta didik memiliki sikap yang tergolong
cukup yaitu sebanyak 26 peserta didik 76. Setelah pelaksanaan siklus II, masih terdapat peserta didik yang memiliki sikap kurang baik terhadap
pembelajaran bahasa Jerman sebanyak 7 peserta didik 21. Setelah pelaksanaan siklus II, sikap mayoritas peserta didik meningkat menjadi kategori baik dengan
jumlah peserta didik sebanyak 21 peserta didik 62. Pada akhir siklus II, tidak terdapat peserta didik dengan sikap yang kurang baik terhadap pembelajaran
bahasa Jerman. Keaktifan peserta didik juga mengalami peningkatan dari mayoritas 50 pada siklus I menjadi mayoritas 75 pada siklus II.
Pada siklus I, kemampuan berbicara bahasa Jerman peserta didik belum memenuhi indikator yang telah ditetapkan, sehingga perlu dilanjutkan dengan
siklus II agar indikator yang telah ditetapkan dapat terpenuhi. Pada siklus II sudah tidak ditemukan lagi kendala-kendala yang sangat berarti. Peningkatan
kemampuan berbicara bahasa Jerman pada siklus II disebabkan oleh peserta didik yang telah terbiasa dengan metode pembelajaran yang diterapkan oleh guru.
Keberanian peserta didik semakin tumbuh, sehingga sikap peserta didik juga mengalami peningkatan. Hal ini ditunjukkan dengan banyaknya peserta didik
yang bersedia untuk menjawab dan berbicara dalam bahasa Jerman ketika diberikan kesempatan untuk menjawab pertanyaan, maupun berdialog dengan
kelompoknya. Pada siklus II, guru sudah sepenuhnya menyampaikan tujuan
pembelajaran sehingga peserta didik termotivasi untuk belajar. Paparan guru tentang materi yang diajarkan sangat menarik sehingga peserta didik semakin
bersemangat dalam mengikuti pembelajaran. Pada pembelajaran kooperatif teknik jigsaw fungsi guru hanya sebagai fasilitator, yaitu memberikan pengarahan
seperlunya pada peserta didik. Keaktifan peserta didik lebih ditekankan pada pembelajaran ini. Dengan adanya keaktifan tersebut akan menumbuhkan motivasi
belajar yang tinggi pada peserta didik dan pada akhirnya akan berpengaruh terhadap hasil belajar kemampuan berbicara bahasa Jerman.
Adanya tahapan berpikir pada pembelajaran ini merupakan langkah awal yang baik untuk memotivasi peserta didik dalam mengikuti pembelajaran
selanjutnya. Selain itu, dalam tahapan ini peserta didik diberi kesempatan untuk
menentukan sendiri jawaban dari permasalahan yang disampaikan oleh guru dan menuliskan hasil pemikiran mereka masing-masing sehingga kemampuan
berpikir individu juga turut berkembang. Dalam kegiatan selanjutnya, peserta didik diberikan kesempatan untuk berdiskusi dengan kelompoknya untuk
menjawab pertanyaan sekurang-kurangnya menyampaikan pendapat kepada teman kelompoknya. Pada tahap mempresentasikan dialog dalam bahasa Jerman,
terdapat peserta didik yang masih tidak bersedia tampil, namun jumlahnya sangat sedikit. Langkah selanjutnya adalah guru membantu mengkaji ulang proses
pembelajaran untuk memperoleh kesimpulan. Dari uraian dan data tesebut di atas dapat dikatakan dengan penggunaan
pembelajaran kooperatif dengan teknik jigsaw dapat membuat peserta didik terlatih untuk berbicara dalam bahasa Jerman, mengemukakan pendapatnya dan
menghargai pendapat orang lain, serta menjadi lebih aktif dalam proses pembelajaran. Hal ini menunjukkan bahwa penggunaan metode pembelajarn
kooperatif dengan teknik jigsaw pada pembelajaran keterampilan berbicara bahasa Jerman pada peserta didik kelas XI SMA Negeri 3 Kediri dapat
meningkatkan kemampuan berbicara peserta didik, sekurang-kurangnya 85 peserta didik
memperoleh nilai ≥ 75. Aktivitas-aktivitas yang menarik dalam proses pembelajaran bagi peserta
didik dapat membantu mereka menjaga kewaspadaan termasuk permainan, latihan-latihan, diskusi, kerja kelompok, simulasi, eksperimen, kajian-kajian
pelajaran, dan soal-soal. Partisipasi peserta didik dalam diskusi kelompok ini sangat tinggi. Hal ini disebabkan pembelajaran melalui teknik jigsaw adalah
metode pembelajaran yang baru untuk peserta didik sehingga peserta didik sangat tertarik. Peserta didik tampak lebih antusias dan aktif mengikluti pembelajaran.
Tugas kelompok memacu peserta didik untuk ikut aktif dalam kegiatan pembelajaran. Dengan kegiatan kelompok, setiap peserta didik dalam
kelompoknya terdorong untuk saling bekerjama dan saling membantu dalam memahami pertanyaan dan menjawab pertanyaan, serta saling membantu dalam
melakukan dialog dalam bahasa Jerman. Teknik yang menggunakan permainan memang mempunyai kelemahan
diantaranya adalah tidak semua topik dapat disajikan melalui teknik jigsaw, memerlukan banyak waktu, suasana kelas menjadi lebih ramai, dan dapat
mengganggu kelas-kelas lain. Berdasar hal tersebut guru perlu mempersiapkan dan merencanakan dengan baik kegiatan-kegiatan yang digunakan dalam
pembelajaran. Tahap terakhir dari pembelajaran kooperatif dengan teknik jigsaw adalah penghargaan kelompok. Nilai-nilai yang diperoleh masing-masing
kelompok ketika mengerjakan tugas digunakan untuk menentukan penghargaan kelompok. Dengan diberikannya penghargaan kelompok, diharapkan dapat
memotivasi peserta didik untuk lebih aktif dalam pembelajaran dan mendapatkan prestasi yang baik.
Menurut hasil wawancara dengan peserta didik, dapat diketahui bahwa peserta didik cukup menyukai pelajaran bahasa Jerman. Alasan dari mayoritas
peserta didik menyukai pembelajaran bahasa Jerman adalah karena cara guru dalam menyampaikan materi pembelajaran yang cukup menarik dan guru yang
lucu karena memiliki selera humor. Selain itu, peserta didik merasa bahwa guru